Bab 3 -Kehangatan di tengah hujan

20 3 0
                                    

***

Dikta menghampiri motornya yang berada diparkiran lalu menyalahkan mesinnya. Motor Vespa warna putih yang sangat cocok dengannya. Pergerakannya tidak terlepas dari penglihatan Alya

Setelah menaiki motor itu.dikta melajukannya ke depan gerbang. Lantas Alya merasa bingung dan gugup atas suruhannya

"Naik sini" ucap Dikta yang sedang berada disampingnya dengan motor Vespanya

"Naik?buat apa?" Sahut Alya heran. Bisa bisanya Dikta menyuruhnya. Selama ini Alya bukan orang yang sangat patuh dan tunduk atas setiap aturan dan suruhan. Justru ia adalah orang yang sering memberontak dan mengabaikan itu. Visinya selalu satu ia tidak mau diatur dengan siapapun sekalipun itu mamanya.

"Buruan,udah mau hujan"

Angin memang sudah menyapu sekitar bahkan suara suara petir yang bersahutan sudah terdengar sangat menyeramkan. Dengan langkah yang ragu Alya menaiki jok motor dikta. Lalu Dikta yang merasa Alya sudah duduk diatas jok motornya pun tanpa basa basi langsung bergegas keluar dari lingkungan sekolah

"tegang banget. Belom pernah naik motor?" Tanya Dikta mencairkan suasana. Ia tahu dengan cara apa untuk mendekati Alya. Bukan dengan cara membuat gombalan gombalan receh karna itu tidak terpengaruh untuknya. tetapi dengan menanyakan hal hal yang kedengaran aneh dan membingungkan

"Kalau gua bilang udah pasti Lo ga percaya kan?kalau gua bilang belum pasti diketawain" sahut Alya. Dengan Dikta ia jadi lebih banyak berbicara. Padahal ia tidak cukup bisa banyak berinteraksi dengan orang yang tidak ia kenal atau asing baginya. Namun,dengan Dikta ia merasa sudah begitu dekat sehingga ia tidak perlu berlagak sok baik atau sopan tapi seperti Dikta bilang menjadi dirinya sendiri itu sudah cukup.

Dikta tertawa. Tawanya cukup renyah. Alya yang melihat Dikta tertawa dari spion motor itu terenyuh. Sangat tampan. Ia mengarahkan tatapannya dari spion motor. Bisa bisa Dikta memergokinya yang sedang melihat dirinya dari pantulan kaca spion motor

"Belum pernah sama sekali?" Tanya Dikta lagi.

"udah pernah waktu kecil tapi belum pernah naik lagi"jawab Alya memandang jalanan yang cukup lenggang

"Berarti belom pernah sama sekali kan?"

"iya,rasanya aneh aja setelah sekian lama ga pernah naik" ucap alya. waktu kecil ia sering sekali naik motor bersama papahnya tetapi semenjak suatu kejadian hadir di hidupnya semuanya berubah bahkan kebiasaan kebiasaan kecilnya hilang

"kalau gitu jok motor ini terbuka lebar buat kamu" Dikta terkekeh ketika mengatakan nya Alya langsung membuang pandangannya. Dan mendengus

Setelahnya mereka hanya diam menikmati jalanan pada sore itu. Lantas tiba tiba hujan mengguyur. Membasahi keduanya

Dikta yang merasa melihat sebuah halte didepannya menghampirinya.memberhentikan motornya. Mencari tempat untuk berteduh,tidak mungkin mereka tetap melanjutkan perjalanan pulang dengan basah basahan

Dikta sih merasa baik baik aja untuk tetap menerobos hujan tapi ia bersama Alya jadi lebih baik meneduh sebentar.

Alya turun dari Motor Dikta kemudian duduk di bangku yang berada di halte tersebut. Mengusap usap sisi bajunya yang basah terkena cipratan air hujan lalu mengusap kedua tangannya yang terasa dingin.

Dikta pun ikut duduk disebelahnya memandang lurus kedepan melihat hujan yang turun dengan langsung sangat deras

"Suka hujan nggak?" Tanya Dikta mengalihkan pandangannya ke arah Alya

"Nggak,hujan hanya hadir untuk menemani kesedihan" katanya

"Kenapa?bukannya bagus. Hujan memang sengaja diciptakan untuk menemani setiap kesedihan agar ia tahu bahwa ia tidak sedang sedih sendirian melainkan ada hujan yang ikut membasahinya"

TEMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang