Part 25

28 5 3
                                    

Tepat jam 12 malam, diluar rumah ada yang mengetuk pintu dengan keras tapi Anas hanya bisa berfikir positif bahwa yang sedang mengetuk pintu adalah Bara, perlahan Anas berjalan menuju kedepan pintu tetapi saat hendak membuka pintu, ada tangan yang memegang pundak kanan nya, Anas sudah merasa takut jika yang mengetuk pintu adalah Bara lalu tangan laki laki yang memegang pundak nya siapa, dengan penuh keraguan Anas memutar tubuhnya kebelakang secara lambat dan ternyata..................

"AAAAAAAAAA!!? JANGAN GANGGUIN ANAS, ANAS SENDIRIAN DI RUMAH EH NGGAK DENG BERTIGA BARENG MBAK DINDA SAMA SI KACANG!!" Teriak Anas sambil menutup wajah nya, bukan nya menjauh sosok itu malah memegang kedua pundak Anas dari depan "Kamu kenapa sih nas?"

"Mbak Dinda!!!! Mas Bara!! Anas kira siapa tadi! Ini juga ngapain megang pundak Anas, kenapa nggak langsung manggil aja!" gerutu Anas, "Udah buka pintu sana nanti aja marah marah nya mbak udah laper nih!" Ujar Dinda.

"Bentar bentar, bukan nya tadi mbak Dinda tidur ya? Ini juga bukannya tadi mbak pakek piama ya kok sekarang dah ganti jadi daster, hmmmm mas Bara juga tumben banget mandi malem malem gini?" Tanya Anas dengan penuh selidik sedangkan yang diselidiki mulai terlihat gugup.

"Ciyeee santuyy aja kali! Anas juga tau kalian habis ngapain, pasti kalian habisss---"

Tok.....tok...tok.....

Dinda bernafas lega karna pintu kembali diketuk "Bukain sana kasian loh go-food nya nunggu."

Anas mengiyakan permintaan dari mbak nya yang terkesan memerintah, ternyata hal tak terduga terjadi..........

"Aden! Kamu ngapain kesini? Ini udah malem loh, ya udah masuk dulu diluar dingin," ujar Anas yang masih terkejut akan kedatangan Aden.

"Nas itu temen nya disuruh masuk dulu, kasian mereka kenyamukan," Ujar Dinda yang baru kembali dari dapur guna membuat teh hangat untuk Bara.

"Ehh? Kok kamu disini? Kamu kenal sama Adek saya ya?" Imbuh Dinda heran.

"I-iyaa dok," jawab Aden kikuk.

Dinda menghela nafas sebentar "Panggil saya mbak aja nggak usah ada embel embel dok."

Aden mengangguk paham "Maaf sebelumnya mbak kalo saya lancang bertamu malam malam seperti ini, saya kesini karna kata temen saya Anas nyuruh saya kesini," Jelas Aden dengan sopan.

"Owhlhh iya nggak papa, duduk aja dulu saya mau kedalam sebentar nas buatin temen nya teh sana," Suruh Dinda yang berlalu pergi ke kamar.

Saat Anas hendak pergi ke dapur Aden mencekal tangan Anas "Kenapa?"

"Aku ikut kedapur."

Anas menatap Aden heran, lalu mengangguk kecil "Yaudah ayok."

Kini Anas mulai membuat teh untuk Aden sedangkan yang di buatkan teh hanya berdiam diri mentap Anas dengan tatapan teduh.

"Ini pasti kerjaan Bagas," guam Anas yang masih terdengar oleh Aden.

"Nggak, ini inisiatif aku sendiri," sahut Aden yang kian mendekati Anas, Anas yang merasa terganggu dengan posisi nya sekarang ia pun mulai bersua "Bisa samaan dikit nggak ini ada air panas soal nya."

Aden berdehem "Aden kangen sama Anas makanya Aden kesini."

Pipi Anas bersemu merah mendengar ucapan Aden, apakah secepat ini ia bisa mendapatkan hati Aden tapi ia juga tidak bisa menampikan rasa bahwa ia senang di perlakukan seperti ini oleh Aden.

Aden menoel noel pipi merah Anas "Ciee gugup, gue bercanda doang kali! Baperan lo," kekeh Aden.

Deg!! Becanda? Apakah hari Anas sebercanda itu? Baru saja sedetik yang lalu ia merasa di sayangi tapi ternyata ini hanya candaan saja.

"Ngapain juga gue kangen sama lo, pacar juga bukan lagian cuma temen doang."

Raut wajah Anas menjadi lesu "Ini teh nya, habis minum pulang! Bilangin sama Bagas becandaan dia nggak lucu."

Jujur saja Aden sangat senang bisa mengerjai Anas karna raut wajah yang di tunjukkan oleh gadis itu sangatlah lucu "Ngapain senyum senyum, itu teh nya juga udah abis sana buruan pulang," ujar Anas.

Aden mendengus "Emang lo nggak kangen nas sama gue? Denger denger dari Bagas kata nya, waktu gue masuk RS lo kangen ya sama gue?" Goda Aden.

Anas berkilah agar ia tidak terlalu malu pasal nya Anas menangisi seorang pria yang bukan siapa siapa nya "Ga! NGAPAIN KANGEN SAMA LO, PACAR JUGA BUKAN LAGIAN CUMA TEMEN DOANG!" Ucap Anas dengan penuh penekanan disetiap kata nya.

Aden tersentak mendengar ucapan nya yang di ulangi oleh Anas, kini ia menatap wajah Anas dengan tatapan tajam dan berjalan terus mendekat ke arah Anas, kini tubuh Anas sudah tidak bisa berjalan mundur lagi karna tepat di belakang nya ada dinding yang menghalangi.

Aden tersenyum smirk "Nas," panggil Aden dengan suara serak "Lo kalo pakek hotpants menggoda juga ya."

Sial! Anas baru menyadari bahwa ia sedang memakai hotpants berwarna hitam, kini ia hanya bisa menunduk "Kalo di ajak ngomong sama liatin kali orang nya," kata Aden, Anas mulai menatap manik mata Aden tanpa mereka sadari kini dua insan itu sama sama sedang dalam kondisi yang terbuai dengan suasana.

Semakin dekat...........
Semakin dekat...........
Tepaan nafas mereka saring beradu......
Dan......

BRAK!!!!!

"Keluar dari rumah saya! Saya paling tidak suka dengan orang yang bertamu ke rumah saya di atas jam 10 malam apalagi alasan nya hanya untuk bertemu dengan adik ipar saya, paham?!" Ucap Bara yang baru saja memergoki Aden dan Anas yang hendak...... Ya kalian paham lah ya :v

"Iya mas, maaf saya kesini ha----"

"Sudah cukup! Teh nya sudah kamu minum sekarang bisa saya minta kamu untuk pulang?" Ujar Bara.

Aden sudah pulang, dan kini ada perdebatan antara Bara dan Anas.

"Mas Bara kacau sihh, dia kan doi Anas kalo dia nggak suka sama cara mas nyuruh dia pulang gimana? Yang tadi itu bukan nyuruh pulang tapi ngusir!"

Bara hanya dia dan tersenyum "Nas kamu itu tanggung jawab mas sama Dinda kalo ada apa apa sama kamu yang salah itu mas, Nanti di sekolah kalo mau ketemuan jangan di rumah, kamu itu cewek! Cewek nya Bastian," Jelas Bara dengan suara yang mengecil ketika mengatakan 'cewek nya Bastian'

Anas melotot "ANAS MAU TIDUR!" Setelah mengatakan itu Anas langsung pergi ke dalam kamar dan berbaring sedangkan Bara ia malah tertawa kecil.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sebuah penantian akan terbalaskan
Penantian? Terbalaskan?
Akankah ada kehancuran yang akan menghampiri?
Nampak nya....
Ya? Tidak?
.
.
.
.
.
.
Salam manis
Rina Wenas


FABULA AMORIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang