CHAPTER 24

3K 265 29
                                    

Mungkin di Chapter 30 ini End.

Author Pov.

Damian benar-benar menjaga Queenze, dan seperti apa yang Queenze katakan tadi. Kini mereka dalam perjalanan menuju Gramedia.

Keduanya memilih naik motor scoopy milik Damian. Warnanya pink, ada stiker hello kittynya, tanya saja sama Queenze kenapa bisa kayak gitu.

Queenze memeluk erat pinggang Damian, dan bersandar di bahunya yang lumayan lebar. Tangan kiri Damian mengelus tangan Queenze yang melingkar di perutnya.

Damian tak pakai helm, dia tak mau kupluk berharganya penyet gara-gara helm.

"Queen" panggil Damian lumayan kuat. Queenze memajukan sedikit wajahnya sampai ke telinga Damian.

"Iya?"

"I love you"

Blush..

Pipi Queenze merona sedikit, dia bahagia walau hanya dengan 3 kata seperti itu. Queenze mengeratkan pelukannya "I love you too" balas Queenze.

"Ucapkan lebih keras, teriakan pada dunia kalau kamu cinta sama aku" ujar Damian lagi.

Queenze tersenyum lembut, dia mendekati telinga Damian dan berbisik "I love you Damian" dapat dilihat telinga Damian memerah.

Kedua pipi Damian terasa panas dan dia sedikit gerah walau angin terus menerpanya "Kenapa kamu bisikin ke aku?" tanya Damian malu.

Queenze kembali bersandar, dia amat sangat mencintai Damian. Walau mungkin dia dan Damian tak lagi bisa bersama, tak masalah.

"Karena kamu, adalah dunia aku Damian" bisik Queenze, yang sama sekali tak Damian dengar. Biarlah hanya Queenze, Tuhan, malaikat pencatat amal baik dan buruk yang tau.

Karena kalau Damian tau, dia bisa gila saking bahagianya. Terlalu larut dalam kebahagiaan, mereka sampai tak sadar jika kini ada mobil yang terus mengikuti mereka.

****

Setelah sampai dan memarkirkan motor, kini mereka masuk ke dalam Gramedia dengan tangan yang tak lupa saling bertautan.

"Mohon di titipkan dulu Tasnya kak"

Mereka menurut, melepas Tas dan menitipkannya pada pegawai disana. Baru setelahnya mereka kembali berjalan.

"Kamu mau beli apa emangnya?" tanya Damian sembari melepas tautan tangan mereka dan beralih ke bahu Queenze.

Dia merangkul bahu Queenze, memberikan tanda jika gadis ini adalah miliknya. Milik Damian Gaskaris seorang.

Keduanya menikmati waktu bersama, bercanda, tertawa dan saling menunjukan rasa sayang yang nyata.

"Kamu mah, masa baca cerita ini." protes Damian saat melihat buku yang Queenze pegang, judulnya.

My Mafia, My Husband.

"Lah, emang kenapa?"

Damian mengambil buku itu dan meletakannya kembali ke rak "Gaboleh, cukup My Damian My Husband. Gak boleh yang lain" titah Damian mutlak.

Dia merangkul pinggang Queenze dan membawanya pergi. "Tunggu, aku mau beli sesuatu. Kamu disini aja" tanpa menunggu jawaban, Queenze berlari pelan.

Dia menuju ke sebuah rak, yang berisikan kalung, gelang, cincin dan pernak-pernik lainnya. Tatapannya tertuju pada gelang couple ber bandul bulan dan matahari.

"Bulan untuk aku, matahari untuk Damian" gumam Queenze. Ini akan menjadi hadiah pertamanya semenjak mereka pacaran.

Setelahnya dia kembali pada Damian "Kamu beli apa?" tanya Damian langsung. Queenze tertawa pelan lalu memakaikan gelang itu ke tangan Damian.

"Jangan dilepas ya, kita couplelan hehe"

Damian terharu, dia menatap binar gelang di tangannya "Makasih Queen, Dami gak bakal lepasin gelang ini. Selamanya" ucapnya bahagia.

"Hihi, aku juga"

Mereka uwu-uwu an, tanpa tau jika banyak yang memandang greget keduanya. Bahkan ada yang gigitin sampul buku saking gemasnya.

****

Setelah selesai, mereka kini memilih untuk duduk di taman Kota, menikmati angin sore yang sepoi-sepoi. "Queen"

"Iya?"

"Aku sayang kamu"

"Aku juga"

Damian bersandar di bahu Queenze, dia menatap tangannya yang terdapat gelang pemberian Queenze. Cantik sekali, Damian suka.

Mereka hanya ingin melupakan masalah pot tadi sejenak, ingin menikmati waktu berdua mereka yang damai dan indah.

"Damian"

"Iya?"

"Aku haus, belikan minum"

Damian sebagai suami siaga lantas duduk tegap, dan berdiri "Kamu disini aja, aku beli dulu di sebrang ya" ujarnya lembut, sebelum pergi dia mengelus kepala Queenze.

"Oke, jangan lama-lama" ujar Queenze.

Setelahnya Damian berjalan perlahan menuju jalan raya yang lumayan besar, tapi tak terlalu padat. Setelah dia rasa jalanan sudah sepi, kini Damian mulai melangkah.

Tak ada masalah, sampai saat itu tiba.

Tin tin!!!!

Terlambat untuk mengelak.

BRAK!!

Darah merembes dengan derasnya, dari kepala, hidung, dan bibirnya. Benturan keras benar-benar dia rasakan.

Bahkan gelang indah itu, kini sudah berlumuran darah.




































Tbc.

Tebak siapa impostornya.

My Childish Childhood [COMPLETE]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang