34. Rumah Yong Ha

2.2K 367 28
                                    

Kebohongan Tian Iu berhasil membuat seorang Pendekar Agung percaya dalam waktu singkat, Jian Yi merasa senang namun dia juga hampir gila karena bertambah lagi makhluk tidak waras yang berada dipihaknya.

”Dewi perang—”

“Panggil saja aku Jian Yi.”

“Ah, maafkan aku, Nona Jian Yi.”

“Cukup nama. Tidak perlu menambahkan nona.” Jian Yi menghela nafas.

“Di dunia manusia, orang yang memiliki derajat lebih tinggi harus dihormati. Akan sangat lancang jika aku hanya memanggilmu nama, Nona.” Yong Ha memberi hormat sambil menundukkan kepala.

Jian Yi kembali menghela nafas. “Baiklah, Tuan.”

“Tidak. Kau tidak boleh memanggil bawahanmu seperti itu. Wadah tua ini bernama Yong Ha. Nona bisa memanggilku itu.”

Jian Yi sampai menguap karena lelah mendengar omong kosong ini. “Baiklah, Yong Ha. Tidak perlu menunjukkan hormat padaku. Ke depannya juga jangan seperti ini. Berprilakulah seperti biasa.”

Yong Ha mengangkat kepalanya. “Baik, Nona.”

Jian Yi kemudian meminta Yong Ha untuk menyandarkan ibunya pada pohon yang terletak di samping salah satu rumah penduduk. Karena masih merasa lelah, Jian Yi sekalian meminta pria tua itu untuk memulihkan tenaganya.

“Yong Ha, apakah sementara waktu kami bisa tinggal di tempatmu? Setelah kondisi ibu lebih baik, kami akan pergi dan cari penginapan.”

“Nona, kenapa kau berpikir demikian? Bukankah kita hanya berada dalam wadah manusia bumi? Nona bisa menganggap rumah wadah tua ini sebagai rumah nona sendiri.” Yong Ha tidak ingin Jian Yi memikirkan masalah tempat tinggal. Dia sudah mendengar semua cerita mengenai wanita itu dari Tian Iu ketika memulihkan tenaga tadi.

Ini sebuah keberuntungan. Selain mendapatkan seorang Pendekar Agung, kali ini Jian Yi tidak perlu memikirkan tempat tinggal lagi. Tentu dia akan menerima penawaran ini dengan senang hati. “Baiklah… kalau kau memang tidak keberatan.”

Sambil memapah Jian Ye, Yong Ha memimpin jalan menuju rumahnya.

Dikawasan itu, rumah Yong Ha adalah yang paling besar. Bisa dibilang rumah ini ukurannya satu setengah kali lebih besar daripada rumah Feng Ai. Ruang depannya begitu luas, namun tidak terdapat dekorasi atau perabotan apapun di sana. Hanya dinding dan lantai papan yang menghiasi ruang depan.

Jian Yi masih memperhatikan ruang depan itu sambil berjalan masuk. Tidak heran Yong Ha memiliki rumah sebesar itu karena dia adalah mantan tetua sekte. Memilih pekerjaan sebagai penjaga perpustakaan, mungkin hanya untuk mengisi waktu luangnya.

Rumah itu bahkan memiliki lima kamar. Pasti banyak orang yang tinggal di sini. Kalau karena kehadiran dirinya membuat salah satu keluarga Yong Ha harus merelakan kamarnya, Jian Yi takut semua keluarga Yong Ha akan membencinya.

“Yong Ha, apa tidak masalah kami menetap di sini? Bagaimana dengan keluargamu?”

Yong Ha yang baru saja membuka pintu salah satu kamar tertawa kecil. “Tidak perlu khawatir, Nona. Wadah tua ini seumur hidup hanya menjalani kehidupan seorang diri.”

Mendengar itu membuat kekhawatiran Jian Yi pudar.

“Hari sudah semakin gelap. Kau harus istirahat, Nona.”

Jian Yi mengangguk, Yong Ha yang telah meletakkan Jian Ye di atas tempat tidur segera meninggalkan ruangan.

“Ah, kenapa aku tidak bisa mengingat apapun tentang diriku di masa lalu? Apakah karena wadah ini sudah terlalu tua?” Yong Ha yang sedang berjalan menuju kamarnya menghela nafas. Dia gelisah karena tidak dapat menemukan sedikitpun serpihan kenangan mengenai dirinya saat menjadi jenderal perang.

Saat memasuki kamarnya, dia segera menjatuhkan diri di atas tempat tidur. Dengan mata merah yang memandang langit-langit, dia berimajinasi liar sejenak.

Dia menghela nafas lagi. Setelah selesai berimajinasi, pria tua itu tiba-tiba bangkit dari tempat tidur. Wajahnya menunjukkan ekspresi seperti orang yang baru mendapat pencerahan.

“Aku akhirnya mengerti kenapa dulu aku tidak merasakan gairah lagi untuk terlibat dalam dunia persilatan. Mungkin ingatan jenderal perangku yang telah menuntun wadah ini untuk menjadi penjaga perpustakaan karena tahu sang dewi akan muncul di sana.”

Yong Ha tersenyum sambil mengelus-elus janggutnya. “Setelah bertemu dengan dewi perang, aku bisa merasakan jiwa jenderal perangku perlahan bangkit kembali. Gairah haus darah ini sudah lama tidak kurasakan.” Dia kembali tersenyum sambil menggeleng-geleng kepala. “Ya. Aku akan mengemban tugas besar di masa depan. Aku harus terjun kembali ke dunia persilatan dan menjadi Pendekar Bumi. Dengan begitu aku akan kembali awet muda setelah melewati Restorasi Tubuh.”

Yong Ha menatap langit-langit kembali sambil membayangkan dirinya yang tampan saat muda dulu. Membuatnya tersenyum malu-malu. “Aku yakin setelah kembali muda nanti, dewi perang pasti akan jatuh cinta padaku.”

The Legend of Jian YiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang