Bantu cek typo gaes. Oh iya, wahai silent reader aku tunggu vote dan comment dari kalian.
***
Aku masih tergugu di dekapan Kak Rama. Iya, orangnya yang membuatku menangis ini ternyata belum pulang. Ternyata dia masih berdiri di balik pintu kamar rawatku. Ketika mendengar isakanku Kak Rama masuk lagi. Anehnya aku hanya pasrah saja saat dia merengkuhku, membenamkan kepalaku di dadanya. Aku menumpahkan semua air mataku ke dadanya. Tidak peduli kemejanya akan basah. Yang jelas aku sangat membenci diriku yang dulu. Seharusnya aku memang nggak pernah mencintai Kak Rama kalau ujung-ujung sulit melupakannya. Move on nggak segampang itu ternyata.
"Nay, udah nangisnya?" tanyanya.
Aku langsung menjauhkan tubuhku darinya, lalu mengusap wajahku pelan. "Maaf, Kak."
"It's okay, Nayra."
Aku menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya pelan guna menenangkan diriku yang tengah terguncang gara-gara Kak Rama. Situasi jadi hening. Baik aku maupun Kak Rama sama-sama belum membuka suara.
"Nayra, tentang yang dulu lupain aja. Aku nggak mau kamu terus tersiksa gara-gara kesalahanku sama kamu di masa lalu."
"Kakak sekarang nyadar ya kalau dulu salah banget udah nyakitin aku."
"Iya, Nayra. Terserah kamu mau nganggep aku bajingan atau apa. Cuma ada satu hal yang perlu kamu tahu. Aku mencintai kamu semenjak kita pertama ketemu di bangku SMA."
Aku meremas selimut yang menutupi setengah tubuhku erat-erat. "Aku pasti salah dengar, kan?"
"Enggak, Nay. Aku suka kamu sejak nolongin kamu pingsan sewaktu upacara MOS SMA dulu. Aku nunggu waktu yang tepat buat nembak kamu."
"Terus kenapa ujung-ujungnya malah Kakak mainin aku? Haruskah aku percaya sama Kakak?"
"Sebenernya aku nggak punya maksud mainin kamu. Cuman ... keadaan yang maksa aku nggak bisa ngungkapin perasaan aku ke kamu waktu itu." Kak Rama tiba-tiba terlihat murung. "Setiap kali lihat kamu, aku ingin melindungi kamu, tapi ... aku udah janji duluan ke keluarganya Carissa kalau aku bakal melindungi dia. Aku terjebak di situasi yang nggak memungkinkan untuk bilang ke kamu kalau aku mencintai kamu."
"Situasi apa, Kak? Nggak usah bulshit deh, Kak."
"Kamu mau denger nggak alasan aku nggak bisa ngungkapin perasaan aku ke kamu waktu itu?" tanyanya.
"Kalau enggak gimana?" jawabku sinis. "Aku muak ditarik ulur kayak layangan gini, Kak."
"Aku nggak maksa kamu kok, tapi aku mohon dengerin dulu penjelasan aku, Nay."
"Apa lagi yang mau dijelasin, Kak?"
Aku menghela napas berat. Kak Rama menarik kursi ke samping bed tempatku rebahan. Komuk dia mendadak serius gitu. "Kamu inget kan sebenernya aku dulu keterima SNMPTN Undangan di Psikologi UI?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Carpe Diem (Sudah Terbit)
RomansaShanayra Indica, atau yang biasa dipanggil Nayra. Ia seorang pengacara muda yang cerdas dan sukses. Semasa kuliah ia pernah mengukir kisah indah bersama seorang pria yang sangat berharga di masa lalunya, tapi kisah indah itu berakhir begitu saja saa...