PAPA [26] -Morning Routine and Relax-

5.3K 432 12
                                    

Theo terbangun tepat pukul 7, ia menguap lebar namun belum kunjung memisahkan tubuhnya dengan kasurnya. Kepalanya semakin menekan di sela bantal, selimut ia bawa hingga menutupi kepalanya. Matanya kembali terpejam namun tidak tertidur. Theo hanya membuat tubuhnya terbaring dengan fikiran yang melayang entah kemana.

Arielnya belum terbangun dari semalam, putri kesayangannya pasti kelelahan kemarin. Entah apa yang Ariel mainkan bersama gadis gadis di Daycare hingga belum terbangun barang haus atau penuh. Theo belum memeriksa karna ia juga tidak ingin mengganggu waktu istirahat Ariel.

Hampir setiap hari Ariel selalu mengikuti jadwal bangun milik Papanya. Harus mandi paling awal di antara bayi bayi lainnya. Theo bukan tanpa alasan membuat Ariel menjadi demikian. Ia juga harus bekerja, dan ia tidak mungkin tambah memberatkan suster di Daycare untuk memandikan bayinya. Selagi ia sempat ia bisa menutupi itu.

Theo menggeliat, menggelung dirinya di selimut,  memeluk salah satu bantal dan menenggelamkan wajahnya di bantal tersebut. Wangi dirinya meresap masuk lewat hidungnya, setiap tarikan nafas bau telon dan vanila seakan ribut ingin masuk ke dalam indra penciumannya. Wangi yang beberapa bulan belakangan ini menemaninya. Yang semula hanya wangi vanila kini entah bagaimana semakin terasa manis dengan bau telon. Ah, Theo ingin memeluk bayinya.

Theo memaksa tubuhnya bangun. Ia melirik jam,  hampir  setengah jam ia berguling-guling tidak jelas di kasurnya. Kini ia bangun sepenuhnya, kakinya perlahan merayap turun menyentuh lantai. Tangannya ia angkat tinggi dan sekali lagi menguap lebar. Tubuhnya terasa segar, sudah lama tidurnya tidak senyenyak ini. Theo berdiri, menggusak rambutnya berantakan dan membiarkan piyamanya kusut dengan menggosok tubuhnya, kebiasaanya ketika bangun.

Ia membuka pintu kamarnya dan berjalan sedikit untuk bisa ke kamar bayinya. Menekan knop pintu itu perlahan dan segera menghampiri bayinya.

Theo terkejut, Arielnya sudah bangun ketika ia melihat box bayi itu. Bayi mungilnya menggenggam boneka kecil sambil mengoceh ria. Seakan tidak terganggu dengan apapun. Arielnya menarik-narik kaki boneka yang berada di tangannya. Sesekali memasukkan telinga boneka itu ke dalam mulutnya.

Theo sigap memisahkan telinga boneka itu dari mulut bayinya. Mengambil lembut boneka itu dari genggaman anaknya dan mengangkat Ariel ke dalam gendongannya.

Theo mengecupi pipi bayinya banyak dan lama, sambil berguman dan memeriksa popok putri kesayangannya. Bayi kecilnya itu sudah sangat penuh, popoknya sudah berat dan agak merembes ke celana yang ia pakai. Theo heran, ini kali pertama Ariel tidak menangis ketika popoknya penuh.

"Sayangnya Papa tumben sekali tidak menangis ketika penuh. Hm, tidak ingin menggangu Papa ketika tidur ya? Manisnya~" gumam Theo sambil menggusak lembut hidungnya ke pipi Ariel. Ariel tertawa, tangannya menggapai pipi Theo lalu menariknya semakin mendekat.

Theo menurut, ia mengikuti kemana tangan bayinya itu membawanya. Tangan mungil Ariel masih di pipi Theo, menarik mendekat sambil menepuk pipi Papanya pelan. Ariel terkekeh kecil sambil menatap mata Theo dengan mata doenya yang sewarna dengan mata Papanya, lama bayi itu menatap Theo sambil tersenyum sangat manis sebelum akhirnya kepalanya ia bawa ke pundak Theo. Menggusak wajahnya di antara perpotongan leher dan bahu.

Theo bungkam. Ia mulai bertanya tanya.

Apa semalam ia salah memberikan susu kepada Ariel. Apa susu yang ia berikan mengandung bahan berbahaya. Apa Arielnya di datangi sesuatu semalam. Kenapa bayinya manis sekali.

Theo gemas bukan main, ia mengeratkan pelukannya pada Ariel. Mengecupi wajah anaknya bertubi tubi tanpa jeda hingga Arielnya merengek tidak suka. Theo berhenti, namun senyumnya tidak. Semakin lama ia semakin bahagia memiliki manusia mungil ini di sisinya, hanya ia dan bayinya.

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang