CHAPTER UJUNG

6.9K 401 95
                                    

Mungkin, memang benar adanya. Jika di setiap persimpangan pertemuan, kita akan melangkah bersama. Namun saat kita tiba di persimpangan perpisahan, hanya kenangan saja yang tersisa.

Setelah Damian kembali dari kamar Jenazah, dan sejak 3 hari kematian Queenze. Damian bagai boneka hidup.

Kematian memang menyakitkan, tapi itu adalah hal benar. Kita hanya tengah menunggu antrian kapan di jemput olehnya.

Damian melangkah lunglai menuju rooftop Rumah Sakit. Rasanya dia ingin berteriak kencang sampai tenggorokannya sakit.

Bisakah Damian menyebut dirinya kuat, karena ketika mendengar kabar kematian Queenze. Gava, Xander, Nadan dan Leo bunuh diri di dalam sel tahanan mereka.

Damian duduk di pinggiran Rooftop, dia benar-benar hilang akal. Damian menutup kedua matanya, setiap kali dia memandang cermin, hanya ada Queenze yang terbayang di matanya.

Bahunya bergetar kembali, tetesan air mata kembali jatuh. "Hiks....sakit sekali...hiks..kenapa...hiks....kamu gak bakal...kembali...hiks..kamu..hiks..kamu tega Queen..hiks" Damian tak pernah tegar.

Isakan semakin terdengar, Damian hancur. Dia benar-benar hancur, Damian tak masalah harus hidup dalam kegelapan selamanya.

Asal cahaya hidupnya tak pergi meninggalkannya sendirian. "Queen...hiks...a-aku...hiks....aku hancur Queen...hiks...aku gak sanggup Queen...." kedua tangan Damian terkepal.

Dia berusaha menahan sakit yang teramat sangat di dadanya, sesak, sakit, perih menyatu menjadi satu.

Damian merogoh kantung celananya, ada surat yang tak pernah Damian berani untuk dibaca. Surat pemberian Queenze sebelum dia dioperasi.

Dia masih menimbang, apakah dia harus membacanya? Tapi...hatinya tak sanggup. "Sial...hiks...ini lebih sakit daripada dulu...hiks.." umpatnya kesal.

Perlahan Damian membuka amplop surat tersebut, ternyata bukan hanya ada surat. Ada 3 polaroid, polaroid yang Queenze dapat saat menjadi stalker Damian.

Foto berisikan Queenze yang tengah mencium pipi Damian ketika Damian tidur. Damian tak tau kapan itu diambil, dadanya semakin sesak.

"Hiks..." bahkan dia sampai tak tau harus mengatakan apa. Hanya isakan saja yang menjadi iringan kesendiriannya.

Dan ada gelang couple yang berlumuran darah, itu...gelang yang mereka beli saat hari naas itu terjadi. Damian meremat gelang tersebut dan kembali menangis.

"Aaa...hiks....ARGHHHHHH!!...hiks.....HUAAAAAAAAAAAAAAAA.....hiks...huhuuuuuuu...hiks..." Damian meraung semakin kuat, dia tak kuat seperti yang orang bayangkan.

Damian memang tak menangis saat pemakaman Queenze, tapi dia seperti orang gila saat kembali. Bukan kembali ke rumah, melainkan ke Apartemen milik Queenze.

Disitulah Damian merasa sendiri, tak ada lagi Queenze yang selalu bersamanya. Tak ada lagi Queenze yang selalu memanjakannya.

Tak ada lagi Queenze yang baik hati, Queenze yang sudah menjadi inti hidupnya sejak mereka kecil, dan setelah mereka dewasa.

Kematian menjadi hal yang memisahkan mereka. Damian terus menangis, namun tangannya bergerak perlahan untuk mengambil suratnya.

Dengan keberanian penuh, Damian membacanya.

Jakarta 4 Februari 2021

Untuk Damian, calon Imamku💕.

Assalamualaikum Dami. Hehe, disini nampak alim ya, padahal bejatnya gak nanggung. Hehehe.

Damian, kamu tau kan, kalau aku itu sayang pake banget sama kamu. Pokoknya rasa sayangku itu paket complit ke kamu.

Jangan nangis lagi, kamu bilang capek kan nangis? Nah yaudah sekarang pacar aku jangan nangis lagi yah. Oh ya ternyata sebelum aku nge hukum mereka, Papa Daniel uda duluan lakuin.

Dia jeblosin semua ke penjara, tak terkecuali anaknya sendiri. Aku lega, tapi aku sedih.

Maafin aku yang udah jadi penyebab ini semua terjadi. Wajar kan kalau aku yang pergi dan bukan kamu, aku juga gak masalah sama mata. Itu lebih penting, kamu lebih penting.

Kamu itu segalanya untuk aku Damian, kamu adalah duniaku. Jadi, daripada duniaku yang pergi ninggalin aku. Akan lebih baik jika akulah yang pergi ninggalin dia.

Gamau terlalu panjang. Makasih untuk kenangannya selama belasan tahun ini Damian. Aku bahagia, karena aku memiliki dunia manis sepertimu.

Berawal dari anak kecil yang ngompol di depan rumah aku, sampai saat ini.

Damian, Aku mencintaimu. Selalu dan selamanya💕. Terima kasih untuk semuanya Dami, aku harap kamu bisa bahagia.

Tertanda.

Queenze Praqila, calon makmummu.

Tes..tes..

Air kembali membasahi, air mata Damian membasahi surat yang sedang dia baca. "Bawa...hiks..aku Queen...hiks..kumohon bawa aku...hiks..aku gak sanggup.." isaknya pilu.

Kenapa...kenapa harus jadi seperti ini akhirnya. Damian tak sanggup, dia bangkit dari duduknya sejenak. Matanya memandang kosong ke depan.

"Enggak Queen...hiks..aku gabakalan sanggup...hiks...hidup..hiks..tanpa kamu...hiks...karena kamu..hiks....adalah duniaku"

Tepat setelahnya, Damian menjatuhkan tubuhnya dari lantai 15 rumah sakit. Tubuhnya terjun dengan bebasnya, Damian merasa bebas.

Sebelum tubuhnya hancur menghantam tanah, Damian bergumam. "Aku mencintaimu.."

Brugh!

Crass!!

Darah membasahi area tempat Damian jatuh. Matanya memandang kosong pada langit diatasnya, air mata jatuh dari sudut matanya.

Damian senang, walau pengorbanan Queenze sia-sia. Dia berharap bisa bertemu dengan Queenze lagi, hidup bersama selamanya.




































































































Beneran selesai hehehe.



My Childish Childhood [COMPLETE]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang