Perpustakaan lantai pertama memiliki jumlah kitab yang lebih banyak. Bisa dibilang, lantai dua yang memiliki sekitar 120 kitab hanyalah setengah dari jumlah kitab yang terdapat pada lantai pertama.
Tidak mengherankan. Alasannya bisa diterima setelah dilihat lagi lantai pertama terdapat banyak berjejer kitab yang sama. Kitab Keterampilan Dasar adalah salah satu yang paling tidak berguna, jumlahnya bisa mencapai puluhan kitab dalam perpustakaan ini.
Inilah yang membuat Jian Yi senang. Saking banyaknya kitab ini membuatnya dengan mudah menemukannya sekarang. Bahkan itu belum lima menit ketika dia menelusuri perpustakaan lantai pertama.
Kitab Keterampilan Dasar merupakan ilmu bela diri, ketebalan isinya sekitar dua kali lipat daripada Kitab Memasak Edisi Khusus.
Jian Yi menyalin Kitab Keterampilan Dasar dengan raut wajah gembira.
Sementara Tian Iu menghela napas cukup panjang. Dia tidak menyangka hanya menyalin kitab sampah bisa membuat wanita itu begitu girang.
‘Apa sebaiknya aku mengajarkan padanya ilmu bela diri?’ Tian Iu membatin, merasa kasihan dengan wanita di sampingnya.
Tian Iu sudah bergentayangan selama ribuan tahun di dunia. Ketika rasa putus asa telah menenggelamkan dirinya, Tian Iu melakukan banyak hal selama ini agar dirinya tidak bosan.
Dimulai dari memperhatikan manusia berdagang, menikmati suara tawa anak kecil yang sedang bermain. Apapun sudah pernah dia lakukan untuk melepas kebosanan.
Baginya, yang paling menarik adalah melihat pertarungan antar manusia. Dia merasa kagum akan keterampilan manusia dalam menciptakan ilmu yang berbeda-beda.
Waktu terus berlalu dan tanpa disadari Tian Iu telah melihat banyak ilmu bela diri manusia selama ribuan tahun.
Bahkan, ada beberapa ilmu bela diri yang sudah dia perhatikan hampir seratus kali dengan gerakan dasar setiap jurus yang hampir sama seperti ribuan tahun lalu. Pengalaman itu membuatnya mengingat formasi serta gerakan dasar setiap jurus dari beberapa ilmu bela diri manusia.
Andai saja Tian Iu seorang manusia, mungkin sekarang dia sudah berada dipuncak dunia persilatan.
‘Ya, sebaiknya aku menurunkan beberapa ilmu hebat padanya.’ Tian Iu membatin sambil mengangguk setuju akan pemikirannya sendiri.
Namun, itu tidak berlangsung lama. Tian Iu sekilas membayangkan dirinya sedang memperagakan gerakan dasar setiap jurus pada Jian Yi dengan tubuh kecilnya.
‘Tidak! Itu tidak boleh terjadi!’ Tian Iu menggeleng kepalanya cepat, membuang pikirannya jauh-jauh. Melakukan itu sama saja dengan mempermalukan dirinya dan akan menjadi bahan tertawaan Jian Yi.
Sebenarnya Tian Iu memiliki cara lain untuk mengajarkan Jian Yi ilmu bela diri tanpa memperagakan gerakan dasar setiap jurus. Hanya saja hal tersebut tidak dapat dilakukan sekarang karena memerlukan tenaga dalam besar serta fisik yang kuat. Kondisi tubuh Jian Yi tidak memenuhi syarat saat ini.
Api pada lilin hampir padam, Jian Yi akhirnya berhasil menyalin Kitab Keterampilan Dasar dalam kurun waktu singkat. Beruntung kitab yang dia cari adalah kitab level satu sampah yang tidak diminati. Andai itu kitab yang lebih bagus, isinya akan lebih banyak sehingga lebih tebal dan tiga puluh menit bukanlah waktu yang cukup. Andai itu terjadi, Jian Yi harus kembali lagi esok untuk menyalin lanjutan.
Jian Yi beranjak meninggalkan tempat, beberapa orang yang ada di sana merasa lega sampai menghela napas panjang. Mereka sekarang tidak perlu berjaga jarak lagi agar tidak mencium bau tidak sedap yang ditebarkan oleh wanita itu.
“Aku sudah selesai, satu aliran!” Jian Yi berseru dengan girang pada penjaga perpustakaan yang hendak menyeruput kopi.
Pria tua itu tersenyum canggung dan meletakkan kopinya di atas meja. “Nona, sebenarnya apa itu satu aliran?”
Jian Yi tersenyum padanya sembari mengembalikan pena dan lilin.
“Apa kau mencium bau aneh dari tubuhku?”
Pria tua itu mengendus-endus di dekat Jian Yi.
“Hm… tidak ada,” jawab pria tua itu dengan penuh keyakinan sambil mengelus-elus janggutnya.
“Ternyata benar dugaanku.” Lagi. Untuk kedua kalinya Jian Yi menepuk bahu penjaga perpustakaan. “Kita adalah satu aliran.”
“Maksudnya apa, No—”
“Aku pamit dulu, satu aliran. Sampai jumpa!” Jian Yi melambaikan tangannya sambil tersenyum dan keluar meninggalkan perpustakaan.
Penjaga perpustakaan merasa pusing ketika Jian Yi meninggalkannya tanpa memberitahukan hal yang telah membuatnya penasaran setengah mati. Rasa penasaran pria tua itu kian menjadi.
Sambil menggaruk-garuk janggut putihnya dengan kasar, dia membatin dengan geram. ‘Sebenarnya apa itu satu aliran?!’
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of Jian Yi
FantasyDunia Jesslyn berakhir malam itu juga ketika novel yang dia ikuti selama lima tahun telah mencapai akhir cerita. Hati Jesslyn terasa hampa, pikirannya kosong. Saat itu dia berharap dapat menjadi sosok Yue Xha, karakter utama wanita dalam novel yang...