30. Meninggalkan Kediaman Feng Ao 2

2.3K 359 0
                                    

Raut wajah Feng Ai yang semula tersenyum ramah, seketika berubah menjadi dingin. Dia menatap Jian Yi dengan tajam. Tangannya perlahan bergerak ke arah wanita itu.

“Tu-Tuan Besar… jangan….” Jian Ye ketakutan melihat tangan Feng Ai bergerak ke arah anaknya.

‘A-apa yang akan dia lakukan?!’ Sedangkan Jian Yi jantungnya berdebar-debar. Dia sedikit menunduk dan memejamkan mata.

‘Manusia itu… tidak mungkin dia sudah menyadari semuanya.’ Tian Iu ikut tegang. Feng Ai bukanlah orang yang bisa dihadapi Jian Yi saat ini, Tian Iu ingin mencegah sesuatu yang buruk terjadi pada Jian Yi. Namun, sayangnya tidak ada yang bisa dia perbuat.

Tunggu. Mata Tian Iu tiba-tiba melebar. Sebuah ide terlintas dalam benaknya. Ada satu cara yang mungkin dia bisa lakukan sekarang. Mengeluarkan suara. Mungkin itu bisa menakutkan Feng Ai karena dia tidak terlihat.

Ketika Tian Iu hendak melakukannya, ternyata tidak ada yang terjadi. Feng Ai hanya memegang pundak Jian Yi dengan lembut. Tian Iu segera mengurungkan niatnya.

“Apakah Feng Ao yang telah membuat kalian menjadi seperti ini?! Pantas saja aku merasakan firasat buruk akhir-akhir ini. Keputusanku untuk pulang lebih cepat ternyata benar. Aku sudah katakan padanya untuk tidak berbuat ulah tetapi dia melakukan hal seperti ini pada kalian. Anak itu sungguh kurang ajar!”

Ternyata tidak seperti yang dibayangkan mereka, raut wajah Feng Ai berubah karena mengira kondisi Jian Yi dan ibunya yang terlihat lemah karena disiksa Feng Ao.

Feng Ai sering menangkap basah anaknya berbuat kasar pada mereka. Dia selalu memperingatkan Feng Ao untuk tidak berbuat seperti itu lagi. Bukan karena pria paruh baya itu mengasihi mereka, dia hanya takut Jian Yi dan ibunya kabur karena kekerasan.

Jika itu terjadi, maka dia akan kesulitan mencari budak yang rela digaji dengan rendah. Sudah banyak budak yang kabur dan cuma mereka yang sanggup bertahan selama tiga bulan. Tentu Feng Ai akan membuat mereka merasa senyaman mungkin tinggal di sini agar tidak lepas.

“Kalian kembalilah ke kamar. Aku berjanji kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi. Aku akan segera memberi anak nakal itu pelajaran!” Feng Ai dengan murka meninggalkan mereka, menuju ke kamar Feng Ao.

Inilah satu-satunya kesempatan bagi Jian Yi untuk melarikan diri. Dia bergegas pergi dengan terburu-buru.

‘Sial… aku harus cepat! Jika tidak….’ Jian Yi sudah tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Feng Ai telah menemukan anaknya tewas dengan kondisi mengenaskan. Langkahnya semakin cepat dan ini benar-benar menguras tenaganya.

“TIDAK! TIDAAAAK! ANAKKU!”

Suara teriakan dari dalam rumah mulai terdengar, wajah Jian Yi dan ibunya memucat. Jian Yi semakin mempercepat langkahnya.

“BUDAK SIALAN! AKAN KUBUNUH KALIAN, SIALAN!”

Jantung mereka semakin berdebar-debar. Feng Ai sudah pasti berlari keluar rumah sekarang. Jian Yi baru berhasil menjauh kurang dari 20 meter. Dengan kecepatan ini, Feng Ai sudah dipastikan dapat segera menyusul mereka. Dia harus bergerak lebih cepat, jika tidak maka kematian akan mendatangi mereka.

Feng Ai sudah berada di depan pintu sambil memegang pedang yang dia ambil dari tempat anaknya mati.

“TUNGGU! KALIAN PIKIR KALIAN BISA PERGI? AKAN KUPISAHKAN TUBUH KALIAN HINGGA KE BAGIAN YANG TERKECIL! AKU AKAN MEMBALAS SERATUS KALI LIPAT DENGAN APA YANG TELAH KALIAN PERBUAT PADA ANAKKU!”

Tatapan pria paruh baya itu penuh amarah. Matanya melotot besar melihat punggung ibu dan anak yang hendak melarikan diri itu. Seperti tatapan seekor harimau buas yang hendak menerkam mangsanya.

Feng Ai menggertakkan giginya geram. Mengingat kembali Feng Ao adalah anak satu-satunya yang telah dibesarkan seorang diri setelah istrinya meninggal dunia sejak melahirkan Feng Ao, membuat emosinya semakin meledak.

“BUDAK SIALAN! AKAN KUBUNUH KALIAN!” Dengan pedang terangkat ke atas, Feng Ai berlari mengejar mereka.

Jantung Jian Yi rasanya ingin meledak saking tegangnya. Dia bergerak semakin cepat, namun malangnya itu malah membuatnya tersandung dan jatuh bersama sang ibu.

“Sial!” Jian Yi berusaha bangkit lagi, Feng Ai sudah semakin dekat.

“Jian Yi, pergilah… Biar ibu yang akan menahan tuan besar.” Jian Ye yang terbaring di tanah memegang pundak anaknya yang hendak bangun.

“Tidak. Mana mungkin aku lakukan itu.”

“Jian Yi, ibu sudah hidup terlalu lama. Melihatmu tumbuh besar seperti sekarang… Ibu rasa ini sudah lebih dari cukup. Ibu tidak akan menyesal jika harus mati sekarang.” Wanita tua itu tersenyum ramah kemudian melanjutkan kembali perkataannya. “Kau masih muda dan harus tetap hidup. Pergilah. Kita sudah tidak memiliki banyak waktu.” Tangan Jian Ye mendorong pundak anaknya dengan pelan. Dia tidak ingin membebani anaknya lagi dan berharap Jian Yi segera bergegas.

Mendengar ucapan itu membuat airmata Jian Yi seketika mengalir. Dia perlahan bangkit berdiri, dengan bibir bergetar dia berkata, “Maafkan aku, Ibu….”

The Legend of Jian YiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang