•
•"Digantungin dalam hubungan tanpa kepastian."
•
•Bel tanda masuk jam pelajaran pertama telah berbunyi lima menit yang lalu. Pengajar english morning kelas X MIPA 1 pun sudah meninggalkan kelas bahkan sebelum jam bimbingan belajar berakhir.
Namun hingga kini, Anin belum juga menampakkan batang hidungnya. Nala menggerutu resah. Sejak tadi netranya tak berhenti menatap ke arah pintu kelas, berharap Anin muncul dengan senyuman lebarnya.
Adena bilang, setelah istirahat pertama nanti ada jadwal ulangan harian matematika. Berhubung Nala duduk di bangku paling depan, artinya ia tidak bisa mengandalkan Anin ketika ulangan berlangsung nanti. Kalau memaksa, memangnya mau dijemur dengan berkeliling lapangan oleh Pak Alif?
Kata orang-orang, kemampuan setiap anak itu berbeda-beda. Sama halnya dengan Nala dan Anin. Kalau Nala lebih unggul di bidang kimia, maka Anin yang lebih unggul dalam matematika.
Baru saja Nala mengalihkan atensinya, Anin muncul di ambang pintu dengan senyuman lebarnya. Tentu saja dengan merentangkan tangannya seolah bersiap menerjang Nala dengan pelukannya.
"Nala! Princess Anin is Coming!"
Nala kontan bersorak heboh. Begitu Anin berlari menuju bangku, gadis itu refleks memeluk sang sahabat dengan eratnya. "Gue kira lo nggak masuk, anjir. Udah berapa kali lo bolos bimbel?"
"Cie elah, nggak bisa hidup tanpa gue ya lo?" Anin mencolek dagu Nala, kontan membuat gadis itu menyeringai jijik. "Gue nggak bolos, Nal, gue kan dispen osis."
"Dih, osis mulu yang dijadiin alesan," cibir Nala kemudian. Anin kontan mengulas cengiran lebarnya. "Btw, takut banget gue nggak masuk hari ini, kenapa? Ada maunya, nih."
Nala mengangguk antusias, "Lo tau lah pasti," Dalam hitungan detik ekspresinya berubah menjadi sok imut. "Ajarin gue fungsi trigonometri, please."
Saking seriusnya, anak itu menyatukan kedua tangannya, memohon-mohon pada Anin. Membuat Anin mengulas senyum kemenangan. "Ada syaratnya, dong."
"Apa aja syaratnya gue lakuin deh, daripada nanti waktunya ulangan gue celingukan sendiri nggak tau apa-apa." keluh Nala.
Anin berseru semangat, lantas menggeser kursinya supaya lebih dekat dengan Nala. "Nggak sulit kok, jawab aja pertanyaan gue."
Nala tak protes, gadis itu justru menyimak penuturan Anin. Sementara matanya berkedip beberapa kali. "Apa, tuh?"
"Emang beneran lo abis dianter pulang sama Ata?"
Nala terdiam, sebenarnya tak heran dengan pertanyaan Anin tersebut. Mana mungkin Samudra yang sudah pasti tahu semua tentang Ata itu tak membocorkannya pada Anin?
Perlahan Nala menarik kedua sudut bibirnya, mengulas cengiran lebar yang kontan membuat Anin mendengus kasar. "Bagus, sengaja nggak cerita ya lo ke gue?" sungut Anin kesal.
Nala kontan mencebikkan bibirnya merasa bersalah, "Maaf, Nin, nggak gitu maksut gue. Abisnya mau cerita lupa mulu," gadis itu menarik-narik lengan Anin, berusaha merayu sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Tiramisu Cheesecake
أدب الهواةHanansya Atarafka Madani sukses menghebohkan siswa siswi seantero sekolah setelah aksinya di pentas seni MOS angkatannya lewat popping dance yang berakhir dengan kedipan sebelah mata. Bisa ditebak setelah itu, siapa yang tidak kenal dengan seorang A...