PS : Putar Mulmednya Sebelum baca.( I Will Go to The First Snow Ost. Goblin)
Malam ini, Jaemin tidak ada kegiatan lain selain berbaring diatas bangsalnya. Tatapannya kosong sedari tadi.
Merasakan seberapa keras usahanya untuk sembuh, Jaemin merasa tubuhnya semakin lemas, ia bahkan terus merasakan sakit pada dadanya.
Kini, dirinya tengah bersama Ayah, Bunda, Minhee, dan Heejin. Keluarganya tengah berkumpul di ruangannya setelah dua jam lalu dirinya akhirnya bisa dipindahkan ke ruang rawat inap.
Jaemin terus menolak kala bundanya hendak menyuapkan bubur yang bahkan tidak ada rasanya bagi Jaemin.
"Baru tiga suap sayang, lagi ya?" Jessie terus berusaha membujuk, sedangkan dirinya mendadak bersikap tuli.
Dengan semuanya yang dirasakannya hari ini, pemuda itu menahan sakit di dadanya yang kali ini berdebar dua kali lebih cepat.
Lemas, pusing, semuanya. Jaemin raasakan sekarang, bahkan pemuda itu tidak sanggup melakukan apapun selain berbaring.
Bahkan untuk sekedar melihat, Jaemin rasa, dirinya sedikit kesulitan sekarang.
"Sa-kit bun." Suara rintihan Jaemin benar-benar membuat Jessie takut, Minhee yang mulanya duduk disamping ayahnya, kini beralih mendekati bangsal kakaknya.
Raut wajah pucat dengan badan yang mendadak dingin, Jaemin merasa sebentar lagi dirinya akan memuntahkan isi perutnya.
"Mu-al."Lirihnya terbata, Devan segera bangkit lantas mendekap putra sulungnya, memijat tengkuk Jaemin dengan perlahan.
Minhee yang sudah mengambil kantong kresek kemudian mengarahkannya pada mulut Jaemin, wajahnya benar-benar pucat, bahkan matanya sudah memerah.
"Sa-kit ayah."
Lantas setelah berkata seperti itu, Jaemin mengeluarkan darah dari mulutnya, tubuhnya mendadak ambruk pada dada ayahnya.
"Heejin panggil dokter!"
"Jaemin? Jangan tidur ya? Sebentar tunggu dokter kesini"
"Jangan tutup mata kamu hm?" Devan rasanya sudah ingin menangis sekarang.
Rasanya sungguh tidak adil jika anaknya yang mendapat sakit seperti ini.
Kenapa tidak dirinya saja? .
Jaemin menghela nafas pelan, kemudian mempererat genggamannya pada tangan sang ayah.
"Ma-kasih ayah." lirih Jaemin, dadanya naik turun membuatnya berdebar, dan semakin sakit.
Hati Minhee rasanya seperti dicabik-cabik saat Jaemin meneteskan air matanya, ia merasa gagal menjadi adik, dia tidak berguna.
"Makasih buat apa Jaemin? Jangan bilang gitu lagi"
Jaemin mengambil nafas panjang, air matanya keluar deras, Jaemin hanya ingin menangis sekarang ini.
Isakan yang dibuatnya terdengar sangat pilu, Minhee bahkan tak sanggup mendengarnya." ABANG! JANGAN TIDUR!" Teriak anak laki-laki itu kala mata Jaemin yang basah mulai meredup.
Rasa paniknya berkali-kali lipat saat dokter changmin masuk lantas menyuruhnya keluar ruangan.
***
Pagi-pagi sekali, setelah semalam dirinya hampir dinyatakan drop lagi, Jaemin sekarang sudah lebih baik dari sebelumnya, Jaemin baru saja meminta izin pada dokter untuk mengizinkannya mandi, walaupun dokter Changmin sudah melarangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Brother || JAEMIN MINHEE [END]
Teen Fiction"Kalau lo kangen sama gue, lihat bintang, gue ada disitu"-Jaemin Highest Rank #1 in Jaemin Fanfiction #1 in kmh #1 in Minhee Cravity #1 in NCT Jaemin #3 in Kesedihan #5 in Minhee #7 in Na Jaemin #7 in Jaemin NCT