•
•"Kasih sesuatu aja, Ta. Siapa tau dia suka."
•
•Tahap terakhir tes masuk anggota tetap pasbantara baru saja berakhir. Adena menepuk pundak Nala ketika sahabatnya itu tengah menenggak air mineral, kontan saja membuatnya mendapat lirikan maut dari sang sahabat. Karena ulahnya barusan, gadis itu jadi tersedak.
"Yang pinter dikit kek, Na, orang lagi minum malah ditabok."
Cengiran lebar Adena diulas lebar-lebar begitu Nala mengeluarkan gerutuannya. "Sorry, nggak liat."
Kedua bola mata Nala kontan berputar malas. Lantas atensinya kembali beralih pada seragam sekolahnya yang masih tergantung di ujung ruangan.
"Gue mau tanya deh, Nal."
Sembari berjalan mengambil seragamnya, Nala menoleh ke arah Adena yang baru saja berbicara. "Apaan?"
Begitu memastikan orang yang akan dibicarakannya tak ada di basecamp, Adena menghela napas panjang. "Lo yakin kalau Anya juga suka sama Ata?" tanyanya dengan suara lirih bahkan nyaris berbisik.
Alis Nala kontan bertaut heran. "Penting banget pertanyaan lo?"
Detik berikutnya sebuah botol air mineral kosong melayang mengenai kepalanya, membuat gadis itu meringis kesakitan. "Ditanya serius juga," gerutu Adena kemudian.
"Menurut pengamatan gue sih, gitu."
Adena terdiam setelah mendengus kasar, netranya mengamati gerak-gerik Nala yang kini terlihat tengah melipat seragamnya untuk dimasukkan tas.
"Lo pernah denger kalimat kaya gini nggak, Nal?" Sahabatnya itu kontan mengalihkan atensi ke arahnya. "Terkadang kita bisa tersakiti oleh asumsi kita sendiri. Yang sebenernya baik-baik aja, bakal terasa keruh karena adanya buruk sangka."
Mendengar itu, alis Nala lantas mengernyit bingung. "Maksudnya?"
Dan reaksi atas keleletannya itu, Adena menghampirinya, menoyor kepalanya pelan kemudian.
"Astaghfirullah, Dena." Gadis itu menggerutu kesal. "Ini kepala di fitrah tau, dari tadi dianiaya mulu."
"Ya salah elo, lemot."
Alih-alih menanggapi, Nala hanya mengendikkan bahu tak acuh. Lantas kembali berkutat dengan seragamnya.
"Lo bisa bilang kalau Anya suka sama Ata itu, menurut pendapat lo sendiri, kan?" tanya Adena kemudian. "Udah lo pastiin?"
Sejujurnya, Nala malas membahas hal ini untuk sekarang. Apalagi raganya tengah lelah selepas berjuang untuk tes tadi. Setidaknya dia ingin mengistirahatkan badan, hati, dan pikirannya barang sebentar. Tapi sepertinya, pertanyaan Adena terdengar menuntut.
Gadis itu menghentikan aktivitasnya sejenak. "Dia minta nomor Ata ke gue, berulang kali gue nggak sengaja lihat dia stalk akun medsosnya Ata, terus yang terakhir kali, gue lihat dia heboh sama temen-temennya karena yang gue denger instagram-nya di follback sama Ata, apa itu kurang buat jadi bukti, Na?"
Jawaban Nala yang menggebu-gebu, nyatanya justru membuat Adena menghela napas panjang. "Itu kelihatannya doang, kan?" timpalnya. "Kita nggak tahu yang sebenernya kaya gimana, bisa aja Anya udah punya pacar terus sekedar kagum sama Ata, banyak kali Nal yang kaya gitu. Lagian yang namanya Ata bukan si Hanansya doang kali."
Mendengar penuturan Adena barusan, Nala hanya terdiam. Netranya menatap kosong pada lantai. Tak salah juga pendapat dari sahabatnya itu.
"Lagipula kalau Anya suka sama Ata juga kenapa? Si Ata kan sukanya sama elo."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Tiramisu Cheesecake
FanfictionHanansya Atarafka Madani sukses menghebohkan siswa siswi seantero sekolah setelah aksinya di pentas seni MOS angkatannya lewat popping dance yang berakhir dengan kedipan sebelah mata. Bisa ditebak setelah itu, siapa yang tidak kenal dengan seorang A...