"Eh gue ke toilet dulu ya, kalian tunggu aja di luar," ujar Olin.
"Kenapa kaga sekalian aja si," sahut Yori.
"Dah cepetan masuk toilet ntar antri."
"Anas ketoilet duluan ya Yori."
"Iya cepetan sono lama gue tinggal lu."
"Anas mana Yor?" tanya Olin.
"Itu lagi buang air kecil," jelas Yori sambil berkaca.
"Yok pulang," ajak Olin.
"Tungguin dulu bentar, ini Anas mau buat instastory," Anas langsung mengambil handphone nya dan setelah membuat instastory mereka pun segera pulang.
"Makasih ya Olin," belum sempat Anas menyelesaikan ucapan nya Yori langsung memotong ucapan nya itu "Olin doang nih gue nggak."
"Udah nas nggak usah di tanggepin masuk aja sono." Suruh Olin pada Anas.
Dengan cepat Anas memasuki rumah, Yori pun segera melajukan mobil menuju perjalanan pulang.
"Lo ngerasa ada yang aneh nggak sih sama Bagas, Devan?" Tanya Yori.
"Bener tuh, kek ada yang di sembunyiin gitu dari kita, tapi apa ya?" Jawab Olin sambil berpikir.
"Nah ya itu tapi apa, jujur nih ya gue tu kadang bingung sama pola pikir nya Anas, kadang dia bisa jadi orang yang pantang menyerah, tapi kadang dia bisa juga jadi orang yang pasrah." Ujar Yori.
Sambil tertawa kecil Olin menyahuti ucapan Yori "Anas itu sebenernya mau mau aja berjuang, ya karna Aden nya nggak ada rasa jadi mungkin Anas ngerasa tau diri."
"Iya juga sih, percuma jadi pelangi buat orang yang buta warna."
"Wessss Yori 2k19 nih."
"Pala lo tuh 2k19, dah nyampe nih turun."
"Iya keep calm yor, santuy."
POV ADEN DKK
"Nih titipan lo, tadi kita berdua ketemu AYO." Jelas devan sambil menatap wajah pucat pasi itu.
"Iya tuh hampir aja kita ketahuan, lu sih pakek acara sakit segala, nyusahin lu." Setelah menggerutu bagas berhasil mendapatkan tatapan tajam dari devan.
Melihat dua sahabat nya itu Aden hanya bisa tersenyum dengan bibir pucat nya itu "maafin gue ya udah nyusahin kalian."
"Udah lah den kayak sama siapa aja lo, lagian bonyok lo nggak tau kalo anak nya lagi sakit?" Tanya Devan dengan hati hati.
"Gue ngga mau ngerepotin mereka." Jawab Aden.
"Lo jangan sakit dong den, nanti yang bayarin gue makan batagor siapa, mana mungkin devan bayarin gue dia kan kere, nggak kayak lo sultan." Cerocos bagas.
"Yee si sum sum kambing, lo tuh harus nya bersyukur udah gue bayarin makan nasgor, bilang makasih kek apa kek lah ini malah ngehina gue."
Aden hanya mampu terkekeh kecil melihat perdebatan kedua sahabat nya itu.
"Den lo yakin nggak mau ngasih tau Anas tentang ini?"
"Ngapain ngasih tau dia dev, nggak penting."
"Yakin Anas nggak penting dalam hidup lo? Bukan nya kemarin lo liat anas sama gue aja lo cemburu, apa itu arti nya nggak PENTING."
"Hm." Jawab Aden dengan wajah datar.
"Gue mau nembak Anas."
Yap ucapan Bagas berhasil membuat degup jantung Aden melemah, seolah tidak ada udara yang dapat di hirup, membuat ada sesuatu yang sesak dalam dada nya.
"Udah lah den, jujur aja sama kita, gue sama bagas temenan sama lo itu udah lama, jadi nggak ada alasan buat kita nggak paham tingkah laku lo."
Skip "Imannuels School"
"Selamat pagi dunia tipu tipu."
"Bisa ndak sehari aja kamu ndak usah ribut." Geram Andin pasal nya Bagas berteriak tepat di samping telinga gadis itu.
"Ndak bisa tuhhh, mang nape sewot ya lo." Sahut Bagas dengan wajah songong.
Saat Andin hendak berteriak ada seseorang yang membawakan nya bunga dan coklat, ya lelaki itu adalah Abram.
"Gas, gue hamil nih." Ujar Devan sambil tersenyum jahil.
"Lahh hamil anak siapa lo." Bingung Bagas.
"Anak lo lah." Jawab Devan.
"Yakali anak bagas, anak Bram kali." Kekeh Aden dari belakang karna ia sudah tau tingkah apa yang akan di lakukan kedua sahabat nya ini jika bertemu Andin.
"Siapa itu bram?" Tanya AYO bingung.
"Brame rame lahh" jawab Bagas dan Devan sambil tertawa melihat kekesalan Andin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
SORRY UP NYA LAMA KARNA AUTHOR LAGI SIBUK DAN BANYAK TUGAS
.
.
.
.
.
.
.
MOHON MAAF KARNA BANYAK TYPO
.
.
.
.
.
"Tidak semua hal harus di perlihatkan pada dunia, setidak nya sisa kan lah satu misteri"
A.S
.
.
.
.
.
.
.
Salam manis
Rina Wenas
KAMU SEDANG MEMBACA
FABULA AMORIS
RomanceFabula Amoris [On Going] Tiga tahun lalu saat semua nya baik baik saja dan tidak ada warna gelap di hati ini sehingga rasa itu hadir membuat semua nya hancur lebur dalam jurang harapan itu, terkadang semua yang kita harapkan tidak selalu menjadi ken...