PAPA [3] -Kept and Love Her-

14.3K 815 7
                                    

Setelah 3 hari berlalu akhirnya wanita itu bisa pulang dengan memboyong bayi yang masih merah itu. Theo menemani mereka hingga mereka kembali ke apartemen wanita itu.

Sampai sekarang bahkan hampir 10 bulan berlalu kedua orang tua mereka tidak ada yang tahu dengan apa yang terjadi pada mereka. Orang tua Theo yang tinggal jauh dari kota tempatnya saat ini hanya tahu Theo telah bekerja dan sedang dalam masa sibuknya, sedangkan wanita itu kurang lebih sama. Orang tuanya hanya tahu bahwa kini anak putri mereka sedang sibuk mengurusi kuliah yang belum tanak itu. Mereka di untungkan dengan jarak antar kota, sehingga walau ada yang berbicara tentang mereka tidak sampai pada telinga orang tua mereka.

Mereka akan mengambil inisiatif nanti, ketika mereka siap dan anak yang mereka urus dapat di ajak bekerja sama. Theo juga tidak ingin kehidupannya yang hampir menginjak masa paling rumit ini di ganggu dengan masalah baru.

Ia masih ingin sendiri, fokus bekerja dan mengikuti kelas serta rajin mengunjungi wanita itu. Setelah pasca melahirkan, wanita itu selesai dengan cuti panjangnya. Banyak yang bertanya mengapa dan ada apa, namun dengan ringan ia menjawab. Hanya sekedar liburan dan mencari suasana baru. Anak mereka yang masih begitu lemah itu di titipkan pada tetangga satu apartemen yang juga seorang ibu, tetangganya itu juga memiliki seorang anak yang masih berusia 10 bulan. Masih mengemik susu, maka dengan mudah wanita itu meminta pertolongannya.

Wanita itu mengambil kelas 4 sampai 6 jam saja, sepulangnya ia akan merawat anak itu. Dan itu terjadi sampai 4 bulan berikutnya. Setelah 4 bulan, giliran Theo yang mengambil andil dalam pengurusan.

Hari itu ia sedang libur, ia bolos kelas di hari sabtu itu karena punya rencana lain. Dengan mobil yang sudah ia persiapkan dan apartemen yang sudah ia tata dengan begitu apiknya, ia pergi. Ia membawa mobil itu dengan perlahan, menembus keramaian jalan, dan sesekali berbelok agar sampai tepat waktu.

Begitu sampai ia langsung menuju aparteman wanita itu. Ketika pintu di buka wanita itu siap dengan segala keperluan sang bayi. Baju-baju bayi itu telah ia kemas dalam tas, keperluan seperti bedak, minyak telon, dan lain sebagainya telah siap di tas lain. Serta tas yang di khususkan untuk asi yang telah ia taruh di dalam botol kaca. Theo tersenyum ringan, bayinya yang telah berusia 4 bulan itu bergeliat santai di dalam gendongan wanita itu.

"Apa sudah siap? Hanya ini saja?" tanya Theo sambil menenteng dua tas besar di tangannya. Wanita itu mengangguk mengiyakan.

"Tunggu sebentar, bisakah aku bertemu dengan wanita yang membantumu menjaga anakku? Aku ingin berterimakasih" ujarnya. Wanita itu menatapnya dan memberikan gestur untuk berhenti di depan pintu yang bernomor 12.

"Dia tinggal di sini" kata wanita itu. Theo mengangguk, meletakkan tas itu di sisi lain pintu lalu mengetuk pintu itu.

"Permisi" ujarnya, tidak lama pintu itu terbuka. Sosok wanita dengan garis keibuan berada di sana, sedang menggendong bayinya yang terlihat sehat. Wanita itu tersenyum ramah, begitupun Theo.

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya wanita itu ramah, masih dengan senyum yang melekat di wajahnya. Bayi yang berada di gendongannya sedang berceloteh ria, entah bentuk celoteh apa yang bayi itu ucapkan.

"Aku hanya ingin berterimakasih karena kau sudah menjaga bayiku ketika Jessica sedang berkuliah. Mungkin Ariel agak merepotkan ketika kau juga sedang menjaga bayimu. Aku sangat berterimakasih" ujar Theo, wanita itu menggeleng. Seperti meyakinkan bahwa ia melakukannya dengan tulus.

