•
•"Ada Ata di depan, buruan keluar."
•
•Kalau Anin dan Adena datang dengan senyuman yang diulas lebar-lebar, berbanding terbalik dengan Nala yang sejak tadi hanya memasang wajah datarnya.
Ketiganya baru saja sampai di rumah sederhana Adena setelah sebelumnya membeli tiga gelas tea break dan sempat-sempatnya mampir ke warung bakso depan komplek perumahan.
Begitu masuk ke dalam, Adena langsung meluncur menuju dapur untuk mengambil mangkuk, sendok, dan garpu. Sementara Anin dan Nala justru mendudukkan diri dengan santainya di karpet beludru ruang tamu sahabatnya.
Salah. Lebih tepatnya Nala yang duduk dan Anin yang rebahan.
Bisa sesantai itu karena mereka tahu, meskipun jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam seperti ini, kedua orang tua Adena belum pulang dari tempat kerjanya. Jadi bisa dipastikan keadaan rumah gadis itu sedang sepi-sepinya.
Tak lama, si pemilik rumah datang dengan peralatan makannya. Lantas duduk di sebelah Anin setelah sebelumnya menepuk pantat sahabatnya itu beberapa kali supaya bangun. Berseberangan meja dengan Nala yang seperti ogah-ogahan meraih satu bungkus bakso dari plastiknya.
"Gue kira lo boong pas bilang mau traktir kita kalau kita lolos seleksi pasbantara," seloroh Adena dengan nada meledek. Kontan saja membuatnya mendapat satu toyoran telak dari Anin.
"Anin mana pernah boong, kan Anin anak baik-baik."
Adena kontan menyeringai geli hingga geleng-geleng kepala mendengar balasan Anin barusan.
Jadi acara hari ini bisa terjadi karena beberapa hari yang lalu Anin berjanji untuk mentraktir kedua sahabatnya itu kalau keduanya lolos seleksi masuk anggota pasbantara.
Adena pikir, sahabatnya itu hanya bercanda, namun kenyataannya hari ini mereka bertiga betulan mensukseskan rencananya.
Beberapa menit setelah ocehan Anin dan Adena berhenti, suara dentingan mangkuk kaca dan sendok yang beradu mendominasi. Ketiganya fokus pada baksonya masing-masing. Sesekali Anin melempar canda, membuat Adena terkekeh karena merasa lucu, dan Nala yang tersenyum tipis karena malas tertawa.
Begitu menyadari ada yang berbeda dengan salah satu sahabatnya, Anin menyikut pelan lengan Adena. Membuat gadis itu mengangkat dagunya seolah bertanya 'kenapa?'.
Dan tanpa basa-basi, Anin kontan mengarahkan pandangannya pada Nala yang fokus menyantap baksonya dengan tatapan kosong di hadapannya.
Badannya dicondongkan agak mendekat pada Adena. "Kenapa tuh anak?" tanyanya berbisik.
Malangnya, Adena hanya mengendikkan bahu tak acuh. Namun tetap dilanjutkan dengan kalimat. "Coba tanya. Terakhir kali, gue cuma tau dia lagi insecure gara-gara Anya."
Kedua alis Anin kontan bertaut heran. "Insecure?"
Adena mengangguk cepat.
Sementara Anin menarik napas panjang. "Lo kenapa, Nal?" bukanya kemudian. Gadis yang ditanyanya kontan mendongak, menatapnya penuh nanar. "Muka lu kusut gitu."
Naasnya, Nala hanya menjawab dengan gelengan. Tentu saja membuat sebuah decakan lolos dari bibir seorang Anindita.
"Diapain lagi sama gebetan lo?" tanyanya lagi, lebih sarkas.
"Nggak punya gebetan."
Nala menyantap baksonya bulat-bulat setelah menjawab pertanyaan sarkas Anin demikian. Sukses membuat kedua sahabatnya saling berpandangan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Tiramisu Cheesecake
FanfictionHanansya Atarafka Madani sukses menghebohkan siswa siswi seantero sekolah setelah aksinya di pentas seni MOS angkatannya lewat popping dance yang berakhir dengan kedipan sebelah mata. Bisa ditebak setelah itu, siapa yang tidak kenal dengan seorang A...