TEMAN SEBANGKU

1.4K 118 15
                                    

Cerita ke - 14

Teman Sebangku

S

iapa yang datang pertama bebas memilih kursi. Itu adalah hal khusus yang diam-diam diakui semua siswa baru. Maruko jelas tahu hal itu dan berencana datang lebih awal. Tapi sayang rencananya hanya menjadi angan belaka dan dia tetap terlambat.

“Ibu kenapa tidak membangunkanku?!” Maruko berdiri di depan pintu ruang makan dan mengeluh pada ibunya.

Ibunya yang telah terbiasa dengan kebiasaan buruk Maruko yang satu ini menjawab dengan santai sambil meminum tehnya. “Kamu bisa memasang alarm lain kali… Hey jangan lupa sarapanmu.”

Maruko hanya sempat meminum susunya, lalu menjawab ibunya, “Tidak sempat.” setelah mengatakan itu dia segera berlari keluar tidak menunggu omelan dari ibunya.

Ibunya menghela napas. Memikirkan Maruko yang semakin dewasa tapi semakin mengkhawatirkannya.

.
.
.

Maruko berlari di koridor sekolah, ‘Tidak… tidak… tidak… kenapa aku harus terlambat di hari pertama?? Sekolah kali ini... tidak ada Tama-chan. Aku setidaknya harus memilih teman duduk yang bisa berbagi ketika susah!’

Sesampainya di kelas.

Maruko menajamkan matanya dan mulai memindai tempat duduk yang strategis urutan paling belakang… semuanya ternyata sudah terisi. Tidak mau menyerah, setidaknya dia bisa duduk di tengah dan terlindungi oleh siswa yang duduk di depan… dan ada satu! Bahkan meja itu masih belum ada yang menempati!

Tanpa basa-basi Maruko langsung meluncur dan duduk dengan cepat. Dia menghela napas dan dia merasa sangat puas dengan posisi ini. Yang tidak dia sadari adalah tatapan seluruh kelas tiba-tiba menujunya. Tapi dia masih tidak menyadarinya!

Gadis-gadis melihatnya dengan iri, mereka sebenarnya ingin duduk di tempat itu juga! Disaat mereka masih ragu, Maruko sudah menaruh bokongnya disana. Mereka terlambat satu langkah dan sangat menyesalinya.

Maruko yang masih dalam kesenangan karena mendapat posisi tempat duduk yang cukup bagus, tiba-tiba diganggu dengan suara laki-laki dari sampingnya.

“Maap Nona sepertinya kau menduduki kursiku.”

“Hah?”

Suara itu terdengar begitu ramah, tapi Maruko merasa kedinginan. Maruko menghadap laki-laki itu dan melihat wajah tampan dan aura yang dipancarkannya sangat kuat membuat badan Maruko tanpa sadar mundur.

Dia bertanya untuk memastikan apakah laki-laki itu benar-benar berbicara padanya, “Apakah kau berbicara padaku?”

Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum, dia memiringkan kepalanya untuk membaca name tag milik Maruko, “Ya, Nona Sakura Momoko. Aku berbicara denganmu.”

Maruko merasa tidak nyaman, dia melihat sekeliling untuk meminta bantuan tapi tidak ada satupun yang dikenalnya! Dan kenapa mereka menatapnya seperti itu?!
Mereka tidak menyembunyikan aura permusuhan sama sekali. Pantas saja dia dari tadi merasa kedinginan, ternyata itu dari mereka!

“Kalau begitu… aku akan pindah ke ujung…”

Maruko langsung bergeser duduk ke ujung. Kebetulan posisi meja berada di ujung kiri kelas, urutan ketiga. Setelah dia duduk, dia kembali merasakan udara dingin menerpanya. Gadis-gadis di kelas kecewa. Mereka sebenarnya ingin Maruko pindah dari meja itu sehingga mereka yang akan menempati duduk di sebelah laki-laki itu.

Cerpen Maruko dan HanawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang