PAPA [38] - Wait.. For me.. -

93 6 0
                                    

Tepat 10 menit sebelum rapat di mulai Theo menelpon daycare tempat Ariel di titipkan. Ketika sambungan telpon terhubung Theo memberitahu bahwa nantinya yang menjemput Ariel bukanlah dia, ia mengabari bahwa akan ada orang lain yang menggantikannya untuk menjemput Ariel hari ini. Resepsionis yang berbicara dengan Theo mengiyakan dan memastikan nama yang akan menjemput Ariel agar nantinya tidak ada kekeliruan. Theo dengan cepat menjawab siapa yang akan menjemput bayinya kali ini.

Setelah benar-benar selesai dengan daycare Theo menghela nafas lalu kembali duduk di kursinya. Sesekali membaca materi yang akan menjadi topik pembahasan rapat. Di sampingnya ada atasannya yang juga melakukan hal yang sama. Meski atasannya terlihat sudah memahami keseluruhan materi, orang itu masih terus membaca dan mendalami materi yang akan ia bahas nantinya.

Sebenarnya tugas Theo tidak berat di sini, ia hanya perlu mencatat hal penting, dan merangkum hasil rapat nantinya. Namun untuk berjaga jaga ia juga memahami isi materi agar ia dengan leluasa merangkum tanpa meninggalkan hal penting.

Ketika rapat dimulai suasana yang cukup berat menyelimuti ruangan  itu. Lewat 2 jam akhirnya rapatpun selesai. Yang menghadiri rapat keluar dengan wajah leganya dan bersiap untuk pulang. Beberapa masih mengobrol dengan rekan mereka, membahasa rencana kedepan dari hasil rapat dan sebagainya.

Theo sudah di selimuti lelah namun fikirannya tidak. Ia mencoba untuk tenang dan mengundurkan diri perlahan. Melihat Theo yang gelisah dengan wajah lelahnya membuat atasannya tanggap dan berpamitan dengan rekannya lalu turun bersama Theo.

Atasannya tahu betul apa yang sedang Theo fikirkan, meninggalkan tanggung jawab memang bisa membuat gelisah. Apalagi yang di tinggalkan adalah seorang bayi. Atasannya itu menepuk bahu Theo pelan. Meyakinkan bahwa sebentar lagi mereka akan pulang, sebentar lagi Theo akan berjumpa dengan buah hatinya.

Theo menghela nafas pelan setelah masuk ke dalam mobil atasannya. Beberapa mengecek jam dan mungkin pesan dari Shadam. Sebelum keluar dari ruang rapat Theo sempat mengirim pesan singkat seperti, Bagaimana keadaan Ariel? . Namun, hingga kini ia duduk di kursi penumpang atasannya dan mungkin sudah lewat sekitar 15 menit pesan itu tak kunjung di balas. Theo cemas.

Ada beberapa kemungkinan Shadam tidak membalas. Bayinya sedang rewel, atau Shadam menimang Ariel yang hampir tertidur, atau mungkin juga Shadam yang sedang menemani Arielnya bermain hingga abai dengan ponselnya. Theo hanya berharap Arielnya tidak rewel.

Theo menatap jendela di sampingnya, jalanan terlihat masih ramai meski gelap malam menghujam kota. Lampu-lampu jalan serupa kunang kunang yang menghiasi setidaknya membuat fikirannya sedikit rileks. Arielnya akan baik baik saja, pikirnya.

Hampir 20 menit berlalu, Theo dan atasannya telah kembali ke kantor. Theo berpamitan dan berpesan akan mengirim laporan hasil rapat nanti setelah ia sampai rumah karena ada beberapa yang harus ia perbaiki. Atasannya mengiyakan dan Theo langsung berlari kecil meninggalkan kantor menuju lapangan parkir kantor. Demi tuhan, ia merasa tidak nyaman pulang selarut ini tanpa Ariel di sisinya.

Setelah sampai dan membuka pintu mobil lalu melempar tas kerja yang ia bawa ke bangku penumpang, Theo menarik ponselnya dari saku celana. Kembali memeriksa pesan masuk dan menghela nafas lega kala balasan dari Shadam terpampang pada lockscreen-nya.

"Maaf Ariel sedikit rewel, jadi aku tidak bisa menjawab tepat waktu. Tapi ia baik baik saja, tenang lah" jawaban Shadam membuat Theo sedikit tenang. Tidak dengan mengapa Arielnya yang rewel.

Lingkungan baru kah? atau karena tidak biasa bersama orang lain lebih lama?

Fikiran Theo berkecamuk. Ia dengan tergesa menginjak pedal gas mobilnya. Memutar mobilnya agar keluar dari lapangan parkir. Di jalanpun Theo berusaha positif. Arielnya mungkin hanya haus, atau mungkin penuh, atau bisa saja mengantuk. Makanya sedikit rewel. Tapi Theo tetap tidak nyaman jika Arielnya tidak berada di dekapannya. Dari pagi hingga menjelang tengah malam, rasanya lama sekali tidak merasakan bobot tubuh bayinya di tangan kanannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang