Part 17

45 5 0
                                    

Deg!!!

"Itu mah lo salah liat kali, orang dari tadi kita lagi ngeliat kucing beranak yakan dev?" Ujar Bagas.

"Hooh bener tuh," Jawab Devan "Nah ini nih kucing nya habis beranak dia makanya jalan nya ngegang," imbuh Bagas sambil menatap kedua wajah sahabatnya dengan tatapan meyakinkan

"Entah gue yang bodoh atau gimana serah lah yang penting Aden nggak nanya soal anas sama mas bastian, kalo dia nanya kan repot," Ucap Devan dari dalam hati nya.

"Thanks."

"Buat?" Ujar Bagas dan Devan bersamaan, Aden hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis nya bahkan hampir tidak terlihat "Yok balik besok sekolah nih," ajak Aden saat mereka hendak berlalu pergi ke parkiran mobil

"Ketemu sama kalian lagi, Kondisi kamu gimana?" Tanya wanita berblezer putih dan rok span hitam itu.

"Eh ibu dokter, kondisi dia baik dok," jawab Devan "Kalo di luar jam kerja panggil saya mbak dinda aja nggak usah pakek embel embel dokter," imbuh Dinda.

Aden menatap mereka dengan rasa penasaran bagaimana dokter itu tau bahwa ia sakit, melihat kebingungan dari raut wajah Aden, Dinda pun paham dan mulai menjelaskan "Emm sebelumnya kenalin nama saya Drh. Adinda Aradella dan kenapa saya bisa mengetahui penyakit kamu itu karna salah satu sahabat kesayangan kamu ini ingin saya menangani manusia yang dimana kodrat nya saya hanya bisa menangani hewan karna jelas jelas saya ini dokter hewan."

Aden tidak mempedulikan penjelasan dinda tapi ia hanya menatap wajah dinda "Kenapa dokter ini mirip banget sama anas dari segi suara sampai segi wajah mereka mirip tapi sedikit yang membedakan kalo anas kan pecicilan nah kalo dokter ini berwibawa," Guam Aden kecil.

"Emm kalo nama kalian siapa?" Tanya Dinda.

"Saya Aden."

"Saya Devan."

"Saya Bagas."

"Ohh okey, kalian ini seumuran sama Adek saya dia sekolah di Imannuels School," ucap Dinda yang mengundang rasa penasaran Aden.

"Kalo boleh tau nama nya siapa?" Tanya Aden dengan suara datar.

"Nama nya itu---- nahh itu adek saya dateng," jawab Dinda dengan semangat dan mereka pun melihat mobil yang ditunjuk oleh dinda secara bersama sama, setelah mereka melihat mobil Fortuner SUV warna hitam itu sontak Bagas dan Devan saling bertatapan dan menghela nafas pelan.

Terlihat seorang pria dewasa dengan pakaian kantor yang sudah berantakan tapi tidak bisa di pungkiri pria itu masih terlihat sangat mempesona.

"Bastian, Anas nya mana?" tanya Dinda "Anas di rumah tidur kata nya ngantuk jadi kita aja yang jemput bara," jelas Bastian "Owhlh iya, eh ini kenalin Aden, Devan, Bagas, nah kalian kenalin ini Bastian Sudarso CALON ADIK IPAR saya," sambil terkekeh geli Dinda mengatakan hal itu.

"Kita udah kenal dia mbak dinda," sahut Bagas sambil tersenyum kikuk "iya din mereka udah kenal gue."

"Owh kalo gitu saya duluan ya, soal nya mau jemput suami saya di bandara."

"Pantesan mirip orang kaka adek," guam Aden dalam hati.

"Buruan masuk mau pulang nggak ini juga malah bengong," cerocos Devan karna saat ini ia tidak ingin membahas apapun yang terjadi tadi.

Devan langsung melajukan mobil menuju ke rumah Aden. (Fyi mobil itu di antar oleh orang suruhan Devan untuk mengambil mobil di rumah Aden dan membawa nya ke rumah sakit).

Sesampainya di rumah Aden "Rahasiain penyakit gue dari publik terutama Keluarga gue, inget." Mendengar ucapan Aden mereka hanya bisa pasrah dan mengiya kan apa yang di minta Aden dan berlalu pergi.

FABULA AMORIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang