CHAPTER 28

3.1K 281 58
                                    

Woilah sariawan menyiksaku😭. Btw, jangan ada yang nimpuk aku yak. Setelah ini dan 3 cerita lainnya tamat, aku gatau harus apalagi😂. Mau buat book baru atau hibernasi.

Author Pov.

Dokter memberikan kabar duka, sangat duka sampai membuat seseorang hilang harapan untuk kembali melanjutkan hidupnya.

"Dok, jadi...jalan satu-satunya adalah Transplantasi mata?" tanya Deeva. Dia sedih tentu saja, Ibu mana yang tidak sedih saat Putranya dinyatakan Buta permanen.

Dokter Richald mengangguk. Dan kabar ini belum masuk ke telinga Damian, karena jika dia tau, dia akan semakin terpuruk.

Di kamar Inap.

Queenze berusaha menyuapi Damian, tapi dia selalu menolak. Tatapan matanya kosong disertai mata sembab karena menangis semalaman.

"Dami, makan sedikit aja. Nanti lambung kamu sakit" bujuk Queenze lembut. Damian masih menutupi tubuhnya dengan selimut.

Dia masih terpuruk, dunia nya yang cerah kini gelap. Tak ada sinar apa-apa lagi, yang lebih menyakitkan dari yang dia sesali adalah.

"Hiks..Dami gabisa lihat muka Queen lagi..hiks..gelap Queen..hiks..Dami gasuka.." isaknya pilu. Dia tak lelah menangis, memang begitulah yang Damian rasakan.

Queenze memandang sendu punggung ringkih Damian, dia meletakan piring di nakas lalu naik ke kasur Damian. Dan tidur di sebelahnya "Balik sini, adep aku" bisik Queenze lembut.

Damian masih terisak, bahunya naik turun karena isakan yang tak kunjung selesai. Dia berbalik dan menghadap Queenze, air mata terus keluar dari kedua mata hitam kecoklatannya.

Queenze mendekat "Coba pejamkan mata kamu" pinta Queenze lembut, tangannya mengelus rambut coklat Damian dengan lembut.

Damian menurut, dia memejamkan kedua matanya. Sesaat benda kenyal menyentuh kelopak matanya, ternyata Queenze mencium keduanya. Damian semakin sedih, dia memeluk Queenze dan menangis di bahunya.

"Queen..hiks..gelap Queen..hiks..Dami gak suka..hiks..Queen..hiks..Dami gak suka Queen.." tangisnya teredam di bahu Queenze.

"Ada Queen, Queen gak akan ninggalin Dami" bisiknya lembut.

Damian semakin mengeratkan pelukannya, tak peduli infus yang tertarik dan hampir lepas. Serta darah yang mulai naik dari selang infusnya.

"Aku..hiks..aku harus apa..hiks..m-mereka..hiks..mereka jahat Queen.." racau Damian tak terkendali.

Queenze mencerna apa yang Damian katakan "Maksud kamu?" tanya Queenze perlahan.

Damian takut, mengingat wajah bahagia mereka saat memukul dan menyiksa Damian. Damian takut..dia takut Queenze akan terluka jika tau hal ini.

"M-mereka..hiks..Abang Gava sama bang Nadan..hiks..t-terus..hiks..Xan- hiks..Xander..hiks..Leo..s-sama..hiks..Jerome..huhuuuu Queen aku takut..hiks.."

Otak Queenze masih mencerna apa yang Damian katakan "Apa yang mereja lakukan?" tanya Queenze lembut.

Damian menceritakan semuanya, semua yang dia tau tentang kegilaan mereka saat menyiksa Damian. Queenze sudah mengepalkan kedua tangannya menahan emosi.

Gila, mereka benar-benar gila!

"Kenapa mereka lakuin itu?" tanya Queenze. Damian diam dan tak mengatakannya, Queenze geram karena Damian tak menjawab.

Dia melepaskan pelukan Damian dan mencengkram bahunya kuat "Katakan Damian! Katakan!!" marahnya. Damian meringis merasakan perih di bahunya.

Matanya kembali berkaca-kaca, tapi dia berusaha untuk tidak menangis. Damian tetap diam, dia bahkan menggigit bibir bawahnya agar suara dan isakannya tak keluar.

Membuat Queenze semakin marah.

"DAMIAN!!"

"Hiks..huuuuu..hiks..huhuuuuuu....
hiks.."

Hanya isakan yang menjadi jawaban atas pertanyaan Queenze. Queen tak bisa tinggal diam, dia melepas cengkramannya pada bahu Damian kemudian turun.

Membuat Damian panik dan berusaha menggapai Queenze di kegelapannya.

"Hiks..QUEEN!!..hiks..Queen jangan tinggalin Dami..hiks..Queen!!" histeris Damian seraya berusaha menggapai udara kosong. Damian turun dari kasurnya dengan tergesa.

Queenze tak dengar, dia terus berjalan sampai pintu dan hendak keluar. "Keterlaluan!" Queenze rasa mereka keterlaluan sekarang. Kenapa harus sampai seperti ini!?.

"Hiks..Queen-"

Duk.

Brugh!

Prang!

"Aduh....hiks.....Queen....sakit....hiks....QUEEN!....hiks...kamu dimana....hiks.....kamu ninggalin aku..hiks..huaaaaaaaaaaaa...hiks..huhuuuuu..sakit..hiks..Queen!!"

Tangan Queenze menggantung di knop pintu, dia hendak berbalik tapi sesuatu menahannya. "Maaf Dami" bisiknya kemudian membuka pintu.

Bertepatan dengan Deeva yang hendak membuka pintu "Loh? Queen-"

"Urus Damian, saya ada kepentingan sebentar." pesan Queenze singkat kemudian berjalan cepat menuju ruangannya.

Deeva masuk, panik melandanya saat melihat Damian merangkak sembari menggapai udara kosong, dibibirnya Terus berkata Queenze, Queenze dan Queenze.

"Damian!" Deeva mendekat dan hendak membantu, tapi Damian langsung menepisnya kuat. Dia tak sudi di sentuh wanita itu.

"JANGAN MENYENTUHKU!!..hiks..DIMANA QUEENZE DIMANA!?..hiks..dia janji..hiks...gak bakal..ninggalin aku.."

Tak ada cara lain, akhirnya Deeva memanggil Dokter untuk menangani Damian.

****

Malam hari.

Queenze berdiri tanpa suara di sebelah ranjang Damian, dia mendengarkan semua yang Damian bisikan di balik selimutnya.

Tangan Queenze hendak mengelus kepala Damian, tapi tertahan.

"Hiks..Queen..hiks..kamu..hiks..kamu Queen..hiks..ini semua karena kamu..hiks..semua karena kamu..hiks..huhuuuu"

Queenze menitihkan air mata, dia mendekatkan diri ke telinga Damian dan berbisik lirih. "Maafin aku.."

Malam itu, menjadi malam terakhir Damian di kegelapan hidupnya.







































Tbc.

Hiks..

My Childish Childhood [COMPLETE]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang