•
•"Ta, hidup itu sama seperti rasa dari tiramisu, sekalipun terasa manis, pasti rasa pahitnya akan tetap mengiringi, dan itu sudah kodrat, kalau rasa tiramisu tergantung pada chef-nya, berarti hidup kita bergantung pada Tuhan. Cukup percaya, semua pasti ada jalannya."
–eyang
•
•Genap lima belas menit yang lalu rasa-rasanya urat malu Ata sukses terputus sudah.
Inginnya buru-buru pulang dan istirahat di rumah, tapi malangnya ketika sudah sampai di tempat parkir bundanya Haidar justru menelepon, memberi tahu bahwa hari ini tidak bisa menjemput putranya.
Terpaksa Ata harus menunggu sang kawan yang tadi juga ikut menertawakannya itu untuk memberinya tumpangan.
Kini langkah kakinya berjalan gontai menuju kantin. Suasana hatinya benar-benar buruk. Sampai-sampai ia berpikir, apa hari sial itu benar-benar ada?
Ata menendang kaleng soda yang tergeletak di tanah, namun detik berikutnya matanya beradu pandang dengan kepala kebersihan sekolah. Ah sial, batinnya. Ata buru-buru memungut kembali kaleng itu, dibuangnya ke tempat sampah.
"Makanya jangan aneh-aneh mas Ata." tegur seseorang. Ata menoleh, mendapati bu Ira si penjaga kantin tengah membereskan kiosnya seraya tersenyum padanya.
"Iseng aja, bu, tadi." Ata melempar cengiran lebarnya. Sementara bu Ira hanya menggelengkan kepalanya heran.
Tak lama, Ata teringat sesuatu. "Eh, bu, tiramisu-nya masih ada?" tiba-tiba ekspresinya kembali semringah. Ia tahu betul bagaimana cara mengembalikan suasana hatinya kembali ceria.
Namun bu Ira justru terkekeh, "Jam segini kok nanyain tiramisu, ya udah abislah mas Ata." balasnya. Kontan membuat ekspresi Ata kembali murung.
"Tiap hari makan tiramisu terus, nggak bosen apa?"
Ata menggeleng. "Rasa tiramisunya nggak bikin bosen, bu."
Bu Ira mengangguk lantas tersenyum menggoda. "Yang bikinnya juga cantik, sih."
Kontan membuat Ata terkekeh pelan. "Bu Ira bisa aja, bu Ira kan emang cantik."
"Eh-eh, bisa-bisanya godain ibu, masalahnya itu yang buat bukan ibu, mas Ata."
Ata mengernyit, "Lah kalau bukan ibu terus siapa?"
"Ada siswi yang nitip disini. Anaknya cantik, tinggi, kalem lagi. Kalau mau tau resepnya tanya anak itu aja."
Informasi dari bu Ira membuat Ata jadi sibuk berpikir. Pasti seru kalau dia bisa membuat tiramisu sendiri bukan? Bisa pamer ke anak-anak selusin cogan, atau bahkan ke mamanya sendiri.
Selama ini, setiap Ata menyantap tiramisu dari kios bu Ira itu, ia menyadari sesuatu. Rasa tiramisu itu selalu mengingatkannya dengan sang eyang, seseorang yang sejak ia kecil kerap kali memberikan nasihat-nasihat bijaknya.
Entah bagaimana, tapi setiap kali memakannya, Ata selalu merindukan eyang. Sampai-sampai ia juga selalu teringat dengan kata-kata yang pernah eyangnya sampaikan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Tiramisu Cheesecake
FanfictionHanansya Atarafka Madani sukses menghebohkan siswa siswi seantero sekolah setelah aksinya di pentas seni MOS angkatannya lewat popping dance yang berakhir dengan kedipan sebelah mata. Bisa ditebak setelah itu, siapa yang tidak kenal dengan seorang A...