14 : About Insecurity

354 74 10
                                    


"Ata sama Anya emang udah kenal lama, ya?"


Orang-orang bilang, jatuh cinta itu asik. Apalagi kalau masih hangat-hangatnya. Terkadang, ada beberapa saat dimana semesta berpihak pada pertemuan. Sampai-sampai dimanapun kita berada, tak sengaja orang yang kita sukai juga berada di tempat yang sama.

Entah apa namanya. Kebetulan mungkin?

Tapi otak yang sudah terkontaminasi itu seringnya bilang, ini sih namanya jodoh.

Tepat setelah bel istirahat berbunyi, Anya langsung melesat menuju perpustakaan, meninggalkan Nasya dan Chelsi yang masih sibuk membicarakan gadis yang ada di insta story Ata semalam.

Anya memilih kabur, daripada nanti terus saja uring-uringan karena ulah kedua sahabatnya itu.

Namun nyatanya, mau pergi kemanapun juga, pikirannya masih tetap berkelana. Menduga-duga sudah sejauh mana hubungan Nala dan Ata. Sementara matanya terus menelisik, memperhatikan setiap buku yang ditariknya dari rak.

Bibirnya masih mengerucut kesal, beriringan dengan langkah malasnya. Jadi pesannya kemarin tidak dibalas karena tengah bersama Nala, ya? Pikirnya.

Gadis itu berdecak, semakin kesal ketika mengetahui buku yang tengah dicarinya berada di rak paling atas. Raganya bergerak malas, kalau saja buku itu tidak terlalu penting untuk tugasnya, tak akan sudi ia berjuang untuk mengambilnya.

Ia mulai berjalan menyusuri perpustakaan, niatnya mencari tangga kayu kecil yang biasanya berada di pojok ruangan berdominasi buku itu.

Begitu menemukan benda itu di rak paling ujung, gadis itu buru-buru mengambilnya, membawa lari ke arah rak yang ditujunya, meskipun sedikit tergopoh.

"Semoga kamu bisa membantu, ya?" gumamnya sendirian.

Namun sayang, ternyata benda kayu itu tak cukup membantunya untuk mencapai rak paling atas. "Cih, membantu apaan, tetep aja nggak nyampek," dengusnya kesal.

Padahal jika ditilik, dengan tinggi seratus tujuh puluh satu senti meter, harusnya Anya bisa menggapai buku incarannya tersebut. Tapi nyatanya nihil, gagal.

Gadis itu akhirnya berjinjit, harap-harap bisa menyentuh buku tersebut, paling tidak ujung bawahnya.

Tangannya terulur sedikit memaksa, dan begitu harapannya tercapai, ia mengulas senyum lebar-lebar. Ditariknya buku itu sekuat tenaga. Namun karena bukunya terlalu terhimpit, gadis itu jadi sedikit terhuyung beberapa kali.

Ia mendongak sesaat, ketika melihat incarannya itu sudah hampir keluar dari rak, gadis itu tak jadi menyerah begitu saja.

Naasnya, pijakannya yang sejak tadi terhuyung kesana kemari, membuat keseimbangannya goyah. Dan di detik berikutnya, gadis itu terjengkang dengan buku yang melayang ke udara.

Kontan saja, jeritan yang keluar dari bibirnya tak mampu ditahan lagi. Membuat atensi beberapa siswa di perpustakaan sempat teralihkan.

Namun jeritan gadis itu refleks berhenti ketika ia menyadari bahwa tubuhnya tak jadi terbanting ke lantai. Ada seseorang yang menahan kedua pundaknya dari belakang rupanya.

Anya buru-buru berdiri seraya memegangi dadanya, menetralisir detak jantungnya yang hampir copot.

"Lo gapapa?"

Gadis itu kontan menoleh. Mendapati Ata yang berada di belakangnya, ia tersenyum samar, masih diliputi keterkejutannya karena hendak terjatuh tadi. "Hah? Iya, gapapa kok."

[1] Tiramisu CheesecakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang