Jian Yi menggeleng kepala. ‘Ah, mungkin ini hanya firasat buruk saja.’ Dia kemudian menggenggam erat kantung uang di tangannya. ‘Mau dia berubah atau tidak. Malam ini aku harus membunuhnya. Tunggu saja Feng Ao.’
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, dia baru dapat menemukan pedagang yang menjual pisau perak. ‘Sialan. Kenapa harus jalan sejauh ini untuk menemukan benda ini?’
Jian Yi mengumpat kesal melihat pisau perak yang bergelantungan di dinding. Gara-gara benda itu dia tidak sempat mengistirahatkan tubuhnya yang telah lelah karena latihan sepanjang hari.
“Berapa harganya, Tuan?”
“100.000 Gon, Nona?”
“Apa?!”
Mendengar harganya saja sudah membuat jantungan. Jian Yi cepat-cepat membuka kantung uang untuk melihat jumlah uang yang dibawanya. Semoga saja cukup. Dia tidak mau jika Feng Ao nanti menyuruhnya kembali ke sini.
Mata Jian Yi membesar, dari kantung uang itu berceceran koin dan uang berbentuk lembaran.
Lembaran kertas terbesar adalah 5.000 Gon, sedangkan koin terbesar bernilai 500 Gon. Dihitung semua, totalnya cukup untuk membeli pisau perak. 100.000 Gon pas. Tidak kurang. Tidak lebih.
‘Ayah dari iblis itu... memberikan uang pada anaknya sebanyak ini sangat mudah. Tetapi, kenapa untuk menggaji kami terasa sulit baginya?!’
Jian Yi mengepal keras tangannya. Kasih sayang orangtua pada anaknya memang hal wajar. Jian yi tidak mempermasalahkan itu. Tetapi… kenapa ayah Feng Ao tidak memberikan sedikit kasih sayang pada mereka juga? Meskipun hanya budak, ibunya telah bekerja sepenuh hati, dia yakin Jian Yi yang dulu juga memiliki sifat yang sama dengan ibunya.
‘Sudahlah. Lagipula malam ini semua akan berakhir.’
Ya. Setelah malam tiba, ketika Feng Ao tidur nanti, Jian Yi akan menyerang diam-diam. Meskipun ada kemungkinan rencananya akan gagal, dia tidak takut lagi karena sekarang dia telah berhasil menguasai setengah gerakan Ilmu Bulan Ilusi.
Jian Yi kemudian membeli pisau perak itu lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
Hal yang paling melelahkan sekarang adalah dia harus kembali dan menempuh perjalanan yang hampir memakan waktu selama satu jam.
Matahari hampir terbenam, sebelum malam tiba, dia harus segera tiba di rumah. Jian Yi berlari untuk mempersingkat waktu.
Setelah sampai di rumah, Jian Yi segera ke kamar Feng Ao, tetapi dia tidak menemukannya. ‘Apa dia ada di kamarku?’
Jian Yi kemudian menelusuri kamarnya, namun tidak menemukan Feng Ao. Dan... ibunya juga tidak ada di sana. ‘Dimana ibu?’
Jantung Jian Yi berdetak tidak karuan, dia segera berlari ke dapur tetapi ibunya juga tidak berada di sana. ‘Sialan! Sialan! Jangan bilang Feng Ao....’
DEG! DEG!
Jantungnya berdetak semakin kacau, firasat buruk semakin menghantui Jian Yi. Hanya satu tempat yang belum dia telusuri. Itu adalah halaman belakang. Jian Yi kembali berlari dan berharap tidak ada yang terjadi pada ibunya.
“Lama sekali kau pulang, Jalang.” Ternyata Feng Ao telah menunggunya di sana. Pria itu tersenyum lebar sambil menyandarkan punggungnya di pohon.
“Tuan Muda, dimana i—”
Ucapan Jian Yi terhenti ketika dia melihat adanya tali yang terikat di kayu besar yang tertancap kokoh di tanah. Letak kayu itu hanya berjarak satu meter dari Feng Ao. Ikatan tali tersebut mengarah ke atas pohon tempat Feng Ao bersandar.
Melihat apa yang ada di atas sana, membuat jantung Jian Yi berpacu cepat.
“Si-si-sialan....”
Ada seorang wanita tua di sana. Sosok itu jelas adalah Ibunya, Jian Ye.
Jian Ye menggeliat dengan mulut tersumpal di atas sana. Melihat airmata yang jatuh menetes dari wanita tua itu, membuat hati Jian Yi semakin panas.
“Sampah! Kau benar-benar sampah, Feng Ao!” Setelah sekian lama menahan diri, akhirnya Jian Yi melepas semua amarah yang telah dipendam sekian lama. Dia tidak bisa lagi menahan emosinya melihat iblis itu memperlakukan Jian Ye seperti itu.
“Akan kubunuh kau!”
Jian Yi mengeluarkan pisau perak dari dalam bajunya, dia berlari sambil mengayunkan pisau itu pada Feng Ao.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of Jian Yi
FantasyDunia Jesslyn berakhir malam itu juga ketika novel yang dia ikuti selama lima tahun telah mencapai akhir cerita. Hati Jesslyn terasa hampa, pikirannya kosong. Saat itu dia berharap dapat menjadi sosok Yue Xha, karakter utama wanita dalam novel yang...