Epilog

3.4K 252 41
                                    

Ini bukan kali pertama Devan  merasakan sebuah Kehilangan. Sebelumnya, Devan sudah pernah kehilangan sosok Ayah sekaligus perempuan yang pernah menjadi istrinya sebelum Jessie.

Istri pertamanya, telah berpulang lebih dulu saat berhasil melahirkan Jaemin. Sampai sekarang, Devan masih tidak bisa berpikir jika Istri pertamanya (Alice) juga Ayahnya telah tiada. Devan hanya berpikir bahwa Keduanya pergi merantau jauh.

Tapi, belum sembuh pedih yang Devan rasakan, kini dirinya harus kehilangan lagi.

Putranya, telah menyusul Alice dan Ayahnya.

"Kamu nyusul ibumu Jae? Secepat itu?." Devan tersenyum pahit, begitu hebat kesedihannya hingga dirinya tidak bisa menangis lagi.

Satu hal yang tidak diketahui Jaemin dan Minhee, wajah mirip tak memungkinkan jika mereka lahir dari rahim yang sama, Jaemin dan Minhee hanya saudara tiri, bukan saudara kandung.

Siapa yang menyangka?.

Karena kesalahannya, Jaemin dibenci Joanne.

Hubungannya dengan Alice memang ditentang oleh Joanne, tapi ayahnya selalu mendukung keputusannya, setahun setelah menikah, Devan dan Alice diberi keberkatan tuhan, lahirnya Jaemin menjadi saksi atas kekuatan cinta mereka.

Namun, berselang tiga bulan usia Jaemin, Alice meninggal dunia.

Bahkan saat itu Joanne sudah siap membuang Bayi kecil tak berdosa itu jika saja ayahnya tak melihat.

Pada akhirnya pun Devan menikah lagi dengan Jessie, perempuan itu menyayangi Jaemin layaknya anak kandungnya, tidak pernah sekalipun wanita itu membeda-bedakan antara Jaemin dan Minhee.

Devan bersyukur atas itu, tapi semenjak Ayahnya mengalami kecelakaan bersama Jaemin dua tahun lalu, Joanne menjadikan  alasan Jaemin pembunuh Suaminya, ah tidak, Joanne sendiri yang menyewa pesuruh agar menabrak motor yang dikendarai Jaemin dan Ayahnya saat itu.

Devan kini hanya diam diteras rumahnya, dirinya tidak punya kekuatan lagi untuk menangisi Jaemin agar tidak pergi. Devan hanya berdoa yang terbaik pada tuhan untuk putranya.

Laki-laki itu menghela nafas, teringat bayang-bayang Jaemin yang mengusilinya pada jam-jam seperti ini. Lantas membuatnya kesal dan berakhir memarahinya.

Ingatan-ingatan dimana Putranya yang datang malam-malam kekamarnya karena mengeluh sakit pada dadanya masih terngiang jelas.

"  Sakit Ayah.."

" Aku gak kuat, biarin aku pergi."

"Bukan jaemin yang bunuh kakek.."

Rasanya, Devan gagal menjadi sosok ayah bagi Jaemin, ia bahkan belum sempat melihat anaknya mengenakan toga dihari kelulusannya Kuliah nanti.

Tubuhnya menegang saat sebuah tangan menyentuh pundaknya, Jessie dibelakangnya, mengelus pundaknya lembut.

Perempuan itu kemudian duduk disebelahnya, lantas menyandarkan kepalanya pada pundak suaminya.

"Aku gagal jadi ayah buat Jaemin"

"Kamu gak pernah gagal jadi ayah."Jessie tersenyum nanar, matanya tak luput dari buku diary berwarna kecoklatan yang sudah agak usang.

Diary milik Jaemin.

Jessie hanya membuka halaman pertama saat berada dikamar putranya, secarik foto keluarga kecilnya yang diambil dua bulan lalu saat quality time di jeju.

Dirinya kemudian menyerahkan diary usang itu pada suaminya, agaknya, ada pesan Jaemin yang belum pernah anak itu sampaikan, tapi tersimpan rapi pada buku hariannya.

Best Brother || JAEMIN MINHEE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang