CHAPTER 14

3.7K 335 36
                                    

Jangan terlalu cepat menyimpulkan oke.

Author Pov.

Queenze berlari di sepanjang koridor Rumah Sakit, tadi dia ditelepon Haniel kalau Damian saat ini masuk rumah sakit. Wajah Queenze memerah dan matanya sembab.

Yah...karena fakta menyakitkan yang sudah Queenze dapatkan dari Lelaki menyebalkan itu. Hati Queenze sakit, walau sekuat tenaga dia menampik fakta tersebut.

Tapi...tetap tidak mengubah fakta yang ada. Mata Queenze terbelalak saat melihat Hanara sedang menampar Deeva.

"Mama!!" seru Queenze khawatir, semua orang menoleh mendengar seruan itu, Deeva sudah terduduk sembari memegang pipinya yang bengkak dan memerah.

Dia menatap pilu Putrinya itu "Queen-" ucapannya menggantung, bukan karena bibirnya sakit. Tapi hatinya sakit.

Bagaimana tidak, Putrinya tadi menyerukan kata Mama, tapi bukan dirinya yang di datangi, melainkan.

"Mama, mama kok nangis. Tenang ma, Qila ada disini untung mama" ujarnya khawatir sembari menangkup wajah basah Hanara.

Wanita itu kembali menangis, dia memeluk Queenze dengan erat dan menangis "Hiks..Qila..hiks..sakit sekali Qil...hiks..sakit.." lirih Hanara pilu.

"Mama, tenang aja. Kita bakalan pergi jauh dari mereka semua" bisik Queenze dingin. Walau Hanara bukan Mamanya yang asli, dia hanya ingin memanasi Deeva dengan sebutan ini.

Dia masih sakit hati. "Queen-"

"JANGAN PANGGIL GUE QUEENZE!!..Queenze udah mati!"

Tatapan Queenze nyalang, dia benar-benar emosi sekaligus kecewa pada orang yang disebut keluarga itu. "Kakak, tenang kak" ucap Gerald gemetar.

Queenze melirik ke arah Gerald yang sudah berkaca-kaca, tangan Queenze terjulur untuk menyentuh Gerald yang ada di belakangnya. "Maafin kakak Ge, maaf" lirih Queenze.

Gava merasakan 2 hal sekaligus, bahagia dan kecewa. Dia tidak tau apa yang harus dia pilih "Sayang...tenanglah.." bisik Gava sembari mengelus punggung Queenze.

Queenze melepas pelukan Hanara dan menoleh, dia memeluk Gava dengan sangat erat. "Abang..iya..bener Gava memang abang aku.." bisik Queenze senang.

Gava yang sadar bahwa adiknya ini sadar dengan hubungan asli mereka, kini mengecup pucuk kepala Queenze "Iya sayang, Gava memang abang kamu" bisiknya.

Diga mendekat dan ikut memeluk keduanya, disusul Gerald "Kita akan pergi, yang jauh dari dunia tipu-tipu ini" lirih Diga.

Mereka hanyalah manusia bodoh yang tak sadar dengan keganjilan disekitar mereka. Gaskar mendekati ke empatnya lantas berujar.

"Tenang saja, Papa ikut" ujarnya dingin. Harga dirinya terluka setelah kebenaran pahit yang selama ini terjadi.

"Tapi,"

"Hey, tak ada tapi-tapian"

Mereka mengangguk, Hanara mendekat dan menggenggam erat ujung kemeja Gaskar. Membuat pria itu menoleh, dan mengelus kepala Hanara "Gaskar..hiks..gue harus apa Gas.." lirih Hanara.

Gaskar tak tega, dia tak peduli dengan Deeva dan Daniel yang ada disana, Gaskar segera memeluk tubuh Hanara erat "Tenang aja, lo bisa ikut sama gue. Setelah lo cerai sama suami lo dan gue cerai sama istri gue" lirih Gaskar.

Bohong jika Hanara dan Gaskar tak mencintai pasangan mereka. Hanya saja ini sudah keterlaluan "Gaskar.." lirih Deeva parau.

Hatinya sakit melihat suami yang dia cinta memeluk wanita lain "Jangan sebut nama gue dengan bibir hina lo itu" dingin. Gaskar sangat dingin.

"Hanara, kamu..hiks..kamu serius Han..hiks..KAMU MAU NINGGALIN AKU!?..hiks..k-kamu..hiks..aku cinta sama kamu Han..hiks..aku gak bisa hidup tanpa kamu" Daniel memelas.

Dia tak bisa hidup tanpa Hanara disisinya, dia tak bisa.

Selagi para orang tua tengah menyelesaikan urusan mereka, Queenze melangkah masuk ke ruangan Damian.

Dia menatap sendu Damian yang duduk dengan kedua kaki yang ditekuk. Damian memeluk lututnya erat dan meredam wajahnya disana.

"Hiks..."

Queenze sedih, isakan Damian menyakiti hatinya "Dami, sayangnya aku" ucap Queenze lembut.

Damian tersentak lalu mendongak, wajahnya kacau, air mata, mata sembab, hingus meler, hidung memerah. Pipi yang merah

"Hiks..Queen.." lirihnya.

Queenze segera memeluk Damian erat "Aku..hiks..aku cinta sama kamu Queen..hiks..jangan tinggalin aku..hiks..kumohon.." isak Damian.

Dia mencengkram kuat kemeja Queenze, dia tak mau seperti ini, dia tak terima jika dia dan Queenze memiliki hubungan darah. Dia cinta, amat sangat mencintai Queenze.

Senyum kecut Queenze berikan "Tapi Damian, kita ini saudara satu Mama. Kita..hiks..kita gak mungkin bisa sama-sama" lirih Queenze.

Damian menggeleng ribut, air matanya semakin deras "AKU GAK PEDULI..hiks..HUAAAAAAAAA AKU GAK PEDULI QUEEN!! AKU CINTA SAMA KAMU..hiks..HUAAAAAA AKU GAMAU PISAH DARI KAMU!! GAMAU!!"

Queenze juga tak mau, tapi dia tak ada pilihan lain. Mereka bersaudara, tak mungkin mereka bisa menjalin kasih jika mereka satu darah. Queenze menangkup wajah Damian.

Tatapan matanya sendu dan menyedihkan, dia menyentuhkan dahinya ke dahi Damian "Jangan nangis, adiknya kakak" lirih Queenze.

Damian menggeleng keras "HUAAAAAA GAMAUUUU!! AKU BUKAN ADIK KAMU!!..hiks..AKU GAMAU!!" histerisnya kacau.

Queenze kasihan, dengan cepat dia menangkup pipi Damian dan.

Chuuup.

Mencium bibirnya lama, dan menghisapnya pelan. Damian terbelalak, tapi entah kenapa kepalanya pusing.

Setelah ciuman mereka terlepas, pandangan Damian mulai kabur.

"Dami, aku mencintaimu. Adikku" bisik Queenze di telinga Damian sebelum akhirnya dia jatuh ke kegelapan dan tertidur kembali.

Queenze tersenyum lembut, dia harus segera pergi. Pergi jauh dari kehidupan lelaki yang sangat dia cintai ini.






























Tbc.

Kalem, nikmatin aja. Ada kesalahan teknis😭

My Childish Childhood [COMPLETE]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang