CHAPTER 9

5K 518 92
                                    

Kemarin ada yang nanyak soal Leo.

Author Pov.

Damian dan Xander berdiri menghormat di depan tiang bendera, di tengah lapangan, panas-panasan, dan ditonton banyak orang.

Ini hukuman yang Queenze berikan karena mereka sudah berani berkelahi sampai wajah mereka memar dengan sudut bibir yang robek.

Queenze tak mengobati mereka, biar saja biar jera. "Queen, panas ih." Damian tak tahan panas, kulitnya sensitif dan sebentar saja sudah memerah.

Susah ya jadi orang putih, kena matahari aja kulitnya merah "Makannya, jangan berantem" ujar Queenze tak acuh. Dia meminum jus apelnya dengan tenang dan duduk mengawasi keduanya.

"Queen, Xander pusing.." melas Xander. Queenze menggeleng "Laki-laki harus kuat" ujar Queenze.

Queenze sedang sadis-sadisnya, pasalnya dia PMS jadi singanya langsung keluar. Queenze yang biasanya tenang, ramah dan lembut, kini berubah menjadi sinis, ketus dan galak.

Banyak yang tertawa tapi ada juga yang kasihan. Damian menyeka keringat di dahinya, dia lelah, lapar, wajahnya sakit. Lengkap sudah penderitaannya.

"Queen jahat" rajuk Damian. "Iya aku emang jahat" balas Queenze.

Damian kesal, dia menghentakan kakinya ke tanah lapangan. Kenapa Queenze harus datang bulan sekarang sih.

Xander berhenti berhormat, dia menutup wajahnya dan menyeka sesuatu. Queenze menaikan sebelah alisnya melihat Xander yang berhenti berhormat.

"Xander, kenapa berhenti?" tanya Queenze datar. Xander masih menutup wajahnya, sesekali terlihat bahunya naik dan turun.

Oh. Dia nangis. Perasaan kemarin ada yang bilang jadi dewasa, tapi sekarang siapa yang jadi bocah.

"Queen..hiks..Xander pusing..hiks..maafin Xander udah nakal..hiks.." isaknya. Dia menutup wajahnya karena malu nenangis di tengah lapangan ini.

Damian melirik aneh Xander, kok jadi ni bule kesasar yang cengeng. Perasaan predikat cengeng itu ada pada Damian. Dia menggaruk kepala belakangnya.

Kupluk panda masih terpasang di kepalanya, tak ada yang berani mengambil atau menyita benda itu selain Queenze. Jika berani, bogem mentah akan melayang ke wajahnya.

"Baik, hukuman selesai. Jam pelajaran sudah selesai, sekarang kalian boleh pulang-"

"Bareng Queen/bareng kamu!"

Queenze menggeleng pelan "Aku ada rapat dengan Kepsek, kalian duluan aja. Jangan lupa obati wajah kalian" ujarnya sebelum pergi dari pinggir lapangan.

Damian merengut, dia menghentakan kakinya dan berlari menyusul Queenze, tapi tidak dengan Xander. Dia berjongkok kemudian mengambil sapu tangan dari saku seragamnya.

Segera dia menyeka darah yang keluar dari sudut matanya. Perih, dan Xander benci itu.

*****
"

Queeeeeeen" Damian berlari cepat menyusul Queenze. Setelah sampai dia langsung memeluk Queenze dari belakang.

Mendusel-dusel manja di ceruk leher Queenze, walau sesekali meringis karena luka di wajahnya.

"Kenapa Dami?" tanya Queenze.

Damian memeluk Queenze dengan erat dan mendusel ria "Kangeeeeeen Queen, kamu mah makin jarang sama aku sekarang, sibuk di Osis muluuuuu" rengeknya.

"Rumah kita sebelahan loh Dami, setiap malam kamu selalu lompat ke kamar aku"

Damian merengut kesal "Tinggal jawab 'Aku kangen kamu juga' apa susahnya sih" gerutu Damian.

Memang ekspetasi tak sesuai dengan realita. Sad. "Aku kangen kamu juga Dami" ucap Queenze sembari mengelus punggung Damian.

Damian nyaman sekali "Nanti pulang sendiri ya, Dami mau tawuran bareng Gecko sama Petra dan-"

"Gak boleh" yakali Queen izinin dia tawuran, muka uda bonyok itu masih mau di tambahin lagi bonyoknya.

"Oke, maaf"

Begitulah Damian, begitu menurut pada Queenze. Apapun yang Queenze katakan, akan dia lakukan.

"Pulang nanti, kita kencan?, tapi jangan bilang Xander dan yang lainnya" tawar Queenze. Damian melepas pelukannya dan berbinar cerah.

"Seriusan!?" tanyanya semangat.

"Serius Damian"

"YEAAAAAAAAY"

Queenze tersenyum hangat, dia bahagia jika Damian senang. "Aku sayang banget sama kamuuuuu" senyum manis Damian, kembali membentuk mata bulan sabit indahnya.

"Aku juga sayang sama Leo"

"QUEEN!!"

"Kenapa?"

Mata Damian berkaca-kaca "Aku aduin mama nih.." gerutunya sebal.

"Iya maaf, aku sayang Damcil juga"

"Ehehehe"

Mereka tak sadar, kalau banyak yang memandang adegan uwu mereka.

"Aku ada denger tadi deh, katanya dia sayang sama aku. Wih, aku sayang kamu juga Queen"

Keduanya tersentak, sudah lama Queenze tak mendengar suara itu. Sejak 3 minggu di skors karena hampir membunuh kakak kelas yang berani menggoda Queenze.

Remaja tampan yang terkenal badboy dan sadis. Dia berani menghajar siapa saja, baik perempuan atau laki-laki sekalipun. "Ey, kamu gak sayang aku juga Queen?" tanya remaja imut dari balik punggung remaja tadi.

Remaja yang ikutan di skors karena hampir mematahkan leher adik kelas karena berani memberikan coklat pada Queenze.

Alis Damian menukik tajam, musuh bebuyutannya masih hidup ternyata.

"Leo, Jerome. Kalian udah selesai di skors?"

Leo Batriesia, Jerome Aditama. 2 remaja tampan dengan sisi gelap yang selalu siap melindungi Queenze dari bahaya atau gangguan manapun.

Mereka, begitu terobsesi untuk melindungi Queenze. Tak masalah mereka tak memiliki Queenze, asalkan.

Keselamatan gadis yang sangat mereka cinta dari kecil itu, selalu terkendali dan aman dari bahaya apapun.

"I am back baby, do you miss me?"

Dan perjalanan mereka, baru dimulai sekarang. 2 orang dengan sifat kekanan dan 2 orang dengan sifat kegilaan. Berada di sebelah Queenze, untuk melengkapi hidup dan juga.

Memberi tantangan baru.













































Tbc.

Yok, 70 vote, 60 komen. Aku tunggu.



























My Childish Childhood [COMPLETE]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang