27 : Yes or No?

81 11 2
                                    


"Can you give me a little time?"


Langit semakin gelap. Waktu menunjukkan pukul lima lebih sepuluh sore. Awan yang tadinya hanya membuat teduh, kini jadi semakin hitam, menutupi semburat senja sore ini.

Usai bel jam pulang berbunyi tadi, Ata memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Pemuda itu diam-diam menyaksikan anak-anak Pasbantara yang tengah berlatih di lapangan. Karena enggan menampakkan batang hidungnya, ia hanya mengamati dari dalam ruang kelasnya.

Beberapa waktu berlalu hingga kemudian Haidar berlari masuk ke dalam lantas menegurnya, nampak telah selesai melakukan latihan. "Widih, ditungguin beneran, nih?" guraunya seperti biasa, kontan membuatnya mendapatkan lirikan tajam dari Ata.

"Yang nungguin lo juga siapa," pemuda itu membalas gurauan Haidar dengan sinis seraya beranjak, menggantungkan tasnya di pundak. "Nala udah balik belum?"

Haidar memutar mata jengah. "Mentang-mentang udah ada gebetan aja sekarang gue lo sia-siain," gerutunya. Sayangnya, Ata lagi-lagi menanggapinya dengan sinis. "Berisik banget lo," pemuda itu pun berjalan melewati Haidar yang masih menggerutu panjang lebar.

"Si Nala udah pulang duluan tadi sebelum gue ke sini, jalan kaki dia."

Mendengar pengakuan Haidar barusan, kontan membuat Ata berbalik seraya mengerutkan alis heran. "Jalan kaki? Emangnya nggak dijemput Bagas?"

Haidar mengangkat kedua bahunya menandakan ketidaktahuannya. Sesaat kemudian Ata melemparkan kunci motornya kepada sahabatnya itu. "Pake aja motor gue," suruhnya, kontan membuat Haidar mengulas cengiran lebar.

"Aseek, serius nih?"

Begitu Ata melanjutkan langkah seraya mengangguk, pemuda itu bersorak kegirangan. Meskipun sebenarnya ia sendiri masih bingung apa yang tengah direncanakan oleh sahabatnya itu.

 Meskipun sebenarnya ia sendiri masih bingung apa yang tengah direncanakan oleh sahabatnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah Nala nampak terburu-buru. Sesekali ia melihat ke atas, berjaga-jaga kalau tiba-tiba turun hujan. Tanpa ia sadari, di belakangnya seseorang telah mengikuti, mengamatinya dengan penuh rasa yang sulit untuk dideskripsikan.

Sepuluh meter menuju halte, gadis itu baru merasakan sesuatu yang aneh. Sesekali ia melirik ke belakang, meskipun tidak terlalu terlihat, tapi akhirnya ia menyadari ada seseorang yang mengikutinya. Jantungnya pun berdegup semakin kencang, membayangkan apa yang orang jahat inginkan dari dirinya. Diam-diam ia juga merutuki Bagas yang tadi meminta maaf karena tidak bisa menjemputnya.

Geram karena cukup risih dan was-was, Nala pun menghentikan langkahnya. Begitu ia berbalik, maniknya kontan melebar karena terkejut tidak percaya. "Lo ngapain?" tanyanya refleks pada pemuda yang kini tersenyum canggung padanya itu.

Ata menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak cukup gatal. "Sorry, gue nggak bermaksud ngapa-ngapain. Tadi niatnya mau nebengin lo naik motor, tapi kata Haidar lo udah balik duluan jalan kaki, ya udah gue susul aja jalan kaki juga," pemuda itu mengulas cengiran lebarnya, kontan membuat Nala menepuk jidat seraya mati-matian menahan senyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] Tiramisu CheesecakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang