Time Mark :
Third Year•••
Draco tersenyum puas, bersembunyi di balik batu besar sambil mengamati halaman pondok Hagrid. "Apa kataku? Kata ayah, kepala hippogrif itu bisa kuambil. Akan kusumbangkan ke aula Gryffindor," katanya dengan suara meremehkan.
Saat Hermione muncul bersama Harry dan Ron, Draco langsung menggodanya, "Ah, come to see the show?"
"Malfoy, hentikan," kata Vanesha yang baru saja tiba di tempat itu setelah Trio Gryffindor.
Hermione mendidih, langsung menodongkan tongkatnya ke dagu Draco. "Kau! Kecoa kecil yang menjijikkan!"
"Hermione, jangan!" ucap Vanesha, mencoba menenangkan.
"Right, he's not worth it," Ron menambahkan sambil mencoba menahan Hermione.
Harry hanya menatap dingin, sementara Ron cemas Hermione benar-benar mengutuk Draco dan memperparah situasi.
"Malfoy, kau memang bodoh!" kata Vanesha, lalu menoleh ke Hermione. "Mione, please, turunkan tongkatmu."
Setelah beberapa saat, Hermione menghela napas dan menurunkan tongkatnya. Draco tertawa sinis, mengira itu hanya gertakan.
Namun, Hermione kemudian melayangkan tinjunya tanpa ragu, menghantam wajah Draco.
"Bloody hell, Hermione!" seru Vanesha, terkejut.
Draco menarik tangan Vanesha dan berbisik, "Jangan ceritakan ini pada siapa pun, mengerti?"
Keluar dari pandangan Gryffindor, Vanesha berhenti dan menahan Draco, sementara Crabbe dan Goyle melanjutkan ke asrama.
"Aku tak terluka parah, Van. Tidak perlu ke Madam Pomfrey," protes Draco.
"Kau memar. Aku bisa sembuhkan dengan mantra, atau kita ke Madam Pomfrey. Pilih satu," ucap Vanesha tegas.
"Baiklah, kau saja yang coba. Madam Pomfrey pasti akan memarahiku," kata Draco, tampak kesal.
Vanesha menahan senyum, "Terkadang, kau memang manja, Malfoy."
"Diam dan cepat lakukan sesuatu!"
"Episkey," ucap Vanesha, mengarahkan tongkatnya, dan wajah Draco pun pulih.
"Kau bercita-cita menjadi healer, ya?" Draco bertanya sambil tersenyum kecil.
Vanesha menggeleng, "Entahlah. Bagaimana denganmu?"
"Mungkin healer, atau pemimpin generasi Malfoy selanjutnya," Draco terkekeh, dan Vanesha tersenyum mendengar jawabannya.
"Jangan lagi memancing amarah Hermione, Draco," katanya lembut.
Draco mengangkat bahu. "Aku tak tahu kalau dia bisa semarah itu. Tapi, kenapa kau ada di sana?"
"Aku sebenarnya mau lihat Buckbeak bersama mereka, tapi sepertinya kau mengacaukannya," jawab Vanesha.
"Kenapa kau mau ikut mereka? Kalian berteman dekat sekarang, ya?" tanya Draco, tampak tak senang.
"Aku berteman baik dengan Hermione sejak pertemuan pertama di kereta," jelas Vanesha.
"With Weasley, maybe sedikit, tapi tidak dengan Potter. Apalagi sejak Sirius kabur, tatapannya padaku begitu dingin," tambahnya.
"Tentu saja, Potter memang aneh dan menyebalkan," Draco menyeringai.
"Kau juga menyebalkan, Draco," Vanesha tertawa kecil.
Draco tersenyum tipis. "Mulai sekarang, panggil aku Draco, bukan Malfoy."
"Apa maksudmu?" tanya Vanesha bingung.
"Kita ini saudara, kan?" jawab Draco, setengah ragu.
"Kita ini saudara jauh, Draco. Hubungan keluarga kita bahkan tidak sedarah," Vanesha menjelaskan.
Draco tersenyum, "Baiklah, kalau begitu, anggap saja kita teman. Jadi, panggil aku Draco."
Vanesha tersenyum simpul dan mengangguk. "Baiklah, Draco."
•••
Malam itu, Vanesha terbangun dan keluar asrama dengan hati-hati. Di luar, ia melihat Hermione, Harry, dan Sirius terbang dengan Buckbeak. Ia bersembunyi, mendengarkan pembicaraan mereka.
"Sirius tak bersalah," bisik Harry, membuat Vanesha kaget. Pamannya tidak bersalah?
Sirius menghela napas. "Kau mirip ayahmu, Harry, kecuali matamu yang mirip ibumu," ucapnya lembut.
Vanesha tak tahan; matanya berkaca-kaca. Sejak kecil, Sirius adalah pelindungnya dari ejekan keluarga. Namun, di momen ini, ia merasa terlupakan.
Perlahan, air mata Vanesha mengalir. Dia terduduk di balik pilar, menangis diam-diam agar tak terdengar oleh Harry atau Hermione.
"Hei, Van... Kau kenapa?" suara Draco membuatnya tersentak.
"Pergilah, Draco," jawabnya lemah.
Draco duduk di hadapannya, mengusap kepalanya lembut. "Sst, jangan menangis."
Vanesha berusaha mengusirnya, "Biarkan aku sendiri, Draco."
"Lebih baik kita kembali ke asrama, kau bisa tenang di sana," kata Draco sambil meraih tangannya dengan lembut.
Vanesha mengangguk, menyenderkan kepalanya di bahu Draco, merasa sedikit lebih tenang dengan kehadirannya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
amortentia (ft. draco malfoy)
FanfictionThey love each other even amortentia isn't needed. strawberlin, 2021