•
•"Gandeng kek Nal, nggak elit banget tangan cogan gini dianggurin."
•
•"Sorry, ya?"
Ata berujar demikian ketika keduanya sampai di dapur secara beriringan. Begitu mendengar ucapan maaf Ata, Nala justru terkekeh geli.
"Kenapa minta maaf?" tanyanya kemudian.
Cowok yang berdiri di hadapannya itu pun menggaruk tengkuknya canggung. "Mami emang suka gitu orangnya, tapi cuma buat becanda kok, serius."
"Dih halah, santai aja kali, Ta. Gue juga paham kali," sahut Nala. Gadis itu sebenarnya paham, pasti Ata merasa tidak enak karena ulah maminya barusan. Padahal ia sama sekali tak mempermasalahkan hal tersebut.
"Lagian, suka jahil emang. Padahal biasanya kalau hari libur pun tetep ada jadwal pemotretan, nggak tau hari ini kok pas banget lagi ada di rumah."
"Mami lo, model ya?" tanya Nala kemudian. Gadis itu beringsut mendekati Ata ketika melihat cowok itu kesusahan mengeluarkan bahan-bahan dari dalam plastik.
Ata mengangguk. "Kenapa?"
Senyum Nala kontan terulas lebar. Gadis itu lantas menggeleng pelan. "Nggak heran sih, cantik tinggi proporsi tubuhnya juga bagus."
Mendengar jawaban Nala, spontan saja tawa Ata menguar renyah. "Lo juga kali, Nal," ujarnya, kontan membuat gadis di sebelahnya itu refleks meninju pelan lengannya.
Tawa keduanya pun menguar memenuhi seisi dapur untuk beberapa saat. Hingga akhirnya setelah mereka terdiam, suara berisik peralatan dapur yang berbenturan dengan meja mendominasi.
"Lo apa nggak pengen jadi model kaya mami gitu? Ya kan lo cantik, tinggi, proporsi tubuh lo juga bagus, keren tau Nal."
Pernyataan Ata barusan memecah keheningan di antara keduanya. Sementara gadis yang diajaknya bicara itu masih terdiam, namun kemudian bibirnya mengulas senyum tipis, menyadari sesuatu.
Jadi barusan Ata tengah memujinya, ya?
Ia menggeleng pelan. "Nggak pengen," jawabnya singkat.
"Kenapa?" tanya Ata seraya mengeluarkan lady finger dari bungkusnya. Alisnya mengernyit, menoleh bingung pada gadis di sebelahnya yang kini terlihat tengah memasukkan biskuit ke blender. "Nggak pede, ya?"
Namun, gelengan kuat dari gadis itu semakin membuat alis Ata bertaut heran. "Terus?"
"Pengennya jadi penerjemah bahasa. Siapa tahu nanti bisa kepilih jadi translator di konsernya nct, kan lumayan bisa ketemu Jung Jaehyun."
Begitu Nala berujar demikian dengan mengulas cengiran lebar, Ata terkekeh geli karena gemas sendiri. "Lo suka kpop juga?" tanyanya pada gadis itu kemudian.
Sembari memasang tutup blender pada tempatnya, gadis itu mengangguk antusias. Setelah itu, tawa renyah Ata tersamarkan oleh suara berisik mesin blender.
"Bercanda Ta," ujar Nala begitu suara mesin tersebut berhenti. "Gue tuh nanti pas udah kuliah pengen ambil sastra inggris, pengen jadi tour guide."
Ata mengangguk, sembari bersedekap cowok itu menyenderkan tubuhnya di pinggiran wastafel, sementara matanya memperhatikan gerakan Nala yang kini tengah memindahkan bubuk biskuit dari blender ke loyang bundar.
"Asik banget udah punya cita-cita," komentarnya kemudian, membuat Nala kontan menoleh padanya. "Gue aja belum punya."
Mendengar itu, dahi Nala pun mengerut heran. "Kenapa?" Sembari memadatkan bubuk biskuit pada loyang, ia melanjutkan kalimatnya. "Karena belum ada pandangan, ya? Atau masih bingung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Tiramisu Cheesecake
FanfictionHanansya Atarafka Madani sukses menghebohkan siswa siswi seantero sekolah setelah aksinya di pentas seni MOS angkatannya lewat popping dance yang berakhir dengan kedipan sebelah mata. Bisa ditebak setelah itu, siapa yang tidak kenal dengan seorang A...