Dean sudah mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi disini, ia juga tidak mengenal sosok Aden dan keluarga Aden, tetapi untuk mengobati rasa rindu Cipa, Dean bersedia untuk menyempatkan diri bertemu dengan Cipa.
Dean juga menceritakan tentang kehidupan nya, Dean yang hidup dari kecil di Bali dan iya hanya anak tunggal dari pasangan Asti dan Aldo.
"Dean yakin mau ketemu sama Cipa?" Tanya Anas untuk yang seribu kali.
Dean menghela nafas nya "Iya Anasya! Bisa nggak sih kalo nanya itu sekali aja nggak usah berkali kali hm?"
Bukan nya menjawab ucapan Dean, Anas malah menatap Dean lekat "Temen kalian kenapa si?" Tanya Dean.
Bagas menggeleng pelan "Kan udah gue jelasin, lo itu mirip Aden dari semua sisi lo itu kayak Aden, emmm ada satu sih yang nggak mirip yakan Dev?" Devan mengangguk "Aden dingin dan Lo nggak, apalagi yank?" Tanya Devan pada Yori.
Yori menjawab "Aden suka nitipin Hati nya sama Anas dan Lo on the way!"
Ucapan Yori membuat semua orang yang ada di dalam UKS menatapnya tajam, Yori hanya bisa menggigit bibir bawah nya "Jangan digigit ntar bedarah!" Peringat Devan pelan.
"Lo kali yang mau ngegigit bibir nya, ya ga?" Goda Dean, Bagas langsung menyahuti "Nahh ini nih satu lagi Aden nggak mesum dan lo MESUM!" Anas tertawa kecil mendengar ocehan Bagas yang ngelantur.
Dean terpesona dengan tawa Anas dan lesung pipi diwajahnya menambah aksen manis di wajah nya.
"Udah kali ngeliatin nya nanti diabet loh," Goda Yori.
"Pulang sekolah nanti jadi nggak rumah sakit? Kata nya Mbak Dinda udah bangun pas Mamah sama Papah Dateng nggak lama setelah itu Mbak Dinda bangun kata nya," Ujar Anas sambil menunjukkan isi chat nya dengan Bara kepada semua nya.
"Itu foto Aden?" Tanya Dean dan diangguki oleh semua orang "Mirip kan sama lo?" Tebak Bagas seolah tau apa yang di pikirkan oleh Dean.
Dean mengangguk "Kok bisa ya? Tapi udah ketahuan kalo itu bukan gue, gue mah nggak suka makek jas lah dia suka."
"Waktu itu pertama kali nya Aden ke kantor dan Anas sama Cipa datang kesana mau makan es cream!" Jawab Anas cepat.
"OHH OKEY TEMEN TEMEN! Gue pamit ke lab dan lo...." Dean menunjuk Anas "Tunggu gue di parkiran."
Anas menyerit heran "Buat?" Dean langsung berlari menuju lab tetapi ia melupakan Jas Lab nya.
"Anterin tuh, jas lab nya ketinggalan," ujar Devan.
Yori mengangguk "Heemmm anterin nas, kasian nanti dia dimarahin sama Pak Anton."
Anas menggeleng "Bagas aja yang nganterin sana."
"Nas, kesempatan nggak datang dua kali, coba aja lo fikir siapa tau Aden emang pengen lo deket sama Dean kan kita nggak ada yang tau takdir," nasehat Bagas bijak.
Anas segera berlari menuju ke lab IPA, fyi Dean anak IPA pindahan dari Bali, sesampai nya di depan pintu lab Anas sudah melihat Dean sedang melakukan penelitian dengan seorang gadis.
"Anas? Ngapain lo disini?" Tanya Dean yang melihat Anas hendak pergi dari depan pintu lab IPA.
Anas berbalik menatap Dean "Ini Anas mau balikin jas lab nya Dean," jawab Anas seadanya.
"Kemarin aja ngejar Aden, Aden udah nggak ada malah Dean yang di kejar!"
"Murahan banget sihh! Padahal kan cuma mirip."
"Biasalah dia kan cewek gatel!"
"Kasian ya Almarhum Aden udah rela berkorban ehh tau nya yang di selametin nggak tau diri!"
"Kak Aden di embat, kak Dean juga di embat, ntar siapa lagi?"
"Dean jangan mau sama Anas! Ntar kalo kamu meninggoy di lupain gitu aja sama kayak yang sebelumnya."
Begitu lah bisikan bisikan dari warga sekolah sungguh sangat menyakitkan jika mendengar nama mantan kekasih nya itu di bawa bawa, bukan kah mantan kekasih nya itu perlu ketenangan? Anas hanya mampu mengusap kasar air mata nya.
"Dean? Ini jas lab nya, Anas permisi ya," pamit Anas dengan wajah murung.
"Ahhh iya, makasih nas."
Bojong gede 48
Bagaskara menambahkan Anda
Yori Lovita: Welcome to @Dean Ageng Abirama 💃
Bagaskara Adibrata: Hola! Salken Dean!
Yoi!
Kalo Anas sedih biasa nya kemana?Bagaskara Adibrata: rooftop!
Yori Lovita: 2 in
Devantara Alaska: 3 in
Ok!
***
Dean langsung berlari menuju ke rooftop dan benar saja Anas sedang duduk di sofa yang sudah di siapkan di rooftop, pandangan Dean langsung tertuju pada beberapa foto yang terpanjang di dinding.
Terlihat ada tiga anak SMA yang sedang menggunakan almet osis, ada Bagas di sebelah kiri dan ada Devan di sebelah kanan, lalu?
"Itu Aden, Dean ngapain kesini?" Tanya Anas, bukan menjawab Dean malah bertanya balik kepada Anas "Lo kenapa kesini?"
"Duduk aja!" Jawab Anas singkat dan kembali memeluk Jersey basket milik Aden.
Dean menatap Anas yang sudah kembali duduk dan memeluk Jersey basket "Pantesan lo sayang banget sama Aden," ucap Dean.
Mendengar ucapan Dean, Anas langsung membuka mata nya "Kenapa?"
"Karna.........karna lo itu berhasil menunjukkan bahwa, meskipun seseorang yang lo sayang udah nggak ada di dunia tapi lo tetap setia sama orang itu," jelas Dean panjang lebar "Lalu?"
"Aden sayang banget sama lo karna lo setia." Anas mengangguk paham.
"Setia ngga? Setia ngga? Setia ngga?"
"Setia lah masa nggak!" Sahut Dean dan Anas secara bersamaan lalu mereka tertawa bersama.
"Nas, kalo boleh tau foto itu kalian sama siapa?" Tanya Dean yang menunjuk foto Olin.
"Itu Olin, jadi awal nya itu kami bertiga ngekost bareng tapi karna suatu kejadian yang mengharuskan kita pisah ya kita harus pisah," jawab Anas.
"Lo nggak mau nanya sesuatu gitu ke gue?"
"Dean kok suka IPA?" Tanya Anas, "Karna gue pengen jadi profesor! Profesor CINTA!!"
Anas menatap Dean aneh "Wajah Dean itu mirip sama Aden, tapi kalo di liat liat lagi kalian nggak mirip ternyata."
"Jelas lah gue b aja dia ganteng, gue bodoh dia pinter, gue bad dia good, di-----"
"Semua orang istimewa dengan kelebihan dan kekurangan nya masing masing, inti itu kita harus bersyukur lagian Dean ganteng kok, nggak ada orang yang bodoh cuma telat pinter aja dan nggak ada orang yang bad cuma telat-------"
"Telat berubah aja, ya kan?"
"GOOD!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dengan wajah yang mirip tetapi dengan tingkah yang berbeda dan tentunya kesan yang berbeda juga!
.
.
.
.
.
.
Salam Manis
Rina Wenas
KAMU SEDANG MEMBACA
FABULA AMORIS
RomanceFabula Amoris [On Going] Tiga tahun lalu saat semua nya baik baik saja dan tidak ada warna gelap di hati ini sehingga rasa itu hadir membuat semua nya hancur lebur dalam jurang harapan itu, terkadang semua yang kita harapkan tidak selalu menjadi ken...