Tian Iu terkejut, tidak menyangka pria tua itu ternyata seorang Pendekar Agung. Andai saja tidak berada dalam wujud roh, dia pasti sudah bisa menyadari kekuatan Yong Ha meskipun telah disembunyikan serapi mungkin.
Sementara Jian Yi membesarkan matanya. Yong Ha. Nama itu jelas tidak asing. Kisah kependekarannya pernah diceritakan dalam satu chapter penuh pada awal cerita sebelum pada akhirnya dia memutuskan mengundurkan diri dari dunia persilatan.
Yong Ha adalah pendekar yang memiliki keberanian muncul secara terang-terangan di wilayah lawan. Musuh-musuh yang dia hadapi dibuat gentar. Banyak saksi mata mengatakan jika Yong Ha sudah bergerak ke medan pertempuran, dia akan menghabisi lawannya dengan kecepatan yang sulit di tangkap oleh mata. Sekali bergerak, puluhan pendekar pasti mati. Bagaikan badai yang tidak dapat dibendung.
‘Yo-Yong Ha… Aku tidak menyangka bisa bertemu dengannya di sini.’ Jian Yi menelan ludah sebelum alisnya terangkat karena mengingat pria tua itu melemparkan tatapan bengis padanya. Tentu itu bukanlah tatapan orang yang berniat untuk menyelamatkan dirinya. ‘Apa aku ada berbuat kesalahan?’
Keringat membasahi punggung Feng Ai, dia begitu tegang menghadapi Pendekar Agung yang hanya bermodalkan senjata sehelai rambut yang dialiri energi. Andai saja dia bisa menahan diri barusan, dia tidak akan mendapat masalah serius seperti ini.
Namun, nasi sudah jadi bubur. Feng Ai tidak bisa mundur lagi. Dengan mengerahkan seluruh kemampuan, dia melesat menyerang Yong Ha sambil menggunakan jurus terakhir dari Ilmu Pedang Tunggal.
“Jurus Kelima, Tujuh Tebasan Maut!”
Sesuai namanya. Gerakan dari jurus terakhir Ilmu Pedang Tunggal memiliki tujuh gerakan pedang mematikan. Gerakan pedang pertama bahkan bisa membelah batu besar, kekuatan gerakan selanjutnya akan lebih kuat. Gerakan pedang terakhir bahkan memiliki kemampuan untuk menghancurkan batu besar hingga berkeping-keping.
Namun, Feng Ai berhadapan dengan lawan yang salah. Baru menggunakan gerakan pertama saja pedangnya sudah terbelah menjadi dua bagian ketika bertabrakan dengan rambut yang diayunkan secara santai oleh Yong Ha.
Mata Feng Ai seketika membesar. Mulutnya terbuka lebar menatap pedang patah ditangannya.
Semua penduduk menarik nafas, tegang melihat pemandangan itu.
Jian Yi sendiri tidak bisa menahan keterkejutannya. Walaupun tahu seorang Pendekar Agung memang memiliki kemampuan menakutkan. Menyaksikannya dengan mata sendiri ternyata lebih mengerikan.
“Apa kau masih ingin melawan?!” Yong Ha mengeluarkan suara tinggi. Terdengar seakan sedang membentak.
Wajah Feng Ai memucat. Dengan mulut masih terbuka dia cepat-cepat menggeleng kepalanya sebelum menjatuhkan pedang patahnya itu.
“Kalau begitu, pergilah sekarang sebelum aku berubah pikiran!” Yong Ha berteriak lagi. Udara sekitar tiba-tiba terasa menekan.
Tanpa berpikir dua kali, Feng Ai segera lari menuju rumah. ‘Sialan! Tunggu saja kau, jalang! Kali ini kau beruntung. Lain kali kalau kita bertemu, aku tidak akan membiarkanmu menghirup udara lagi!’
Pria paruh baya itu masih menaruh dendam pada Jian Yi. Dia berjanji tidak akan melepaskan Jian Yi serta akan memburunya suatu saat nanti.
“Te-terima kasih, Tuan.”
Mendengar ucapan Jian Yi, pria tua itu segera berpaling menatapnya bengis sambil mengarahkan rambut yang dapat membelah pedang itu padanya. “Jangan berpikir aku datang untuk menyelamatkanmu. Kita masih ada urusan yang belum terselesaikan,” ucap pria tua itu dengan dingin.
“Ma-maaf, Tuan. Apa aku pernah menyinggungmu?” Dengan wajah ketakutan Jian Yi memberanikan diri bertanya.
