CRAAASH!
Dalam satu tebasan, kepala Feng Ao seketika bergelinding di tanah. Jian Yi menatap pedang yang digenggamnya, sungguh banyak darah menempel di sana.
Apakah yang dilakukan ini benar? Entahlah. Jian Yi sendiri juga bingung dengan keputusannya. Sejenak dia ragu. Meskipun Feng Ao hanya seorang karakter dalam novel, tetap saja yang dilakukan barusan termasuk pembunuhan.
“Bodoh. Untuk apa memikirkan hal seperti itu sekarang? Dunia ini adalah dunia dimana yang lemah akan dimangsa yang kuat. Jika aku tidak melakukannya, aku yang akan terbunuh di masa depan.” Jian Yi berusaha meyakinkan diri kalau yang dia lakukan barusan sudah benar.
Setelah menurunkan Jian Ye dari atas pohon, Jian Yi melepaskan ikatan serta menarik keluar kain yang tersumpal pada mulutnya. “Ibu, mulai sekarang tidak ada yang perlu kita khawatirkan lagi.”
Wanita itu tersenyum pada sang ibu, namun Jian Ye membalasnya dengan tatapan penuh ketakutan.
“Ibu?”
Jian Ye masih tidak memberi jawaban. Keterkejutan masih menyelimuti dirinya setelah menyaksikan anaknya sendiri membunuh Feng Ao dengan keji. Seingat wanita tua itu, Jian Yi adalah seorang wanita biasa. Lemah, penurut, penakut… anaknya adalah orang seperti itu tetapi malam ini Jian Yi menunjukkan sesuatu yang berbeda. Seperti bukan anaknya.
“Si-siapa kau sebenarnya?” Akhirnya Jian Ye memberanikan diri untuk bicara. Dia ragu wanita di depannya sekarang adalah anaknya sendiri.
Jian Yi menghela nafas. Tidak heran melihat Jian Ye mulai menaruh rasa curiga padanya. Melihat perlakuan Feng Ao selama ini pada mereka, Jian Yi sudah tahu pemilik tubuh sebenarnya pasti tidak dapat melakukan hal yang kejam seperti dirinya.
“Ibu, aku tahu kau pasti akan terkejut setelah melihatku berubah seperti ini. Tapi, kita tidak punya pilihan lain. Aku tidak mau kita hidup tersiksa selamanya.”
Jian Yi tidak mungkin menceritakan kebenarannya pada Jian Ye. Dia harus mencari alasan yang lebih baik. Yang lebih penting dari itu, mereka harus keluar terlebih dahulu dari sini. Jian Yi segera memapah ibunya sambil berkata, “Aku akan menjelaskan semua yang ingin ibu ketahui nanti, kita harus meninggalkan tempat ini.”
Dengan begini, Jian Yi bisa menunda untuk memberi alasan pada ibunya sejenak. Sambil beranjak meninggalkan kediaman Feng Ao, dia akan memikirkan alasan yang masuk akal untuk membuat Jian Ye percaya padanya.
Berbeda dengan Jian Ye yang ketakutan, sebaliknya Tian Iu yang sekarang mengikuti mereka dari belakang merasa puas dengan keputusan Jian Yi. Meskipun cara wanita itu membunuh terkesan kejam, Tian Iu sudah sering melihat hal seperti itu, jadi dia menganggap itu adalah hal yang wajar.
‘Itu baru namanya utusan dari langit yang akan menjadi tuanku di masa depan.’ Tian Iu tersenyum sambil menatap punggung Jian Yi dengan penuh kekaguman. Semenjak ditipu oleh Jian Yi, siluman ini selalu menghabiskan harinya dengan berimajinasi liar.
Jian Yi melihat pisau perak yang tergeletak di tanah. ‘Pisau ini ukurannya kecil dan bisa dibawa dengan mudah. Mungkin akan berguna di masa depan. Aku harus menyimpannya.’
Dia kemudian mengambil pisau perak dan menyimpannya ke dalam pakaian. Setelah itu, Jian Yi kembali melanjutkan langkahnya.
Karena belum istirahat sepanjang hari, Jian Yi merasa sangat lelah. Tian Iu tidak bisa membantunya dalam hal ini. Semenjak menyalurkan energi dan energinya terhisap oleh Jian Yi, siluman itu tidak berada dalam kondisi yang baik sekarang.
Menurut informasi yang Jian Yi dapatkan dari ibunya beberapa hari lalu, kemungkinan besar besok adalah hari kepulangan ayah Feng Ao. Dia tidak boleh kalah dengan rasa lelahnya sekarang. Memutuskan untuk istirahat di sini sama saja dengan menunggu ajal. Dengan tenaga yang tersisa Jian Yi berjuang memapah ibunya keluar.
Akhirnya pintu keluar sudah terlihat di depan mata. Jian Yi tersenyum lega. Namun, langkahnya harus terhenti ketika dia melihat seorang pria paruh baya tersenyum hangat di depan pintu yang baru saja dibuka.
“Tu-Tuan Besar….”
Alis Jian Yi terangkat ketika mendengar ibunya memanggil pria paruh baya itu dengan tubuh gemetar. Tentu saja panggilan Jian Ye pada pria paruh baya itu membuatnya tahu siapa sosok pria paruh baya tersebut sekarang.
‘Di-dia ayah Feng Ao?! Kenapa dia bisa ada di sini sekarang? Bukankah seharusnya dia pulang besok? Apa yang harus aku lakukan?’
Jian Yi menelan ludah. Jika pria paruh baya itu tahu apa yang telah dia perbuat pada anaknya, maka pertarungan sudah pasti tidak dapat terhindarkan.
Masalahnya, kondisi Jian Yi sekarang sudah tidak memungkinkan untuk bertarung. Dan, andaikan wanita itu berada dalam kondisi prima, peluangnya untuk memenangkan pertarungan sangat kecil karena pria paruh baya itu, Feng Ai, adalah seorang Pendekar Emas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of Jian Yi
FantasyDunia Jesslyn berakhir malam itu juga ketika novel yang dia ikuti selama lima tahun telah mencapai akhir cerita. Hati Jesslyn terasa hampa, pikirannya kosong. Saat itu dia berharap dapat menjadi sosok Yue Xha, karakter utama wanita dalam novel yang...