"Aku pernah hidup seperti kalian. Ketika suamiku harus bekerja dan aku harus menyelesaikan pendidikanku juga, aku sangat kerepotan karena harus menjaga bayiku juga. Jadi aku tahu apa yang Jessica rasakan, aku hanya membantu, dan bantuanku mungkin tidak banyak. Kalau boleh tahu, apa kau ayah dari Ariel? Betapa tampannya kau, tidak heran Ariel sangat cantik. Ibunya juga cantik dan bahkan ayahnya begitu tampan" jelas wanita itu. Theo menggeleng sungkan, di puji di saat seperti ini membuatnya sangat besar kepala.

Dulu pujian itu selalu tersemat untuknya, kala ia masih menjadi seorang mahasiswa. Tapi sekarang, ketika ia bekerja. Rasanya sudah lama sekali pujian itu tidak tertangkap telinganya.

Theo terkekeh, lalu ia mulai menjawab.

"Terimakasih atas pujianmu, aku memang ayahnya Ariel tapi aku bukan suaminya Jessica. Ku harap kau mengerti, dan ku rasa Jessica sudah bercerita pada mu" ujar Theo. Wanita itu mengangguk.

"Aku tahu, itu hanya kecelakaan bukan. Beruntung sekali Ariel berada di antara kecelakaan kalian, bila orang lain mungkin saja Ariel tidak akan terlahir" ujar wanita itu.

Theo tertawa miris, itu hampir menjadi pilihannya.

"Ya, Ariel beruntung sekali" gumam Theo. Jessica maju dan memeluk wanita itu. Ia juga mengucapkan terimakasih pada wanita itu.

"Reika, aku sangat berterimakasih. Kau mau mengerti tentang masalahku, bahkan tidak perduli dengan pilihanku. Aku sangat beruntung memiliki tetangga sepertimu, ku harap kau selalu bahagia" ujar Jessica. Wanita itu tersenyum lebih ramah lagi. Ia balas memeluk Jessica, walaupun tidak erat karena ada dua bayi di antara mereka. Namun, mereka seperti dapat meresap hangat dari masing-masing tubuh mereka.

Setelah mengucapkan terimakasih, Theo dan Jessica menaiki mobil dan pergi ke apartemen Theo. Selama perjalanan bayi merah itu tertidur pulas, sesekali menggeliat mencari posisi. Theo memperhatikan bayi itu sambil mengemudikan mobilnya dengan pelan. Rasanya begitu menyenangkan melihat bayinya sehat dan nyaman seperti itu.

"Jessica, maaf dengan apa yang telah terjadi" gumam Theo. Jessica mendongak, menatap Theo lalu tertawa pelan.

"Ini kesalahan kita berdua, tidak perlu meminta maaf karena aku juga salah" kata Jessica. Theo menggeleng.

"Maaf karena aku hanya bisa mengambil bayi itu tidak denganmu" ulang Theo. Jessica kembali menggeleng lalu tertawa, kali ini tawanya agak kencang dari yang tadi.

"Ah, ayolah. Aku juga tidak ingin menikahi pria yang kaku sepertimu. Biar Ariel yang merasakan betapa kaku ayahnya itu" kata Jessica. Theo terkekeh, ia tahu bagian paling terburuk dalam dirinya itu jarang ada yang menerima.

"Haha, benar juga" jawab Theo.

"Dengar Theo, bila ia bertanya siapa ibunya kau bisa bilang ia telah mati atau sebagainya. Aku hanya tidak ingin ia merasa ibunya benar-benar brengsek sampai membuangnya dan meninggalkannya dengan ayahnya. Aku lebih baik tidak di kenalnya daripada di benci olehnya" ujar Jessica. Ia terlihat sendu, matanya melengkung ke bawah dan nadanya beralun rendah. Theo menoleh, menatap raut wajah Jessica. Ia menggeleng dan dengan tegas menjawab.

"Tidak, aku akan jujur pada Ariel bahwa ibunya benar-benar luar biasa. Aku akan mengatakan yang sejujurnya dan tidak ada satu bagian pun yang ku abaikan. Jessica, kau adalah wanita yang luar biasa. Kau masih mau melahirkan bayi yang bahkan hanya terbentuk dari sebuah kesalahan. Tidak ada yang brengsek di sini, kita sama-sama luar biasa" jelas Theo.

Jessica masih tertunduk, namun dalam tundukkannya ia tersenyum. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Jujur, ia sangat mencinta bayinya.

"Terimakasih, tolong jaga dan cintai dia"



TBC...

Bantu saya menemukan kesalahan dalam pengetikan.

Sekian, semoga kalian semua menikmati..

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang