CHAPTER 22

3.3K 268 26
                                    

Jadi aku namatin ini dulu, tamatnya besok kok. Baru aku sambung ke yang lain. Btw bakalan ada 2 cerita yang aku Discontinued :) alias bakalan aku stop pengerjaannya.

Author Pov.

Suasana kantin ramai seperti biasanya, dis sudut meja terdapat beberapa murid tengah menikmati makan siang mereka.

"Jadi, sebenarnya kalian pacaran ya?" ini adalah pertanyaan satu sekolah, dan Adelia menjadi perwakilan mereka semua untuk pertanyaan itu.

Queenze yang tadinya tengah menyuapi Damian kini berhenti, dia tersenyum kalem dan menjawab.

"Enggak/iya" jawab keduanya serentak, tapi jawabannya berbeda. Damian menoleh dengan tatapan terlukanya.

Bibirnya melengkung ke bawah disertai mata yang sudah berkaca-kaca. Dia menunduk dan meremat kedua tangannya.

Adelia menaikan sebelah alisnya "Mana yang bener?" tanyanya. Mereka butuh kejelasan btw, Damian terkenal playboy selama 2 bulan belakangan ini.

Dan mereka akan mendepak Damian dari list pacar idamab untuk Queenze jika Damian masih berulah.

Damian kembali mendongak dan menatap sedih Queenze, dia meremat ujung rok gadisnya "Queeeeeeen" rengeknya manja.

Tak tahan, Queenze menyubit pipi gembul Damian yang kenyal "Haha, kami cuma teman." jawabnya santai tanpa rasa bersalah.

Membuat Damian semakin melengkungkan bibirnya, air mata sudah meleleh dari matanya. "Hiks..Queeeen-"

"Teman hidup sampai mati" ternyata masih ada sambungannya. Damian terdiam, jantungnya berdegup cepat dan tekanan darah mulai naik ke wajahnya.

Sampai membuat wajahnya memerah dan deru napasnya tak terkendali. Suasana kantin hening, masih sphechlees dengar jawaban seperti itu dari bibir mungil Queenze.

Bruk!

Mereka semua menoleh, Damian sudah tergeletak lemas di lantai karena mendapat euphoria yang besar.

Gecko berdiri dan mendekati Damian, segera dia memegang bahu Damian dan mengguncangkan kuat "Gaskar jangan pingsan!!" serunya.

"Hish! Awas! Gue gak pingsan" Damian menjauhkan tangan Gecko dan kembali duduk di sebelah Queenze.

"Avv, sayang Queen banyak-banyak" ucapnya manja sembari mendusel ria di leher Queenze.

"Sayang kamu juga" balasnya, dan seisi kantin mendapatkan serangan penuh dengan damage yang gak ngotak. Sebagian dari mereka bahkan hendak membanting ponsel mereka sendiri.

Mereka uwuphobia alias jomblo.

"Jadi, intinya kalian pacaran?" tanya Adelia lagi.

Queenze menggeleng "Enggak tuh" jawabnya. Damian melepas pelukannya dan merengut.

"Queen-"

"Dia calon tunangan aku, tapi dia bukan pacar aku. Jelas?"

Bruk!

"GASKAR JANGAN PING-"

"EH PINGSAN BERJAMA'AH!!"

Terkadang, Queenze jika menggonbal damagenya sampai batas ke warasan ya saudara:).

****

Pukul 8 malam.

Damian tiduran di sofa lebar dengan bibir yang masih menyedot puting Queenze. Queenze sendiri hanya mengelus rambut Damian, mencium dahi Damian, mata, dan hidungnya.

Benar-benar momen yang membahagiakan bagi Damian.

Apa kalian tak penasaran kenapa pacar Damian tak pernah melabrak Queenze? Alasannya karena.

"Oh, jadi lo yang mau coba bully Queenze?" tanya Jerome santai, dia mengapit wajah gadis yang sudah memerah basah dengan air liur di bibirnya.

Jerome tak membullynya, tapi Jerome melecehkannya. "A-ampun.." lirih si gadis.

Jerome menaikan kembali celananya dan menatap remeh gadis tadi "Lo beruntung masih gue yang turun tangan. Sempet Leo, Xander dan 1 orang lagi yang tau, mungkin lo bakalan mati" bisiknya dingin.

Sebelum akhirnya pergi dari gudang sekolah.

Yah, Jerome yang membersihkan habis gadis pembully yang menargetkan Queenze hanya karena perubahan Damian.

"Damian, aku ngantuk. Kalau ada tamu kamu bukain aja, tapi jangan lupa kancingin baju aku" bisik Queenze pelan. Dia rasanya sangat mengantuk dan ingin tidur.

"Hohey" jawab Damian sambil tersenyum manis, mata bulat sabitnya terlihat manis sekali.

Beberapa menit kemudian, dengkuran halus terdengar. Queenze sudah tertidur lelap, masuk ke alam mimpinya.

Damian juga hendak menyusul Queenze ke alam mimpi, tapi.

Ning. Nong.

Bel apartemen berbunyi, Damian berdecak sebal. Dia melepas emutannya pada puting Queenze lalu memasangkan kembali bra Queenze.

Lalu mengancingkan kemeja birunya.

Sebelum beranjang Damian menepuk dan mendusel duduk di dada Queenze, lalu bangkit dan berjalan malas menuju pintu.

Dia melihat dari CCTV siapa tamu yang datang, ternyata seorang pria berusia...kisaran 21 tahunan. Berdiri di depan pintu dengan beberapa totebag di tangannya.

"Siapa?" gumam Damian heran.

Apa dari Lazido?

Malas berpikir, Damian akhirnya membuka pintu dan melihat langsung pria itu. Tinggi, bahkan Damian harus sedikit mendongak.

"Eum, siapa ya?" tanya Damian tenang.

Pria itu malah memandangnya remeh "Oh, ini yang namanya Damian. Gak ada apa-apanya. Hanya bocah ingusan, hey nak,"

"Aku bukan anakmu"

"Haha, dengar ini" pria itu mencengkram kaus Damian dan menatapnya sangat tajam.

"Queenze adalah milikku. Hanya aku yany boleh memilikinya" Damian rasanya mau tertawa mendengarnya, Damian ini sudah melihat tubuh telanjang Queenze.

Bahkan semasa kecil sampai usia 12 tahun mereka masih mandi bareng.

"Hey Pak Tua, Queen tak suka pada akik-akik. Dia suka yang lebih muda daripada yang lebih tua" sarkas Damian.

Pria itu menggeram kesal, dia mendorong tubuh Damian dan melempar masuk totebag tadi "Aku akan kembali disaat kau tak ada di apartemen ini. Dan aku," Pria tadi mendekat.

"Akan merenggut Queenze darimu, baik tubuhnya, maupun nyawanya" bisik Pria tersebut di telinga Damian.

Setelah mengatakannya, dia berlalu pergi dengan senyum puas tersungging di wajahnya. Damian mendecih sinis.

"Apaan sih, uda bau tanah- eh enggak ding. Uda ah, mau lanjut lagi"

Damian tak mempermasalahkan ucapan Pria tadi, dia segera menutup pintu dan kembali mendekati Queenze.

Hendak melanjutkan apa yang terhenti tadi.



































Tbc.












My Childish Childhood [COMPLETE]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang