31. Can't Live Without You

1.6K 86 16
                                    

"Shanayra! Ada Rama tuh di bawah," seru Mama dari luar kamarku. Suaranya langsung menggema memekakkan telingaku. Mataku membelalak mendengar nama Kak Rama disebut. Langsung kubuka pintu kamarku.

"Kak Rama datang, Ma?"

"Iya tuh di bawah. Lagi ngobrol sama Papa kamu."

"Ngobrol sama Papa?"

"Iya. Nggak tahu ngobrol apaan. Ya udah kamu turun aja."

"Bentar, Ma. Kak Rama suruh tunggu dulu ya, Ma. " Aku lantas menutup pintu kamarku lagi. Mama pasti heran dengan kelakuan anehku.

Sebelum bertemu Kak Rama kupastikan mukaku nggak kusut banget. Aku memoles sedikit bedak ke wajahku dan lipstick tipis di bibirku. Nggak tahu kenapa seneng banget diapelin pacar yang benar-benar aku cintai. Pacar? Nggak menyangka aku punya hubungan istimewa seperti itu bersama Kak Rama. Setelah selesai touch up tipis-tipis dang anti baju yang lebih rapi, aku langsung turun ke bawah. Saat melewati ruang tengah ada Mbak Nina dan Felisha yang sedang mengajak main Raisa. Kalau Raisa ke sini berarti beneran Ayahnya juga di sini. Aku langsung menuju ruang tamu. Dan benar saja ada Kak Rama duduk di ruang tamu. Kelihatannya asyik banget ngobrol sama Papa.

"Nay, Rama mau ngajak kamu keluar tuh sama Raisa," ucap Papa.

"Eh, keluar ke mana?" tanyaku.

"Jalan-jalan ke mall. Temenin aku beli boneka sama baju buat Raisa," kata Kak Rama menjelaskan ke mana dia mengajakku. "Mau, kan?"

Aku mengangguk menyetujui. "Boleh."

"Okay, bantu pilihin baju sama boneka buat Raisa yang bagus, ya."

"Iya," jawabku singkat karena aku canggung ada Papa yang menatap kami penuh selidik.

"Om, saya izin ngajak Nayra keluar dulu."

"Boleh, tapi pulangnya jangan malam-malam. Meski Nayra udah dewasa, tetap saja bagi Om dia itu putri kecil Om.

"Baik, Om. Saya akan mengembalikan dia ke rumah sebelum pukul 22.00. Saya janji, Om."

"Om pegang janji kamu, Rama."

"Baik, Om."

Kak Rama beneran mengajak aku jalan di mall buat beli baju-baju baru buat Raisa. Katanya bajunya Raisa yang sekarang sudah banyak yang nggak muat. Kami jalan bertiga dan aku merasa seperti bagian dari keluarga mereka. Ya, aku merasa seperti ibunya Raisa. Orang-orang yang melihat kami mungkin juga mengira aku satu keluarga sama ayah dan anak ini. Kami tiba di bagian baju anak. Banyak sekali baju-baju anak mulai dari bayi sampai usia SD yang lucu-lucu. Apalagi yang baju cewek. Asli gemes banget lihat baju-baju anak begini.

(Sumber: Pinterest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sumber: Pinterest)

"Pilihin baju buat anak usia dua tahun ya, Nay. Raisa kan bentar lagi umurnya dua tahun."

Carpe Diem (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang