PAPA [16] -Massage-

6K 452 14
                                    

Crish dan Erland pulang setelah pertengkaran mereka yang meributkan hal tidak perlu. Kini jam menunjukkan pukul 10 malam. Theo naik menuju kamar Ariel, memeriksa keadaan putrinya yang masoh tertidur pulas. Telapak tangannya ia dekatkan ke arah pipi gadis kecilnya, memeriksa suhu buah hatinya itu. Suhu tubuh Ariel sudah turun, setidaknya tidak sepanas ketika di daycare. Theo menghela nafas lega. Ia mengecup pipi buah hatinya sambil membisikkan kata lembut.

"Cepatlah sembuh, Papa khawatir sayang" bisiknya. Ariel bergerak pelan dalam tidurnya. Theo mengusap lembut kepala anaknya itu lalu beranjak dari sana seraya mematikan lampu meja di sebelah box bayi anaknya.

Theo masuk ke dalam kamar mandi, melucuti pakaiannya lalu membilas tubuhnya di bawah siraman shower. Ia merasa tubuhnya merileks dan fikirannya menjadi ringan. Dingin dari air yang terus mengucur di atas kepalanya seakan meringankan bebannya selama sehari.

Theo menyelesaikan mandinya dalam waktu 15 menit. Ia keluar dengan jubah mandinya serta handuk yang menutupi kepalanya. Theo mengeringkan rambutnya dengan handuk itu, tangannya meraih ponselnya yang sebelumnya ia letakkan di nakas. Ia membuka kunci layar ponselnya dan melihat pesan balasan dari Jessica.

Jessica :

√√ Anakku terlihat memerah, efek kamera atau memang seperti itu?

√√ Ah, aku merindukannya. Aku ingin memeluknya

Dua balasan pesan dari Jessica membuat Theo tersenyum. Ia tahu, Jessica tidak pernah merasa benci dengan keadaannya yang sekarang. Menjadi ibu tidak buruk sebenarnya.

Theo membalas pesan Jessica dengan janji akan membawakan Ariel padanya dan obrolan lainnya. Ketika sedang menjawab pesan lain dari Jessica Theo tertegun mendapati alamat email yang masuk pada inbox emailnya dengan notifikasi yang tertera pada layar ponselnya.

Theo mengabaikan pesan Jessica sebelumnya dan mengetuk pelan ikon email di ponselnya. Menunggu sebentar dan melihat pesan email itu. Biasanya ia hanya menggunakan email sebagai penghubungnya dengan pekerjaannya. Ia tidak pernah membagi alamat emailnya pada siapapun kecuali itu rekan kerjanya. Namun, alamat email ini seperti asing dan terlihat begitu formal, dari ikon yang terlihat.

Theo membuka pesan itu dan melihat pesan yang tertera.

Ru
Kepada TheoMc
X xx xxxx 1 rincian

Bagaimana kabar putrimu?

Theo mengerutkan alisnya. Kembali memgingat pada siapa ia memberikan alamat emailnya dengan kode name Ru ini. Ia keluar dari roomchat itu dan menggulir obrolan sebelumnya. Dan hampir semua bekas obrolan itu tampak biasa saja dan penuh dengan obrolan pekerjaan atau mengirimkan file lewat email. Hanya satu di antara deretan lainnya yang memiliki kode name paling pribadi dan obrolan di luar pekerjaan. Ia curiga.

Theo kembali mengingat pada siapa ia bercerita tentang putrinya. Teman sekantornya hanya Crish yang tahu. Atau mungkin ada tapi dia lupa. Siapa lagi seseorang yang tahu ia memiliki seorang anak.

Theo memutar ingatannya. Ia meletakkan ponselnya tanpa repot menjawabnya. Ia masih berfikir sambil menggosok rambutnya dengan handuk lalu mengganti jubah mandinya dengan piyama tidurnya. Setelah mengganti baju ia melirik ke arah ponselnya yang telah menghitam. Memilih mengabaikan pesan tidak penting itu dan turun ke bawah.

Ia ingat ia belum makan malam setelah menjemput Ariel dan menjamu tetangga serta teman sekantornya itu. Ia hanya memakan kue dan meminum jus. Jelas itu tidak akan cukup membuatnya kenyang.

Theo membuka lemari pendinginnya. Memastikan bahan dan makanan yang akan ia makan. Di dalam lemari pendinginnya ia hanya punya beberapa potong wortel, tahu,  dan daging ayam. Ia ingat ia sudah lama tidak berbelanja bulanan. Apa ia harus berbelanja libur kantor nanti, sepertinya iya.

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang