Part 18

39 6 1
                                    

"Mas bara! Buruan dong anas telat nih nanti di hukum sama pak danu," teriak Anas dari dalam mobil.

"Sabar nas, nanti kalo kamu dimarahin pak danu ya mau gimana lagi orang salah kamu juga yang telat bangun," ejek Bara sambil memasang seatbelt.

"Hati- hati mas, nanti siang habis dinda selese praktek dinda kesana bawain makan siang ya."

"Iya din, mas berangkat ya nanti macan kemayoran ngamuk kalo telat," ujar Bara sambil melirik anas seraya melajukan mobil nya dengan cepat.

"Mbak dinda kenapa ya mau sama cowok mulut lemes gini," cibir Anas.

"He-he-he, untung gebetan sahabat gue sekaligus adek ipar coba kalo bukan udah gue ubek tu mulut," guam bara dengan suara kecil seraya menatap anas.

"APA LIAT LIAT! DIEM!" bentak Anas dan di hadiahi tatapan tajam andalan bara dan itu berhasil membuat nyali anas menciut "nggak mas tadi anas bercanda aja, emang kenapa mas bara liatin anas," tanya Anas sambil nyengir kuda.

"Turun."

"MAS BARA MARAH YA!"

"Udah nyampe nas, itu gerbang nya juga udah ketutup." Ucapan bara berhasil membuat anas kelabakan "Makasih ya mas," ujar anas buru buru turun dari mobil, melihat tingkah anas yang petakilan membuat nya berfikir, bagaimana kehidupan bastian jika harus hidup selamanya bersama gadis petakilan, tentu nya sangat berbeda dengan Betari  yang sangat feminim.

"Gimana nih pintu belakang juga di kunci," Ujar Anas sambil berfikir "Manjat." sahut pria itu "kalo manjat terus jatoh kan nggak lucu," imbuh anas seraya memutar tubuh nya menghadap ke sumber suara berat itu, Damn! Terjadi lah acara tatap- tatapan.

Mata sipit, pipi tembem, bibir yang berukuran kecil namun terlihat sedikit tebal, hidung mancung (kedalam), warna kulit yang sedikit gelap membuat anas berhasil terlihat sempurna menjadi gadis jawa yang mempesona.

"Emm lepasin it------" Aden langsung menarik anas masuk kedalam pelukan hangat nya, jujur Aden sangat merindukan gadis petakilan ini yang setiap hari membuat hari nya berwarna tapi saat ini ia harus membuat anas membenci nya.

"Tadi pak danu lewat." Anas hanya diam membeku "jangan mikir yang aneh aneh gue tadi refleks."

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang menatap anas dengan penuh kebencian.

"Kalo gue nggak bisa dapetin dia itu arti nya lo juga nggak bisa dapetin dia, Anasya fradella tunggu tanggal main nya."

"Kalian berdua lari lapangan sampai jam istirahat, dan kamu anas jangan coba coba kabur!"

"Iya pak, bawel ah bapak mana mungkin saya kabur."

Pak danu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan dan meninggalkan Aden dan Anas di bawah terik matahari.

Anas terus berusaha untuk menyamakan lari nya dengan Aden agar bisa berbicara dengan pria yang membuat luka sekaligus obat bagi luka di dalam hati nya.

"Aden kenapa bisa telat?" Tanya anas sambil ter engah engah.

Tak ada jawaban dari Aden.

"Kalo anas telat tadi karna mas bara telat ngantar anas," jelas Anas sambil mengejar Aden yang meninggalkan nya.

"Aden pelan pelan dong lari nya anas kan cape," ujar Anas sambil tersenyum manis.

Aden terus berlari tanpa menanggapi anas yang terus berbicara kepada nya, padahal jauh di dalam hati nya ia ingin sekali mencubit pipi gembul itu dan menjawab semua pertanyaan anas.

"Aden kok anas pusing ya," ucap Anas karna ia memang benar benar pusing.

Aden tidak mempedulikan anas hingga bunyi bel yang begitu nyaring membuat Aden tidak sadar bahwa bersamaan dengan bunyi bel anas juga jatuh pingsan.

"Aden itu anas pingsan di belakang lo cepetan di bawa ke UKS," suruh Yori dengan cepat menghampiri tubuh lemah sahabatnya itu "Aden tolongin anas den, pasti dia pingsan karna maag nya kambuh nih, buruan den angkat dong anas nya," pinta Yori.

"Itu ada Abram minta tolong aja sama dia gue nggak bisa, sorry yor," setelah mengatakan hal itu Aden segera berlari ke arah rooftop.

"Ram bantuin gue bawa anas ke UKS ya," ujar Yori "gue yakin den lo bakal nyesel seumur hidup karn nyia nyia in anas," imbuh Yori.

"Eh gas itu aden kenapa kayak kesakitan gitu, gas samperin yo buruan," ajak Devan yang melihat sahabatnya meringis.

Mereka berlari kearah rooftop melalui UKS dan melihat anas sedang terbaring lemah di UKS "Eh mau kemana lo dev, samperin aden dulu baru anas."

"Den, lo kenapa?!"

"Ambilin obat gue dev di tas," Pinta aden sambil menahan rasa sakit di kepala nya.

"Tas lo dimana den?" Tanya Bagas panik.

"Shit! Tas gue di bawa pohon deket tas anas warna biru," jawab Aden yang terus menutupi hidung nya yang terus mengeluarkan darah segar.

Bagas dengan segera berlari ke lapangan dan ia segera membawa tas biru itu ke rooftop.

"Den ini tas lo kan?" tanya bagas seraya menunjukan tas export warna biru dan "Itu tas anas bukan tas gue, tas gue export warna hitam abu," jawab Aden yang sudah pasrah dengan keadaan dan saat ini kepalanya sangat sakit.

"Tapi cuma tas biru ini aja yang ada di  bawah pohon nggak ada unsur hitam abu nya," jelas Bagas yang frustasi melihat kondisi mengenaskan milik kawan nya itu.

"Jangan- jangan tas lo yang di bawa sama andin dikira dia itu tas anas dan tas yang gue bawa ini tas anas," imbuh bagas pasal nya sebelum bagas benar benar sampai ke bawah pohon ia melihat Andin membawa tas export hitam abu.

"Bukan jangan jangan lagi tapi emang bener, buruan ambil sana gas di UKS," perintah Devan dan Bagas segera turun ke UKS.

"Aden bangsat! Dev tolongin gue ya di dalam tas gue ada surat² diagnosa dan hasil ronsen dari dokter tentang pendarahan otak yang gue alami, jangan sampai anas tau tentang ini."

"Iya den, gue ke UKS sekarang lo ngga papakan gue tinggal," ujar devan.

"Iya, thanks ya dev." Devan mengangguk kecil seraya pergi meninggal kan Aden di rooftop.

Betapa terkejutnya Yori dan Olin melihat surat diagnosa  pendarahan otak dari rumah sakit abdi dalem atas nama "Ardeniel Imanuel Saloka" mereka saling tatap dan tentu nya pertanyaan dalam pikiran mereka sangat banyak.

APA ADEN SAKIT?

KENAPA ADEN NGERAHASIAIN INI DARI KITA?

APA ANAS TAU?

APA BAGAS DAN DEVAN TAU?

APA INI ALASAN ADEN MENJAUHI ANAS?

"Obat anas mana yori? Dari tadi anas tungguin, kalian ngapai-------"

"Eh tas anas ketuker ni sama tas aden maaf ya," ujar Devan sambil menyerahkan tas anas ke yori dan mengambil tas Aden dengan segera, tanpa mereka sadari surat surat penting itu masih berada di tangan Olin yang tadi mereka sembunyikan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mohon maaf jika ada typo
Terimakasih atas waktu dan minat nya untuk membaca
.
.
.
.
.
.
.
"Apakah kini sebuah misteri lama harus terungkap lalu bagaimana dengan misteri baru"
(D.A)
.
.
.
.
Salam manis
Rina Wenas

FABULA AMORIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang