11

2.4K 307 7
                                    











"Gak ada yang mau jawab pertanyaan ayah?"

Kedua pemuda yang di tanyai hanya diam, tak berani menatap mata tajam ayahnya.

Jaemin masih setia menggenggam tangan adiknya, sedangkan Minhee hanya menunduk tak berminat menanggapi celotehan ayahnya.

Lelaki berusia empat puluh tahunan itu berbalik memandang kedua putranya, manik matanya yang terlihat santai itupun menelisik kearah tubuh putra bungsunya, banyak sekali luka.

"Ayah nggak marah, tapi tolong jangan make kekerasan."ucap ayah pelan.

Lelaki itu mendudukkan dirinya didepan Minhee, memegang erat pundak putra bungsunya "Semua masalah gak harus pake kekerasan, kamu ngerti kan?"Ujarnya.

Minhee melengos, Menghindari kontak mata dengan ayahnya.

Srakk!!.

Minhee bangkit dari duduknya, kemudian menatap ayahnya yang balik menatapnya.

"Minhee mau tidur"Ujarnya parau.

Devan menghela nafas panjang, kemudian memberi jalan pada putranya bungsunya untuk beranjak dari tempatnya duduknya.

Jaemin yang melihatnya hanya tersenyum masam, Jaemin berpikir ini semua adalah salahnya, andai takdir tuhan tidak seperti ini, andai Jaemin sehat, mungkin adiknya tidak akan seperti ini.

"Jaemin?"

Jaemin mengulum senyum tipisnya saat ayahnya menepuk pundaknya."kamu tidur sana."Katanya pelan.

Jaemin mengangguk, lantas beranjak menuju kamarnya, ah tidak, sepertinya malam ini ia akan tidur dikamar adiknya.

Langkah kakinya yang bahkan sangat pelan mungkin terdengar begitu jelas ketika berada dilantai atas.










Ceklek!






Jaemin membuka pintu kamar adiknya, memperlihatkan sosok yang terduduk dibalkon, tengah memandang kearah langit.

Kakinya perlahan mendekat kearah sang adik, mensejajarkan posisinya dengan Minhee. Jaemin meringis pelan ketika melihat dengan jelas luka Minhee, pemuda yang lebih tua dua tahun itu lantas mengulurkan tangannya hendak membuka baju yang dipakai Minhee.

Membuat Minhee terkesiap.

"Gue obatin." lirih Jaemin.

Minhee hanya bisa pasrah, membiarkan Jaemin mengobati tiap sudut wajahnya yang dipenuhi luka, terasa perih memang jika diobati, apalagi terkena angin malam, sedangkan ia tak memakai baju atasan.

"Eungh."

Jaemin menghentikan aktifitasnya begitu lenguhan kecil dari adiknya itu terdengar jelas pada gendang telinganya.

Jemarinya terulur menyingkap rambut yang menutupi sebagian kening Minhee, menampakkan memar biru disana.

"Kenapa di dunia banyak orang yang otaknya dangkal ?"Lirih Minhee dengan suara terlampau parau.

Jaemin tertegun, kemudian menatap sendu sang adik yang tengah memandang langit malam.

Sorot sendu adiknya membuat jaemin tersadar akan sesuatu, sorot keputus asaan, kegelisahan, semua bercampur disana.

Best Brother || JAEMIN MINHEE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang