Time Mark :
Harry Potter and the Deathly Hallows Pt. 2•••
Keadaan Malfoy Manor bisa dibilang sangat kacau setelah kepergian tahanan mereka, Harry, Ron, Hermione, Griphook, Vanesha, dan juga Dobby yang membantu mereka pergi darisana. Bellatrix dan Draco kehilangan tongkat mereka juga.
"Kurasa kita harus melawan keluarga sendiri lagi, Cissy," ujar Bellatrix.
Narcissa mengerutkan keningnya, "Siapa maksudmu?"
"Vanesha of course. Lihat, seharusnya dia bisa saja tetap berada disini dan memihak kita tapi dia malah ikut kabur dengan darah kotor itu," jawab Bellatrix.
Narcissa hanya diam, karena dia memang tidak mau keponakannya itu ikut campur dalam pihak mereka yang berbahaya. Dia lebih lega bila Vanesha berada di pihak Hogwarts.
Draco berdiri dan jalan ke tempat yang tadi digunakan teman-temannya untuk kabur bersama Dobby. Dia melihat tongkat sihir yang jatuh. Draco memungut dan melihat keseluruhan tongkat tersebut, "Ini tongkat Vanesha."
Dia bisa mengetahuinya karena ada ukiran di tongkat tersebut. Ukiran itu dibuat oleh Sirius Black, Vanesha pernah menceritakan kenapa tongkat sihirnya sangat berharga. Tapi kini, tongkat itu ada di tangan Draco.
•••
Setelah mengubur Dobby secara layak, Harry pergi ke kamar Griphook untuk menanyakan horcrux yang lain, yaitu Piala Helga Hufflepuff yang berada di brankas Bellatrix Lestrange di Bank Gringotts.
Griphook meminta pedang Godric Gryffindor sebagai bayaran membantu mereka masuk ke brankas Bellatrix. Mau tak mau, Harry mengiyakan permintaan Griphook. Setelahnya, mereka pergi ke kamar Ollivander. Harry menanyakan dua tongkat yang ia peroleh dari Malfoy Mannor.
Ollivander menjelaskan bahwa tongkat pertama adalah milik Bellatrix Lestrange yang tidak bisa dipatahkan. Kemudian, tongkat kedua tadinya adalah milik Draco Malfoy yang sekarang sudah berubah kesetiaannya kepada Harry Potter karena Harry merebutnya dari Draco.
Setelah dari kamar Ollivander, Harry langsung menyusun rencana untuk mengambil Piala Helga Hufflepuff. "Aku, Ron, dan Hermione yang akan pergi ke Gringotts. Sementara Luna dan Vanesha, kalian kembalilah ke Hogwarts," ujar Harry.
"Kembali ke Hogwarts? Aku rasa masa sekarang akan sulit setelah aku mengetahui dari radio atau Daily Prophet bahwa kepala sekolah Hogwarts yang baru adalah Professor Snape," ujar Luna.
"Benar, ditambah ada dua staf baru yang juga Pelahap Maut. Aku mengetahuinya dari Neville," timpal Bill.
Harry menatap Vanesha, "Tenanglah, Luna. Aku yakin, selama kau bersama dengan Vanesha, maka semuanya akan baik-baik saja."
Vanesha hanya menatap Harry terkejut tanpa membantah sedikitpun. Tapi, pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya saat ini adalah, bagaimana cara ia melindungi Luna kalau tongkat sihir saja ia tidak punya? Lebih tepatnya, ia tinggalkan di Malfoy Manor.
"Bagaimana cara kalian masuk ke Gringotts sementara kalian bertiga adalah buronan sekarang?" tanya Fleur.
"Polyjuice. Hermione memiliki helai rambut Bellatrix di jaketnya," jawab Ron.
"Brilliant! Buatlah ramuan itu setelah makan malam. Sekarang bersihkan badan kalian dan segera duduk disini untuk makan malam," ujar Fleur.
Mereka semua mandi dan berganti baju. Vanesha masih memikirkan keadaan Draco yang seorang Death Eater dan juga bagaimana dia merapalkan mantra tanpa menggunakan tongkat. Bisa saja ia menggunakan tongkat orang lain, tapi rasanya aneh.
"Ayo turun, Van," ajak Luna.
"Kalian pergi saja dulu, aku akan menyusul," jawab Vanesha.
Hermione dan Luna mengangguk, meninggalkan Vanesha di kamar sendirian. Vanesha berjalan untuk mengunci pintu, kemudian ia mencoba merapalkan mantra kecil tanpa tongkat.
"Accio comb!" seru Vanesha pada sisir di meja di dekat jendela, tapi sisirnya tidak bergerak sama sekali.
Percobaan pertama gagal.
"Acutus!" serunya lagi pada selembar perkamen bekas di meja samping kanannya, tapi tidak ada perubahan juga.
Percobaan kedua gagal.
Vanesha berbalik badan dan menghadap pintu yang terkunci, dia menarik napasnya kemudian, "Alohomora!"
Pintu terbuka.
Dia kembali menutup pintunya, "Colloportus!" dan pintu terkunci.
Vanesha tersenyum, kemudian dia melihat ada tanaman di kusen jendela. Ia menghampiri tanaman tersebut, "Herbivicus!" dan tanaman tersebut tumbuh meningkat dari sebelumnya.
Ini artinya, Vanesha bisa merapalkan mantra tanpa memerlukan tongkat sihirnya. Kemampuannya meningkat! Vanesha memiliki 4 kemampuan, yaitu Legilimency, Occlumency, Mind controller, and Wandless Magic.
•••
Hanya waktu beberapa hari setelah polyjuice jadi, bukan lagi satu bulan karena Hermione sudah ahli dalam membuat ramuan itu. Trio Gryffindor itu bergegas untuk pergi ke Gringotts. Mereka bersiap untuk apparate di tepi pantai.
"Hey, Harry!" panggil Vanesha.
"Kenapa, Van?" tanya Harry.
"Apa kau yakin aku tidak perlu ikut dengan kalian?" tanya Vanesha.
"Sangat yakin, Van," Harry melewati Ron untuk berbicara lebih dekat dengan Vanesha, "Dengar Vanesha, aku harap kau bisa menggunakan kemampuanmu untuk mengelabui Pelahap Maut dan melindungi Hogwarts sementara."
Vanesha menghela napasnya, "Aku hanya merasa sulit untuk berada di Hogwarts disaat seperti ini,"
Harry mengerti, dia mencodongkan badannya untuk berbisik pada Vanesha, "Jangan khawatir, Draco ada di pihak yang benar, aku yakin itu."
Vanesha hanya mengangguk dan berharap memang seperti itu, "Hermione, ingatlah bahwa Bellatrix selalu jalan dan berbicara dengan angkuh," ujarnya menatap Hermione yang sudah berubah menyerupai bibinya.
Hermione mengangguk, "I'll remember that. Thank you, Van."
"Van, aku tau kau bukan anggota Laskar Dumbledore, tapi aku meminta perlindungan darimu untuk mereka. Sudah cukup bahaya yang mereka hadapi karena aku," ujar Harry.
"Akan aku usahakan. Berangkatlah sekarang, good luck."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
amortentia (ft. draco malfoy)
FanfictionThey love each other even amortentia isn't needed. strawberlin, 2021