03

4.8K 549 17
                                    


Drtt..drrttt

Jaemin menghela nafasnya saat ponsel di saku kemejanya berbunyi. Jaemin sedang ada kelas, tapi Minhee menelfonnya, ia segera mengaktifkan silent mode pada ponselnya sebelum robot sialan itu melihat lalu memukulnya.

Ya--kalian mengerti kan jaman kini sudah canggih. Perkembangannya Jauh lebih pesat.

Jaemin memijat pelipisnya, rasa pening sudah mulai menjulur sempurna di kepalanya.

Dadanya sesak sekarang, sepertinya pasokan udara berkompromi untuk tidak memberikannya pada Jaemin walau sedikit.

Jaemin terus menepuk dadanya, sesekali merematnya, berharap agar rasa sesak didadanya itu menghilang.

Dilihatnya sekeliling, Felix, Sanha, Jeno, dan Renjun masih berkutik dengan tugas.

Yang lain berbeda fakultas.

Suara gesekan bangku dan lantai itu terdengar jelas saat Jemin bangkit dari duduknya sembari meremat dadanya, tak lupa di tangan kirinya memegang inhaler.

Jeno yang melihat langsung terperanjat dari duduknya lalu menghampiri Jaemin yang nampak ingin keluar kelas.

"Lagi?" tanya Jeno dengan air mukanya yang khawatir. Jaemin mengernyit, itu sudah menjadi jawaban bagi jeno untuk mengetahuinya.

"Ayo pulang!" Ajak Jeno, pemuda dua puluh tahun itu segera  mengemasi barang-barang jaemin yang tergeletak di mejanya, tak lupa ia menyimpan file tugas Jaemin terlebih dulu, kemudian membereskan barang miliknya.

Felix, Renjun,  Juga Sanha ikut mengemasi barang mereka, kelas masih ada 30 menit lagi, namun siapa yang peduli dengan itu?Dosennya bahkan sudah keluar ruangan dari 15 menit yang lalu.

"JAEMIN!!"

Rahang tegas Jeno mengeras saat melihat Jaemin yang terhuyung kebelakang. Matanya melebar seketika saat mendapati Jaemin pingsan dengan darah yang kembali mengalir lewat hidungnya.

****


Minhee berdiri gusar diluar ruangan Jaemin, ia hampir saja menjadi korban tabrak Jeno saat dirinya hendak memasuki pelataran kampus kakaknya.

Minhee mendongak saat Dokter Han dan beberapa perawat yang lain keluar dari ruangan Jaemin.

"Gimana dok?" tanya Minhee penuh harap.

"Semua baik-baik saja minhee, Kakakmu hanya perlu istirahat cukup, kurangi begadang."Jelas Dokter Han.

"Terima kasih dok, Minhee boleh masuk kan?" Dokter Han tersenyum lalu menepuk pelan pundak minhee.

"Tentu"

Minhee, Jeno dan yang lain masuk kedalam ruangan Jaemin, menatap pemuda yang tengah terlelap di bangsal dengan tatapan iba.

"Bangun bego." Kata minhee, si bungsu itu memandang wajah Kakaknya Lamat.

"Gue bilang gausah dipaksa ngeyel sih! Kalo gini siapa yang susah? Lo juga yang sakit." Minhee mendumel sembari mengerucutkan bibirnya, sedangkan Jeno dan yang lain masih diam menyimak perkataan Minhee.

"Baang Jaeeminn banguunnnn!!" Seru Minhee sedikit mengguncang tubuh jaemin. Minhee sudah hampir menangis jika saja ia tak mendengar kakaknya bersuara.

"Sakit tolol!" Minhee mundur beberapa langkah saat menyadari bahwa jaemin sudah siuman.

"Kok lo udah bangun?" Tanya minhee dengan mulutnya yang sedikit terbuka.

Best Brother || JAEMIN MINHEE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang