•
•"More than fine, seratus persen baik-baik aja, Nal."
•
•Semilir angin berembus menerpa uraian rambut indah seorang gadis yang duduk santai di pinggir lapangan basket. Sekotak susu stroberi dan satu bungkus bomboloni isi cokelat menemaninya kali ini. Begitu tadi kabarnya mata pelajaran terakhir akan kosong, ia pun bergegas meninggalkan kelas untuk menuju lapangan basket.
Cuaca yang sedikit mendung hari ini seolah mendukung niatnya untuk menenangkan hati dan pikiran. Setidaknya untuk sedikit melupakan penolakan atas perasaannya tempo hari oleh pemuda berinisial A.
Gadis itu memejamkan matanya. Usai menarik napas panjang, ia mengembuskannya perlahan-lahan. Senyumnya sedikit ditarik, merasa lega, yang entah merasa lega untuk apa.
"Are you okay?"
Anya kontan menoleh. Astaga, baru saja pemuda itu berusaha ia hapus dari ingatannya, tapi kini justru muncul secara nyata di hadapannya.
Melihat Anya nampak terkesiap, Ata sedikit menyunggingkan senyum. Pemuda itu lantas menghampirinya, kemudian duduk bersisian dengan si gadis.
"Kok lo bisa ada di sini?" sebuah pertanyaan klise dilontarkan Anya pada Ata. Pemuda itu mengawali jawabannya dengan senyuman tipis. "Pak Taufik cuma ngasih tugas terus ditinggal pergi, karena udah selesai ya gue keluar lah."
Anya hanya mengangguk memahami, lantas terdiam kembali. Membuat Ata yang akhirnya mencoba bertanya. "Lo sendiri ngapain?"
Belum sempat Anya membalas, pemuda itu menimpali kembali, "Nggak lagi ngegalauin gue, kan?" candanya. Anya pun kontan memasang raut muka nyinyir, membuat Ata terkekeh girang. "Idih, ngapain banget. Geer lo."
"Becanda, Anya."
"Lagi jam kosong gue tuh, karena suntuk di kelas jadinya keluar, deh."
Kini giliran Ata yang mengangguk memahami. Setelah itu, keduanya pun sama-sama terdiam, membiarkan semilir angin yang mengambil alih suasana. Agaknya peristiwa tempo hari masih meninggalkan perasaan canggung di antara mereka, membuat Ata sendiri jadi enggan menanyakan sesuatu pada gadis di sebelahnya itu.
Sayangnya, sebagai perempuan, Anya cukup pandai menangkap gelagat aneh Ata. Gadis itu sedikit terkikik geli, lantas memberanikan diri untuk menegur. "Kalau ada yang ngeganjel, tanyain aja kali, Ta."
Si pemuda kontan menoleh, lantas menertawakan dirinya sendiri sembari menggaruk tengkuknya yang mungkin sebenarnya tidak cukup gatal mengingat surainya yang pendek. "Kentara banget, ya?"
Mendengar pertanyaan itu, Anya hanya membalasnya dengan tawa, lantas meraih kotak susunya untuk dinikmati kembali.
"Penasaran aja, lo beneran gapapa, kan?" tanya Ata kemudian.
Anya tidak segera menjawab. Gadis itu masih sibuk meneguk minumannya perlahan-lahan, takut-takut justru tersedak setelah mendengar pertanyaan Ata tersebut.
Setelah menaruh kembali kotak susunya, gadis itu menarik napas panjang. "Kalau untuk saat ini ditanya gitu sih, ya gue jawabnya nggak seratus persen gapapa, Ta."
Di akhir kalimatnya, Anya menoleh, memberikan senyum getir yang harusnya maknanya dapat ditangkap sendiri oleh Ata.
"Tapi seiring waktu berjalan, gue percaya kalau gue bakal seratus persen atau bahkan seribu persen baik-baik aja, jauh lebih baik dari sekarang."
Ata terdiam. Ada sedikit perasaan bersalah dalam dirinya, namun ia sendiri tak tahu bagaimana mengungkapkannya. Pemuda itu diam-diam memperhatikan Anya dari ujung matanya. She deserve better, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Tiramisu Cheesecake
FanfictionHanansya Atarafka Madani sukses menghebohkan siswa siswi seantero sekolah setelah aksinya di pentas seni MOS angkatannya lewat popping dance yang berakhir dengan kedipan sebelah mata. Bisa ditebak setelah itu, siapa yang tidak kenal dengan seorang A...