21 : An Incident

407 76 24
                                    


"Bukannya harusnya dia marah sama gue, ya?"


Sepasang kaki jenjang Haidar melangkah gontai menuju kantin ketika Ata justru masih duduk terdiam di bangkunya sendirian.

Bel istirahat baru saja berbunyi, membuat beberapa siswa yang agaknya butuh energi selepas matematika peminatan tadi lantas beranjak menuju kantin. Meninggalkan suasana sepi di dalam kelas.

Ata bergerak gelisah. Diam-diam matanya melirik Putri yang duduk tak jauh dari dirinya. Seperti tengah sibuk menyalin tugas, alasan mengapa Ata enggan menghampiri.

Baru saja hendak menyapa, tiba-tiba si gadis mendongakkan kepalanya. Membuat Ata yang merasa tertangkap basah karena barusan memperhatikannya jadi gelagapan sendiri.

"Lo nggak ke kantin, Ta?" tanya Putri kemudian.

Dengan senyum canggungnya, Ata menggeleng cepat. Lantas dengan gerakan sangsi, ia berdiri dan menghampiri Putri yang justru terlihat bingung karena tingkahnya yang terbilang tak biasa itu.

Ia mendudukkan diri pada kursi di hadapan Putri kemudian, sementara badannya menghadap ke belakang, memperhatikan gadis yang kembali menyalin tugas itu.

"Gue mau tanya dong Put," ungkap Ata akhirnya.

Kontan membuat Putri yang sejak tadi fokus pada bukunya beralih menaruh pulpen yang dipegangnya seraya mendongak, mengerutkan alis bingung. "Apaan?"

"Tapi ini privasi, sih. Gue harap lo nggak keberatan." Ata mengusap tengkuknya kikuk, sementara kedua sudut bibirnya terangkat ketika menemukan Putri dengan mudahnya mengangguk setuju. "It's okay, gapapa kok Ta. Apaan emang?"

"Kak Nathan yang baru dilantik jadi gubernur pasbantara itu, cowok lo bukan?"

Ata lihat, Putri tersenyum tipis setelah mendengar pertanyaannya barusan. Gadis itu lantas mengangguk mengiyakan. "Iya, kenapa emang?"

Diam-diam Ata menghela napas lega. "Kalau Nala anak mipa satu itu, lo kenal nggak?" tanyanya bernada sangsi. Hingga kemudian Putri mengangguk mantap. "Cuma tau sih, dia kan mantan gebetan kak Nathan."

Setelah mendengar jawaban Putri barusan, Ata menganggukkan kepalanya seraya ber-oh ria. Mantan gebetan, ya? Lantas apa yang dilihatnya kemarin lusa itu benar hanya kesalahpahaman?

Ata menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak begitu gatal, ingin bertanya lagi namun ragu. Kalau ternyata Putri tak tahu menahu perihal Nala dan Nathan tempo hari, bisa-bisa gadis itu dan Nathan akan bertengkar kan?

Tapi, masa bodo. Ata tak peduli.

"Hari Minggu gue liat mereka berdua lagi jalan, lo tau?"

Pertanyaan Ata barusan terdengar sarkas, tapi anehnya justru membuat Putri terkikik geli. Lantas mengangguk mengiyakan. "Tau lah, mereka nggak lagi jalan kok."

Kedua alis Ata kontan mengerut bingung. "Maksudnya?"

"Mereka lagi beli keperluan buat pelantikan, kak Nathan udah pamit kok sama gue."

Ata kontan terdiam kendati pikirannya jadi berkecamuk. Ramai oleh berbagai pertanyaan janggal.

Sementara Putri semakin heran melihat perubahan ekspresi cowok itu. "Kenapa sih emangnya? Lo pacarnya Nala?" pertanyaannya kontan membuat Ata tersentak hingga melebarkan mata.

Cowok itu refleks menggeleng kuat sebagai jawaban. "T–temen, temen gue, Nala temen gue."

Dan berakhir menghela napas lega ketika jawaban gugupnya ternyata dipercaya oleh Putri yang ber-oh ria begitu saja.

[1] Tiramisu CheesecakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang