PAPA [37] - Ask for Help -

3K 250 16
                                    


"Hah.... " Theo menghela nafasnya berat kala ketikannya di keyboard berhenti. Untuk sesaat ia menatap layar PC-nya sambil memeriksa kesalahan ketiknya. Dirasa tidak ada kesalahan ia kembali melanjutkan ketikannya.

Angka digital di jam yang bertengger di sebelah kotak tisu di mejanya menampilkan angka 02.15 ketika telpon di ujung meja berdering 2 kali. Theo mengangkat telpon itu setelah dering kedua bersua.

"Ya, Theo Mc'Coline di sini" ujarnya. telpon di sebrang terdengar sedikit sibuk sebelum akhirnya suara seseorang memasuki aliran kabel telpon.

"Theo, kau... de-ngar?" tanya orang itu.

"Agak terputus tapi aku dapat mendengar mu. Siapa?" jawab Theo.

"Aku Russel"

"Ah.. Boss, ada apa?"

"Begini, apa kau sibuk jam 8 nanti?"

"8 malam?"

"Iya!"

"Tidak juga, saya hanya harus menjemput Ariel dari daycare"

"Begini, bisa tidak kau suruh orang yang kau percaya untuk menjemput Ariel di daycarenya?"

"Saya tidak yakin, ada apa?"

"Aku akan ada rapat jam 8 nanti dengan para petinggi perusahaan. Sekretarisku tidak bisa mendampingi ku karena hal penting yang mendesak jadi aku tidak bisa memaksanya untuk ikut di rapat kali ini. Aku ingin kau menggantikannya mendampingiku. Hanya sampai jam 10, aku janji tidak akan lebih. Materi kali ini pun sudah kau pelajari, apa kau bisa?"

Theo terdiam sebentar, pikirannya menimbang jauh. Ia ragu, namun jika Bosnya sampai menelfon secara pribadi tandanya atasannya itu membutuhkan bantuannya. Theo tidak bisa menolak, tapi Arielnya bagaimana?.

Agak lama terdiam, Russel sadar bahwa tidak semudah itu bagi Theo untuk bebas di jam malam. Terlebih bawahannya itu memiliki bayi yang harus ia rawat bahkan di sela rasa capeknya saat lepas kerja. Russel tidak ingin memaksa, namun keadaan secara tiba tiba membuatnya harus meminta bantuan Theo karena hanya Theo yang sudah memahami materi rapat kali ini. 

Sekrtaris yang biasanya bersamanya secara tiba tiba izin dengan suara agar terburu di ujung sambungan telpon. Russel tidak mungkin menjadi atasan yang egois dengan memaksanya mendatangi rapat di saat keadaannya pun tidak meyakinkan. Ia dengan berat hati meng-iyakan dan mencari pengganti yang bahkan belum tantu bisa di jam yang di tentukan. Russel kehabisan akal. Jika menghadiri rapat sendiri ia tidak akan bisa fokus pada hasil rapat. Merangkum, memahami, meneliti, meninjau ulang hasil rapat. Mungkin bisa, tapi tidak sempurna, Russel tidak mau hasil kali ini setengah setengah hanya karena keadaan yang terbalik tiba tiba.

Suara di ujung sana bergumam, Russel menunggu sambil mengetukkan ujung kukunya ke meja. Jika Theo tidak bisa, maka mau tidak mau ia harus mendatangi rapat itu sendirian.

"Hmm, mungkin bisa. Biar ku tanya Jessica bisa tidak ia menjaga Ariel malam ini selama aku rapat" jawabnya, Russel menghela nafas di ujung sana. Ia lega pada akhirnya ia tidak harus mendatangi rapat sendirian dan bisa fokus untuk mendapatkan hasil rapat yang sempurna.

Sambungan telpon terputus setelah Russel mengucapkan terimakasih dan membuat janji temu di lobi untuk pergi bersama pada jam 8 menuju tempat rapat. Rapat kali ini tidak di adakan di gedung perusahaan tempat Theo bekerja saat ini, Theo sendiri tidak tahu pastinya dimana.  Untuk saat ini yang terpenting adalah mencari seseorang yang bisa menemani Arielnya hingga ia pulang.

"Jam 8 sampai jam 10? tidak biasanya kau kerja sampai selarut itu. Masalahnya aku tidak bisa Theo, kalau kau lupa aku masih menjalani dinas di luar kota sampai lusa. Aku ingin menemani manisku, tapi tidak mungkin aku menembus 2 kota dengan kereta hanya dalam waktu beberapa menit, dan lagi pekerjaan di sini benar-benar memuakkan meski gajinya lumayan. Maaf sekali aku tidak bisa, ah... aku mulai khawatir dengan cantikku " begitu kata Jessica. Theo menghela nafas lagi, benar juga wanita itu sedang dinas di luar kota. Sekarang, siapa lagi yang harus ia mintai tolong?.

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang