Selama empat hari di rumah Yong Ha, Jian Yi banyak menghabiskan waktunya untuk mempelajari Ilmu Bulan Ilusi. Berkat Tian Iu, Jian Yi tidak perlu repot lagi untuk menemukan kitab dari Ilmu Bulan Ilusi karena siluman itu mengetahui setiap dasar gerakannya.
Jian Yi masih menyimpan satu Pil Awan. Dia tidak bisa menggunakannya lagi karena tenaga dalamnya sudah lebih tinggi dari jumlah tenaga dalam yang dihasilkan pil tersebut. Tian Iu saat itu memberinya dua untuk berjaga-jaga. Jika gagal menyerap khasiat Pil Awan pertama, maka masih ada pil kedua sebagai cadangan. Namun, Jian Yi berhasil menyerap semua khasiat pil pertama bahkan mendapatkan tenaga dalam yang lebih berkat menyerap energi Tian Iu.
Mengonsumsi Pil Awan lagi hanya akan mendapat khasiat sebesar satu persen. Lebih baik menjualnya agar dapat menghasilkan uang.
Setelah menjual Pil Awan, Jian Yi memperoleh uang sebesar 9.000 Gon. Dihitung dengan jumlah tabungannya, Jian Yi sudah memiliki 18.350 Gon sekarang.
Selesai berlatih, Jian Yi menemui Yong Ha. Dia berencana memanfaatkan ruang depan rumah pria tua itu untuk membuka restoran.
“Tentu saja, Nona. Kau bisa menganggap ini sebagai rumahmu sendiri. Kau bisa melakukan apapun di sini.” Yong Ha memberikan kebebasan penuh padanya.
Pada hari itu juga, Jian Yi pergi ke perpustakaan untuk meminjam kitab cara memasak resep edisi khusus. Ada beberapa resep dengan ayam dan tahu sebagai bahan dasar yang menarik perhatian, namun dia tidak mengerti cara untuk memasaknya.
“Ini kedengarannya lezat….” Setelah membacanya, Jian Yi membayangkan rasa masakan itu sampai meneguk ludahnya sendiri. Dia lalu ke pasar untuk mempersiapkan bahan-bahan sebagai latihan masak.
Dia menghabiskan waktu sampai malam untuk latihan masak dan melewatkan latihan ilmu bela diri. Setelah yakin akan rasa masakannya, Jian Yi meminta Yong Ha yang sejak tadi memperhatikan sampai berliur dari samping untuk mencicipinya.
Yong Ha mengambil sepotong daging ayam cincang itu menggunakan sumpit. Pada gigitan pertama, mata Yong Ha melebar seperti terkejut. Tekstur daging lembut yang ditaburi rempah-rempah serta kecap itu menghadirkan rasa gurih yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setelah potongan daging kecil itu masuk ke dalam tenggorakan, Yong Ha merasa dirinya sedang telanjang sambil berlari di padang rumput luas.
“Ini benar-benar lezat!” Yong Ha tidak bisa menahan diri untuk berteriak saking enaknya. Dia bahkan tidak bisa berhenti untuk mengambil potongan daging dalam piring dan melahapnya sampai habis.
Reaksi berlebihan yang ditunjukkan Yong Ha membuat Jian Yi yakin masakan itu, ayam cincang gong bao, akan dijadikan menu utama restorannya.
Lalu, yang kedua tahu mapo. Jian Yi mengambil mangkuk berisi tahu-tahu kecil berbentuk dadu yang digenangi kuah kental. Dia kembali meminta Yong Ha yang baru saja menghabiskan ayam cincang gong bao hingga bersih untuk mencicipinya.
Saat masuk ke mulut, kekentalan kuahnya sudah membuat lidah Yong Ha menggelitik. Tekstur empuk dan lembut serta cincangan daging sapi kecil yang menempel pada setiap permukaan tahu-tahu berbentuk dadu itu menghadirkan rasa yang tidak kalah dari masakan sebelumnya. Ini memberi Yong Ha perasaan seperti berenang dalam lautan tanpa dasar bersama jutaan ikan kecil.
Tangan Yong Ha yang memegang sendok sampai bergetar karena tidak bisa lagi mengungkap kelezatannya hanya dengan menggunakan ucapan. Jian Yi sempat pucat karena mengira masakannya gagal dan membuat pria tua itu mengalami keracunan.
Ketika hendak membuang masakan itu, Yong Ha tersadar lalu merebutnya. “Nona, jangan jauhkan makanan ini dariku. Ingin sungguh lezat! Biarkan aku menghabiskannya!”
Jian Yi mengelus dada melihat pria tua itu dengan lahapnya menikmati tahu mapo buatannya.
Reaksi Yong Ha benar-benar berlebihan. Jian Yi jadi takut memintanya mencicipi hidangan terakhir yang dia masak, dimsum. Sebaiknya meminta ibunya saja untuk menilai rasanya.
Sambil memegang piring yang berisi beberapa dimsum, Jian Yi segera meninggalkan Yong Ha yang masih melahap tahu mapo dan menemui ibunya yang sedang duduk di kamar.
“Ibu, aku ingin kau mencoba masakanku.” Jian Yi duduk di samping Jian Ye sambil tersenyum.
Jian Ye membalas senyum sambil mengangguk. “Wah… kau memasak dimsum. Anakku semakin hebat saja.”
Jian Ye kemudian mengambil dimsum menggunakan sumpit, lalu mencelupnya ke dalam saus kecap asin yang ada dimangkuk kecil atas piring.
Jian Ye menggigit bagian dimsum yang sudah tertabur saus itu. Gigitan pertama membuatnya terdiam sejenak melototi Jian Yi. Gigitan kedua membuatnya tidak tahan lagi. Rasa lembut serta renyah yang bercampur dengan rasa pedas dan asin yang melelehkan lidah memberinya perasaan seperti terbang tinggi ke angkasa menuju sang mentari.
Jian Yi kembali pucat, mengira kesehatan ibunya memburuk setelah mencicipi masakannya. “Ibu!”
Dia berniat menjauhkan masakannya, tetapi Jian Ye langsung tersadar dan merebut piring berisi dimsum itu dengan kecepatan kilat. “Apa yang kau lakukan, Jian Yi?! Biarkan ibu menghabiskan dimsum ini!”
Nada bicaranya bahkan seperti membentak. Jian Yi sungguh kaget ibunya bisa berubah drastis hanya karena sebuah masakan.
Melihat Jian Ye melahap dimsum itu bagaikan orang kesurupan, Jian Yi memijat kepalanya. Dia jadi meragukan kalau tempatnya berada sekarang adalah dunia novel yang mengisahkan tentang kependekaran.
Sementara Tian Iu yang hanya mengekori Jian Yi daritadi mulai penasaran dengan rasa masakan wanita itu setelah melihat perubahan orang-orang. ‘Jian Yi, apa aku boleh mencicipi masakanmu?’
‘Tidak!’ Jian Yi menolak dengan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of Jian Yi
FantasyDunia Jesslyn berakhir malam itu juga ketika novel yang dia ikuti selama lima tahun telah mencapai akhir cerita. Hati Jesslyn terasa hampa, pikirannya kosong. Saat itu dia berharap dapat menjadi sosok Yue Xha, karakter utama wanita dalam novel yang...