“Kau masih berani menanyakan hal ini padaku?!”
Yong Ha menatap Jian Yi semakin garang. Dia kemudian menjelajahkan pandangan ke sekitar, menatap satu persatu para penduduk. “Aku tidak suka menjadi bahan tontonan seperti ini. Apa kalian mengerti maksudku? Suasana hatiku sedang buruk. Jangan membuatku mengulangnya dua kali.”
Para penduduk terkejut sebelum mengangguk cepat dan masuk ke rumah masing-masing.
Sementara Jian Ye tidak bisa bersuara karena aura yang dipancarkan Yong Ha membuat orang yang tidak memiliki tenaga dalam akan mengalami tekanan mental sehingga ketakutan.
‘Jian Yi, apa yang telah kau lakukan padanya?’ Tian Iu yang hampir setiap saat merasa tegang karena keadaan mulai bertanya.
‘A-aku tidak melakukan apapun, Tian Iu. Aku juga juga tidak tahu kenapa dia begitu.’
Jian Yi ingat betul dia tidak melakukan kesalahan apapun saat berada dalam perpustakaan. Bahkan dia sangat sopan menyapa penjaga perpustakaan ketika bertemu, memperlakukannya seperti sahabat lama. Tidak ada sedikitpun dari ucapannya yang bisa menyakiti hati pria tua itu. Dia bahkan memanggil Yong Ha sebagai satu aliran karena mereka orang yang sama-sama jarang mandi. Tidak mungkin kan hanya karena itu saja Yong Ha sampai mencarinya? Jian Yi berpikir demikian.
Setelah melihat para penduduk sudah bubar. Yong Ha menatap Jian Yi kembali. Tatapannya lebih garang dari sebelumnya. “Katakan padaku apa itu satu aliran sebenarnya! Apakah maksudmu aku ini bukan orang yang berasal dari aliran putih, hah?! Jadi darimana aku berasal?! Aliran hitam, kah? Netral, kah? Atau pink, kah?!”
Yong Ha berteriak penuh emosi. Sudah hampir seminggu dia tidak bisa tidur karena berusaha membongkar misteri satu aliran yang sampai membuatnya mengundurkan diri dari pekerjaan itu.
Jian Yi tentu sangat terkejut melihat pria tua itu ternyata masih penasaran dengan panggilan yang dia berikan waktu di perpustakaan.
‘Jian Yi! Sebaiknya kau ungkapkan yang sebenarnya!’
Tian Iu mengirimkan telepati dengan nada yang sangat serius, membuat suasana gila ini semakin meriah.
‘Apa maksudmu, Tuan Iu?!’
‘Kau harus mengatakan yang sesungguhnya pada pria tua itu kalau dia adalah salah satu utusan dari langit! Jika kau berhasil meyakinkannya, aliran kita akan semakin besar!’
Jian Yi tidak menjawab dan hanya membatin, ‘Aliran apa, bodoh?! Semakin besar kepalamu!’ Ingin sekali rasanya dia membedah isi kepala siluman itu karena mengucapkan hal yang konyol dalam situasi seperti ini.
“Cepat katakan padaku! Jika kau masih memilih diam, aku akan segera membunuhmu!” Yong Ha mulai meletakkan rambutnya yang dialiri energi di ujung leher Jian Yi.
Jian Yi benar-benar heran dengan pria tua itu yang sampai berniat membunuhnya hanya karena masalah ini. Tidak ada cara lain lagi. Dia harus menggunakan salah satu kemampuan lain yang dia bawa dari dunia nyata selain memasak, yaitu berbohong.
Seperti apa yang dikatakan Tian Iu barusan. Jika berhasil menipu pria tua ini, maka dia akan mendapat sekutu yang kuat. Mau bagaimanapun ini harus berhasil. Dengan adanya seorang Pendekar Agung di sampingnya, rintangan di masa depan nanti akan bisa diatasi dengan mudah.
Jian Yi menghela nafas sejenak sebelum menatap Yong Ha dengan serius. Bahkan wajahnya sekarang tampak dingin serta angkuh, membuat Yong Ha mengerutkan kening.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of Jian Yi
FantasyDunia Jesslyn berakhir malam itu juga ketika novel yang dia ikuti selama lima tahun telah mencapai akhir cerita. Hati Jesslyn terasa hampa, pikirannya kosong. Saat itu dia berharap dapat menjadi sosok Yue Xha, karakter utama wanita dalam novel yang...