6 : Pulang Bareng

517 103 11
                                    


"Gue tebengin aja mau nggak?"


Ada yang bilang, keluar dari zona nyaman adalah hal yang pertama kali harus dilakukan untuk melangkah maju memulai sebuah pendekatan.

Dulu Ata tak begitu peduli saat mendengar kalimat itu dari Arsen saat menasehati Jiel. Tapi ternyata, sekarang berlaku untuk dirinya sendiri.

Awalnya Nala hanya bertanya kenapa Ata tak ikut keanggotaan paskibra, namun setelah gadis itu memberinya sedikit pencerahan tentang pentingnya ekskul untuk menambah nilai raport, agaknya ia juga ikut tersadar bahwa gadis yang mulai menarik perhatiannya itu menyukai anak yang aktif berorganisasi.

Sudah begitu, kalimat bernada satire si gadis yang menyatakan, "Cowok yang aktif di organisasi tuh keren, Ta." cukup membuatnya menyimpulkan bahwa itu adalah kode untuknya.

Sehingga ketika beberapa menit yang lalu kapten tim basket SMA Nusantara memberinya penawaran supaya ikut bergabung dalam timnya, Ata tak segan langsung memberikan jawaban ya. Bukan organisasi tapi setidaknya ikut ekskul, tak masalah, kan?

Kendati demikian, harusnya sekarang ia sudah berada di rumah, bermanja ria di ranjang empuk kamarnya. Tapi karena sebuah alasan klise, niatnya itu urung ia lakukan. Lebih memilih untuk duduk di atas motor yang masih terparkir rapi di tempat parkir.

Lama ia menunggu, sampai kemudian matanya menangkap sosok gadis yang tengah ditunggunya berjalan menuju gerbang. Buru-buru dipakailah helm bogo cokelatnya, setelah mesin ia nyalakan, motornya melaju pelan menyusul keberadaan si gadis.

Klakson motornya berhasil mengejutkan Nala yang kini berdiri di ambang gerbang depan. Gadis itu memegangi dadanya seraya menoleh ke sumber suara. Lantas merengut kesal ketika netranya menemukan Ata dengan cengiran lebarnya.

"Sengaja, ya?"

Ata kontan terkekeh, kemudian mengangguk. "Sendirian aja, mau ditemenin nggak?" candanya.

"Dih, buaya." Nala bergidik geli, membuat tawa Ata menguar renyah kembali. "Serius tau."

Gadis itu menimpali candaan Ata. "Nggak deh mas, temenin yang lain aja."

"Nggak mau yang lain, maunya kamu."

Anjir.

Nala tau niat Ata hanya bercanda, tapi anehnya perutnya langsung bereaksi memberikan sensasi geli seolah menerima candaan Ata dengan serius. Belum lagi wajahnya yang kian menghangat, ia yakin seratus persen pasti sekarang memerah.

Gadis itu kontan memalingkan wajahnya dari hadapan Ata. "Beneran buaya ini mah."

Kemudian tawa Ata dengan suara beratnya berhasil membuat Nala menoleh kembali menghadap anak itu.

Begitu sesi tawanya selesai, dehaman Ata menarik perhatian Nala. "Pulang sama siapa?"

Nala menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, "Naik angkutan umum." jawabnya kemudian. Ata mengangguk paham, kemudian dengan sedikit ragu ia mulai mengutarakan niatnya.

"Jam segini cewek naik angkutan umum sendirian bahaya, Nal." Tangannya tergerak untuk melepas helm. "Gue tebengin aja mau nggak?"

Agaknya Nala sedikit terkejut, namun diam-diam senyumnya terulas tipis. Semacam ada rasa bahagia tersendiri setelah mendengar penawaran Ata. "Belum gelap kali, Ta, aman kok."

Ata kontan berdecak, "Orang jahat jaman sekarang nggak liat gelap terang sepi rame-nya, Nal."

Nala mengangguk, menyetujui persepsi Ata barusan. Lantas berpikir sebentar, sementara matanya menerawang, memperhatikan beberapa gadis yang bergerombol di dekat gazebo tengah saling berbisik, beberapa kali tertangkap basah melirik dirinya yang sedang bersama dengan Ata.

[1] Tiramisu CheesecakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang