12 : Ibunda Ata

337 76 7
                                    


"Jadi, kamu udah berapa lama pacaran sama Ata?"


Begitu menghitung jumlah anggotanya dan ternyata hanya tersisa sembilan orang, Angga berdecak kesal, sementara kedua tangannya berkacak pinggang, hendak mengaum.

"Siapa yang nggak ada, nih?" tanyanya.

Anggota selusin cogan yang lain pun kontan menoleh ke arahnya. Langsung sibuk memperhatikan masing-masing orang, mengingat anggota mereka ada dua belas dan bentukannya sama.

Memang selalu begitu, sesibuk-sibuknya aktivitas mereka, mau tak mau mereka harus menyempatkan diri untuk berkumpul yang oleh Angga diberi waktu setiap dua minggu sekali, entah hanya untuk sekedar ngobrol, diskusi, membahas masalah, atau bahkan bagian yang paling disukai Arsen adalah nugas bareng.

"Ata," sahut Haidar, membuatnya kini menjadi pusat perhatian abang-abangnya yang lain.

"Kemana dia?"

Karena fokus dengan ponselnya, Haidar hanya mengendikkan bahu tak acuh. "Kencan kali."

Angga menghela napas panjang, yang seperti itu tak dapat dihindari memang. Meskipun dalam hatinya diam-diam juga memaki Ata karena tidak memprioritaskan selusin cogan terlebih dahulu.

"Siapa lagi?" tanyanya kemudian.

"Samudra," jawab Jevin yang baru saja menghentikan sesi gibahnya dengan Jiel. Kontan saja atensi yang lainnya berlabuh pada abangnya Sam yang super julid itu.

Karena mendapat tatapan horor dari yang lainnya, spontan Jiel mendelik tidak terima. "Apaan? Gue nggak tau, tanya Angga noh, dia mah emaknya Sam."

Dituduh seperti itu, Angga lantas melambaikan tangannya, mengkode bahwa dia tak tahu apa-apa soal Sam. "Dia nggak pamitan ke gue."

"Fal?"

Karena Arsen langsung memanggil demikian, Naufal dan Falah sama-sama menoleh. Begitu si bungsu menyadari itu, bibirnya kontan merengut kesal. "Dah dibilang panggil aja gue Davi, jangan Falah. Jadi ribet kan yang dipanggil gue apa bang Naufal coba?"

"Gabisa gabisa, Davi nama gue juga, anjir," sahut Juno yang langsung disambut bekapan oleh Jiel. Malangnya Juno, kenapa harus duduk di sebelah Jiel tadi. "Berisik."

"Lu mah Juki bang, Juki," timpal Cio sembari ikut-ikutan Jiel untuk menggelitiki Juno.

Jadilah kerusuhan itu tak dapat terhindarkan.

Angga kontan memutar mata jengah, lantas atensinya kembali pada Falah yang masih sibuk menertawai abangnya. "Falah."

Si bongsor lantas menoleh, alisnya berjengit.

"Nggak tau dimana Samudra?"

Falah menggeleng ragu, namun kemudian berusaha memberanikan diri. "Tapi kemarin sempet denger dia mau double date gitu sih, bang." Anak itu menggaruk tengkuknya kikuk, takut-takut salah bicara.

Dan benar saja, Jiel sebagai abangnya Sam kontan berhenti menggelitiki Juno dan mengalihkan atensinya pada Falah. "Sianying, Sam mau nge-date sama siapa, anjir?"

"Nahloh mampus, dilangkahin sama adek lo!"

Pekikan Juno barusan tentu saja membuat Jiel mendelik tidak terima. Akhirnya anak itu beranjak, memulai sesi gelut kembali dengan musuh bebuyutannya itu.

Rusuh lagi.

Angga berdecak, jemari tangannya memijat pelipisnya yang mulai pening. Kenapa anak buahnya tak ada satupun yang waras, sih?

[1] Tiramisu CheesecakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang