•
•"Jadi namanya Nala?"
•
•Ata memicing, menatap ke arah jam dinding di kelasnya. Beberapa saat kemudian beralih menatap AC. Pukul enam tiga puluh. Tapi teman-temannya sudah menyalakan pendingin ruangan itu dengan suhu mencapai delapan belas derajat.
Ata berdecak, ingin protes tapi urung mengingat suasana hatinya hari ini sedang buruk, malas berbicara.
Pada akhirnya ia mengambil jaket, dibuatnya selimut setelah meletakkan kepalanya di meja dengan sempurna. Sementara dalam hatinya terus mengumpat sang papa yang hari ini menyuruh Ata untuk berangkat pagi.
Baru saja akan memejamkan mata, si biang kerok datang. Kendati Haidar masih sampai di ambang pintu, dari balik jaketnya Ata sudah mendengus pasrah.
"Ta, Ata."
Benar, kan?
Kini Haidar menggoyang-goyangkan lengan Ata, berusaha membangunkan sahabatnya itu. Untuk kesekian kali Ata mengumpat lagi dalam hati, mau tak mau harus mengangkat kepalanya kembali.
"Pala gue pusing. Lo bisa nggak, sih, jangan gangguin gue dulu?"
Haidar tidak peduli. Terbukti dengan aksinya yang sekarang justru mengeluarkan buku dari dalam tasnya tanpa melihat pada Ata. "Urgent banget, Ta. Gue belum ngerjain tugas fisika, nyalin punya lo dong."
Sudah Ata duga. Ia memutar bola matanya malas, kalau tidak ingat Haidar adalah sahabatnya, tak akan mungkin ia menyerahkan buku tulis fisikanya pada anak itu seperti sekarang.
"Thanks, Ta." Haidar menyengir lebar, lagi-lagi tidak peduli dengan ekspresi Ata yang datar-datar saja.
Waktu terus berjalan, sampai akhirnya tepat ketika bel masuk berbunyi, Haidar mendengus sembari menutup buku tulisnya. "Akhirnya selesai."
Ata geleng-geleng kepala. Sudah tau pelajaran fisika berada di jam pertama dengan guru pengajar kelewat killer seperti Bu Yola, tapi bodohnya Haidar justru nekat mengerjakan tugas di sekolah.
"Udah tau fisika jam pertama, tugas malah baru dikerjain di sekolah. Lo nyari mati?" tanyanya pada Haidar kemudian.
"Kemarin gue mau chat lo, eh lo-nya off. Si Falah sama Samudra katanya belum di kasih tugas yang ini. Lo kan tau, gue mana pernah paham sama fisika? Ya udah gue tinggal tidur aja."
Ata memutar mata jengah, bisa-bisanya dia punya sahabat macam Haidar. "Temen lo nggak cuma gue, Sam, sama Falah doang kali, Dar. Alasan mulu." gerutunya geram.
"Yang kenal deket, kan, kalian doang." Lagi, cengiran lebar andalan Haidar diulas lebar-lebar. Memancing niat Ata untuk menampolnya. Baru tangannya akan terangkat, tapi tiba-tiba suara gaduh teman-temannya yang kembali ke bangku menginterupsi niatnya.
Bu Yola masuk ke dalam kelas lantas berhenti di depan papan tulis. Setelah sedikit menurunkan kacamatanya, beliau mengamati muridnya di X MIPA 3 satu persatu. Ata tebak sedang menghitung jumlah siswa yang datang hari ini.
"Hari ini ada yang tidak masuk?" tanyanya kemudian sembari berjalan menuju ke meja guru.
Ata yang sadar diri sebagai ketua kelas buru-buru mengangkat tangannya. "Nihil, bu. Semua masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Tiramisu Cheesecake
FanfictionHanansya Atarafka Madani sukses menghebohkan siswa siswi seantero sekolah setelah aksinya di pentas seni MOS angkatannya lewat popping dance yang berakhir dengan kedipan sebelah mata. Bisa ditebak setelah itu, siapa yang tidak kenal dengan seorang A...