PAPA [32] - End of Conversation -

5K 438 26
                                    

Saya tidak benar benar ingin menamatkannya di chapter kemarin :)
__

Setelah memastikan Jessica tenang dengan mengambilkan segelas air serta membuatkannya cemilan manis, Theo terduduk di samping Jessica. Melihat Jessica yang dengan rakus memakan roti panggang selai coklat yang beberapa saat lalu ia buatkan membuatnya tersenyum. Theo merasa menyesal karena membuat Jessica memperlihatkan sisi lemahnya walaupun Theo tidak begitu keberatan akan hal itu namun Jessica berbeda. Wanita itu merasa sangat gengsi harus menangis di depan pria kaku itu.

Jessica menggerutu sambil mengunyah, menegak air dengan sekali tegak bahkan mengosongkan isinya hanya dalam dua kali hirup saking malunya. Theo terkekeh, menepuk bahu Jessica meyakinkan.

"Tidak perlu malu, aku pernah melihatmu polos dari atas ke bawah, bahkan melihatmu membuncit serta menjerit kala itu" kata Theo. Jessica yang mendengar hal itu sontak memukul tengkuk Theo cukup keras. Theo mengaduh sambil meringis pedih.

"Diam atau ku patahkan batang lehermu" jelas Jessica tajam. Theo mengangguk kaku karena lehernya yang terasa sakit.

"Maaf.." katanya lirih. Jessica menghela nafas, lalu mulai menyuarakan pendapatnya.

"Theo, aku tidak yakin akan bersamamu. Tapi demi menjaga hubungan kita agar tidak canggung, ayo menjadi sahabat. Setidaknya sampai aku tidak menemukan belahan jiwaku dan kau juga tidak menemukan belahan jiwamu, bila hal itu terjadi ayo ucapkan janji suci dan jadi orang tua yang baik. Bagaimana?" jelas Jessica kembali. Mata sembabnya seakan meminta atensinya untuk di iyakan. Dan Theo, tentu tidak bisa bilang tidak.

"Terserah kau saja lah, aku akan ikut" kata Theo. Jessica mengangguk antusias.

"Jangan khawatir Theo, ayo nikmati waktu lajang selagi sempat" kata Jessica. Theo terkekeh sambil menunjuk Ariel.

"Kau pikir aku bisa menikmati waktuku bermain bersama wanita sedangkan Ariel menangis karena merasa haus dan kepenuhan?. Oh, tidak bisa. Arielku adalah gadis ku, tidak ada lajang lajangan. Aku akan tetap seperti ini" kata Theo. Ia menggeleng penuh sambil meraih bayinya. Ariel yang tadi sempat ikut merasakan kesedihan ibunya sudah kembali seperti biasanya. Bermain bersama mainan yang selalu Theo bawa didalam tas milik Ariel.

Theo mengecupi bayinya banyak hingga Ariel merengek karena merasa terganggu. Jessica terkekeh melihat tingkah Theo dan bayinya. Jarang sekali melihat Theo bisa selunak itu dan selembut itu. Theo yang selalu berada di mata Jessica adalah Theo yang teramat kaku, segalanya selalu di lakukan dengan sempurna dan ekspresi datarnya. Sekarang Theo sedikit banyaknya dapat tersenyum cuma cuma. Hal kecil yang terjadi pada Ariel pun dapat menjadi alasan di balik sunggingan manisnya.

"Kau terlihat cocok Theo, kau dan Ariel terlihat pas" kata Jessica sambil berdiri seraya membawa gelasnya yang kosong dan berlalu menuju dapur.

"Tentu saja, dia anakku. Malah aneh jika kami tidak cocok" sahut Theo sedikit nyaring. Membuat Jessica tertawa dari dapur.

"Theo, ini hampir siang. Kau mau makan apa? Biar aku yang masak" Jessica mempernyaring suaranya agar dapat di dengar Theo yang berada di ruang tengah, kepalanya sedikit mengintip dari pintu dapur menanti jawaban yang akan di berikan Theo.

"Memangnya kau bisa masak apa?" tanya Theo.  Jessica meringis dan menjawab.

"Tidak banyak, hanya memasak mie instan, air, menggoreng telur, merebus telur, memanggang roti dan bacon, dan masakan simple lainnya"

"Kau ingin masak menu sarapan untuk makan siang?"

"Mau bagaimana lagi, biasanya aku pesan antar atau sekedar makan mie instan. Kadang juga menu sarapan. Lagipula tidak buruk juga sarapan di siang hari"

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang