13. Crybaby

1.4K 217 31
                                    

Yeosang tengah bersantai menikmati udara lembap di starbucks. Tempat yang tepat untuk menghabiskan uang jajannya. Hari ini berjalan seperti biasanya namun sedikit tawar karena sahabatnya sedang berjuang melalui Rut.

Ehm, rasanya Rut seperti apa sih?

Kalau Yeosang lihat-lihat sih biasanya Wooyoung terlihat sedikit lesu setelah keluar dari gedung tersebut.

Apakah Rut semelelahkan itu?

Tapi ada juga yang kelihatan segar setelah Rut.

Ya, Mamanya sih.

Entah kenapa Yeosang tak mau melalui periode itu nanti. Bukan takut. Tidak mau repot lebih tepatnya. Wajar saja kalau Yeosang ingin hidup dengan simpel. Dia memang orang yang seperti itu.

Melihat berbagai pengalaman orang soal Heat dan Rut di Bar tempatnya bekerja membuatnya sadar kalau periode seperti itu memang merepotkan, melelahkan, menyiksa, namun pada saat bersamaan ehem menyegarkan.

If you know what I mean.

"Frappucino mu Tuan."

"Thank you— oh Hai Yunho," sapa Yeosang.

"Eh, Hai. Kita bertemu lagi."

Yunho menampilkan senyum manisnya.

"Aku baru tahu kau bekerja di sini. Sejak kapan?"

"Tidak lama. Aku baru mulai bekerja selama tiga hari. Em, dimana Wooyoung? Biasanya kau bersamanya."

"Rut. Karena itu, aku tak melakukan apa-apa hari ini."

"Um... Yeosang. Kalau kau luang, aku ingin pergi ke toko buku lusa. Aku butuh beberapa buku desain... Mau pergi bersama? Aku ingin meminta rekomendasimu juga, kalau kau tak keberatan..."

"Boleh. Beritahu saja padaku waktunya. Aku juga perlu membeli beberapa bahan untuk nirmanaku so why not? "

"Oke! Akan kukabari nanti. Aku lanjut bekerja dulu, bye!"

Yeosang memberi senyum singkat pada Yunho.

"Well, guess Wooyoung is right..." gumamnya.

Ia memasang earphone dan mendengarkan beberapa lagu dari smartphonenya. Menyesap minumannya sembari menyenandungkan musik itu dalam hati, ia melihat ke sekeliling.

Matanya yang pada awalnya memperhatikan pemandangan jalan, kini tertuju pada sebuah mobil yang terparkir sangat dekat dengan dirinya. Dia memang mengambil tempat duduk yang berada di pojok see trough wall.

Ia menyipitkan matanya, memastikan apa yang ia lihat itu benar.

"Choi Jongho? Sedang apa dia di sini?"

Ya, pemandangan dimana Jongho menangis dan tampak sedang ditenangkan oleh pria entah siapa itu di sampingnya, terlihat jelas lewat kaca mobilnya.

"Mereka sadar tidak sih kalau kacanya tembus pandang?" gumamnya.

Terlihat Jongho keluar dan sesekali mengusap ujung matanya perlahan. Hidungnya sedikit memerah dengan bagian pipi yang terlihat basah karena air mata.

"Cute..."

"..."

'Wait what was I thinking about? He's not cute, he's rude. Right, he's rude,' batinnya membantah.

Ia kembali memperhatikan Jongho. Dia dan pria tadi masuk, duduk tak jauh darinya, hanya berjarak satu meja di depannya. Jongho duduk bersandar dan melamun sembari memainkan jari-jarinya.

'Why tf he looks like a kid that sad because we didn't let them get what they want?' gumamnya dalam hati.

"Here, your Americano. Aku memesan Cappucino hangat juga. Kau mau?"

°•'~Mate [YeoJong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang