CHAPTER 2

9.5K 661 42
                                    

Memang Queenze pergi duluan, tapi dia tetap menunggu Damian di pagar sekolah. Tak mungkin dia membiarkan Damian kesayangannya sendirian.

"Qila, lo uda ditungguin Kepsek. Katanya buat kasih kata sambutan" ucap Adelia, teman dekat Queenze.

Bel masuk sudah berdering 5 menit yang lalu, tapi Ketos cantik ini tak kunjung berkumpul dengan anggota Osis lainnya.

"Bentar Del, aku nunggu seseorang"

"Siapa?" perasaan teman cantiknya ini gak pernah ada rumor kedekatan dengan cowok manapun. Berita hedon nih kalau sampai bener cowok yang Queenze tunggu.

"Nanti juga kamu tau" gumam Queenze.

Murid-murid MOS sudah berkumpul, dengan atribut mereka masing-masing. Tak lama sebuah mobil berhenti tepat di jalan raya depan pagar.

Pintu mobil Alphard putih itu terbuka, dan Damian turun dari dalamnya. Wajahnya berbedak, dia harum anak bayi, lalu ada karton biru yang menggantung di dadanya.

"Queen~" ucapnya bahagia, dia segera mendekati Queenze dan memeluknya.

Adelia sampai terpelongo "Uda disiapin semua kan?" tanya Queenze. Damian mengangguk semangat "Uda kok"

Queenze mengelus poni Damian, tangannya dibawa ke kupluk Damian, lalu mengambilnya "Kok diambil?"

"Daripada di sita Komite Kedisiplinan, mending aku yang sita"

Damian merengut, tapi dia menurut saja "Sekarang masuk ke barisan, nanti jangan nakal ya. Jangan ngelawan kakak pembina, jangan makan di kelas. Istirahat nanti chat aku kamu kelasnya dimana" petuah Queenze.

Damian mengangguk patuh, dia mengecup pipi Queenze sekilas kemudian berlari masuk ke barisan.

Ajaibnya, tak ada yang berani memarahi remaja tampan itu karena terlambat. "Siapa lo Qila?" Adelia benar-benar kepo.

"Mau tau aja, btw kamu jadian sama Adimas kenapa gak ngasih tau aku"

Adelia merona "Hehe, baru juga jadiannya semalam"

Dasar.

****

Queenze melangkah dengan tenang di koridor sekolah, dia mendapat jadwal menjadi kakak pembina di kelas IPS 2. Berdua bersama Gerald Sekretaris osisnya, sekaligus adik angkatnya.

"Kelasnya dimana sih?" gerutu Gerald.

"Diujung lorong kelas 10"

"Kelas terbuang ya?"

"Enggak"

"Tapi kok diujung"

"Karena mereka IPS"

Gerald mengangguk paham, IPS memang memang harus ditempatkan di tempat yang jauh daru ruang guru, kelas IPA dan ruang Kepsek.

Tentu saja agar tak terjadi keributan antar pihak "Mereka nakal gak ya" gumam Gerald.

"Enggak tau"

Gerald melirik Queenze, sebagai adik tiri yang hanya berbeda 1 bulan dari Queenze, Gerald senang. Karena bisa menjadi partner kakak angkatnya, hanya mereka berdua.

Bersyukur Gerald di ambil dari PanSu dan dijadikan adik Queenze. Dia bebas menyukai kakaknya tanpa terhalang darah.

Bukan seperti Gava, ckck. Kasihan.

Mereka sampai di depan kelas, langsung saja mereka masuk tanpa menunggu lama. Kelas sangat hening, mungkin karena hari pertama kali ya.

"Selamat pagi semua" sapa Queenze tenang. Dia mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan, dan dia menemukan Damian ada di ujung kelas.

Dekat jendela, Damian tersenyum cerah disertai tatapan berbinarnya.

"Pagi Kaaaaaaak"

"Selama 3 hari ke depan, kakak bakalan jadi pembina kalian. Kenalin nama Kakak-"

"QUEENZE PRAQILA"

Semua terdiam, mereka menoleh bersamaan ke arah Damian yang hanya cengar-cengir tak jelas "Iya benar, nama kakak Queenze Praqila" ujar Queenze disertai senyum lembutnya.

Semua terpuka, bahkan Gerald sekalipun. Baru kali ini dia melihat senyum lembut Queenze "Kakak cantik, bagi nomer WA dong" genit salah seorang siswa.

Damian nampak tak suka "Enak aja" ketusnya sebal.

Siswa tadi mendelik "Kok lo yang sewot, dasar anak mami!" ketus siswa itu.

"Gue bukan anak mami!" balas Damian emosi. Dia hampir berdiri jika bukan karena ucapan Queenze.

"Tenanglah kalian. Sekarang kita akan masuk ke Materi sederhana bagaimana cara menurunkan akar 10 menjadi akar 2"

"Yahh kak, main-main dulu gitu. Masa langsung belajar" keluh seorang siswi.

Dan disahut temannya yang lain, Queenze melirik ke arah Gerald "Gimana Rald?" tanya Queenze.

Gerald mengedik "Terserah kakak aja" jawabnya.

Queenze mengangguk "Oke, kita main tebak-tebakan aja ya semua."

Dan ucapannya disambut sorakan penuh kebahagiaan, tapi tidak untuk Damian. Dia merengut sebal, karena sorot mata siswa yang ada di sebelah Queenze.

Jelas sekali menyorotkan rasa suka, dan nampaknya saingan Damian bertambah semakin banyak.























Tbc..

My Childish Childhood [COMPLETE]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang