28. Menyiksa Iblis

2.4K 376 2
                                    

"Argh!"

Feng Ao berteriak bagaikan orang gila. Matanya terbelalak bersamaan itu. Darah terus berhamburan keluar dengan bebas dari bagian tubuh yang telah kehilangan lengan. Tangan kirinya secara spontan menyentuh bagian itu. Namun rasa sakit yang hampir membuatnya mati tak kunjung reda.

"Jalang! Sialan kau, jalang!" Masih sempat-sempatnya Feng Ao menyumpahi wanita di depannya. Dia sangat marah. Impiannya untuk menjadi pendekar hebat telah sirna. Hanya dengan satu tangan, semua orang akan memanggilnya pendekar cacat sekarang.

Jian Yi menatap pria yang kembali menjerit itu sambil menelan ludah. Ini adalah pertama kalinya dia melihat orang mengalami pendarahan yang hebat. Mengerikan. Dia juga tidak paham kenapa bisa memotong lengan seseorang tanpa berpikir dua kali.

'Dia hanya karakter novel, kan? Sampah sepertinya juga tidak pernah disebutkan dalam cerita.' Seakan mendapat bisikan dari iblis, Jian Yi mulai berpikir ini hanyalah dunia fiksi, dunia yang tercipta dari sebuah tulisan. Keraguan dalam hatinya pun sirna. Senyuman bahkan mulai mekar dari bibirnya.

CRAAASH!

Jian Yi kembali mengambil lengan Feng Ao lainnya. Mata pria itu kembali membesar sebelum berteriak dan jatuh terduduk. "ARRRGHHH!"

Entah kenapa. Jian Yi merasa sepertinya ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Tidak seperti pertama kali saat dia memisahkan salah satu bagian tubuh Feng Ao, kali ini rasanya berdebar-debar.

Melihat Jian Yi perlahan mendekat, raut wajah Feng Ao memucat ketakutan. Dia menghentikan jeritannya dan berusaha menjaga jarak dengan menggunakan bokong untuk bergeser menjauh. "Ampun! Aku mohon! Tolong ampuni aku!"

"Ampun katamu?" Jian Yi melempar senyum mengejek. Sudah tidak tahu berapa ratus kali dia menemukan kalimat itu dari musuh yang telah dikalahkan Tian Li.

Mendengar perkataan Feng Ao membuatnya berada dalam posisi Tian Li sekarang. Yang dilakukan Tian Li ketika lawan meminta belas kasih adalah mengampuni serta membiarkannya hidup. Lalu, masalah terjadi setelah itu, lawan yang dibiarkan hidup berbuat onar di masa depan.

Bukan hanya sekali, tapi hampir pada setiap perjalanan, Tian Li selalu mengasihani lawan yang memohon belas kasih. Jian Yi ingin membanting smartphone-nya karena geram. Kalau bukan karena terlanjur cinta dengan novel tersebut, mungkin dia sudah berhenti membacanya.

"Ibu selalu menangis memohon belas kasih darimu, tetapi kau tetap memperlakukannya buruk sampai akhir. Meskipun kau menjilat kakiku, aku tetap tidak akan pernah memaafkanmu!"

Lagi. Jian Yi kali ini memisahkan dua kaki Feng Ao dari tubuhnya. Pria itu sekali lagi menjerit sampai jatuh menggeliat di tanah karena mengalami rasa sakit yang luar biasa. Dia bahkan sampai menangis parah karena tidak sanggup menahan penderitaan mengerikan ini.

Melihat raut wajah menderita Feng Ao, Jian Yi tidak merasa iba sedikit pun, dia malah tersenyum lebar. Akhirnya dia tahu alasan kenapa jantungnya berdebar-debar sejak tadi. Ternyata ini karena dia sangat menikmati setiap jeritan penderitaan yang keluar dari mulut pria itu. Rasanya sungguh menyenangkan. Dia tidak menyangka menyiksa orang yang ingin dibunuhnya akan mendapatkan kebahagiaan sebesar ini.

"Kau bisa menangis juga ternyata." Jian Yi menatap Feng Ao dengan hina.

Disiksa oleh Jian Yi sampai sedemikian rupa, membuat Feng Ao sudah tidak memiliki niat untuk hidup lagi.

Andaikan Jian Yi membiarkannya hidup, itu tetap akan terasa berat baginya. Selain tidak bisa menjadi pendekar lagi, dia juga akan hidup dengan menerima banyak hinaan dari orang lain. Pria itu berpikir akan lebih baik mati saja daripada menjalani hidup bagaikan neraka ke depannya.

"Bunuh aku sekarang, iblis! Bunuh aku!" teriak Feng Ao dengan air mata mengalir deras.

"Apa? Iblis katamu?" Jian Yi tertawa, tidak mengira perkataan semacam itu bisa keluar dari mulut iblis yang telah menyiksa dirinya dan ibunya. Karena dia juga, iblis dalam diri Jian Yi terlahir sekarang. "Kau ternyata masih tidak sadar diri sampai akhir. Tapi aku tidak peduli lagi sekarang... Dan, tidak perlu kau minta, aku sudah pasti akan melakukannya." Jian Yi mengarahkan pedangnya pada leher pria itu. "Semoga kau menikmati kehidupanmu di neraka, Tuan Muda."

The Legend of Jian YiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang