Time Mark :
Harry Potter and the Half-Blood Prince.Warn ⚠ :
Shorter chapter.•••
Akhir-akhir ini Draco makin sulit ditemui. Dia jarang terlihat berkeliaran di koridor, atau duduk berbincang seperti biasanya di common room.
Jika kau ingin berbicara dengannya maka temuilah di kelas atau pada saat jam makan. Selain itu? No uh, darling, not that easy to find him.
"Van, can I ask you something?" tanya Victoria setelah selesai menyantap suapan puding terakhirnya.
"Apa?"
"It's about Malfoy. Maksudku, bukankah dia terlihat aneh belakangan hari ini? Tingkahnya misterius. Kau tau? Dia selalu kembali ke asrama saat tengah malam," ujar Victoria.
"Lalu? Apa urusanmu atas dia?" tanya Vanesha yang meneguk jus labunya.
"Mungkinkah You-know-who benar-benar kembali dan Draco akhirnya bergabung dengan Death Eater seperti ayahnya? Ya, tidak kaget sih, tapi bukankah terlalu dini? Lihat saja Crabbe, Goyle, dan Nott, ayah mereka juga Death Eater tapi mereka tetap seperti siswa pada biasanya," ujar Victoria.
Vanesha mengerutkan keningnya, itu benar, kenapa tidak terpikir olehnya? Crabbe, Goyle, dan Nott masih ada disini, tapi kenapa Draco sibuk mengemban tugas itu sendirian?
Crabbe dan Goyle keluar dari Great Hall, Vanesha yang melihat mereka juga langsung mengikuti mereka.
"Crabbe! Goyle!" panggil Vanesha.
"Ada apa, Van?" tanya Goyle.
Vanesha berbicara dengan hati-hati, "Apa benar ayah kalian adalah Pelahap Maut?" tanyanya.
Crabbe dan Goyle mengangguk bersamaan, "Kenapa, Van?" tanya Crabbe.
"Kenapa kalian tenang-tenang saja? Maksudku, Draco sedang menjalankan tugas dari Voldemort, tapi kalian disini saja seperti biasanya. Kenapa begitu?" tanya Vanesha.
"Wow, Vanesha, kau sungguh berani menyebut namanya. Ayahku memang Pelahap Maut tapi aku tidak diikutsertakan sebagai anggota mereka sama seperti ayah," jawab Goyle.
"Aku juga," timpal Crabbe.
Vanesha mengerutkan keningnya, bingung, "Lalu kalian tau tentang Draco?" tanyanya.
"Ya, dia harus mengikuti jejak ayahnya karena kalau tidak keluarga Malfoy akan dibunuh oleh Pangeran Kegelapan. Itu yang ayahku katakan," jawab Crabbe.
"Kenapa harus dibunuh?" tanya Vanesha.
"Kau tau? Mr. Malfoy sedang dipenjara di Azkaban kan karena kecerobohannya di Departemen Misteri beberapa waktu lalu," jawab Goyle.
Vanesha mulai paham jalan ceritanya. Draco harus mengemban tugas ini untuk membebaskan ayahnya dari sana. Dengan begitu, keluarganya selamat dari ancaman maut Voldemort.
Itu yang dipikirkan Vanesha.
Tapi apa yang dipikirkan Vanesha bukanlah sama dengan apa yang dipikirkan Voldemort.
•••
Malam ini, Vanesha berjaga di common room. Menunggu Draco keluar dari kamarnya dan dia bisa mengikuti kemana Draco pergi setiap malam.
"Van?" panggil Draco dari tangga.
"Kau mau kemana lagi?" tanya Vanesha.
Draco jalan menghampiri Vanesha dan duduk di hadapannya, "Aku tidak kemana-mana," jawabnya.
"Bohong," ujar Vanesha kemudian berusaha menembus Occlumency milik Draco.
Tidak disangka, Draco membiarkan Vanesha menembus dan melihat pikirannya.
Vanesha melihat Draco yang beberapa hari ini pergi ke ruang kebutuhan dan membenahi sebuah lemari tua. "Itukah vanishing cabinet?" batin Vanesha.
Vanesha juga melihat Draco menangis di ruang kebutuhan setelah membunuh seekor burung tanpa sengaja.
Vanesha melihat pikiran Draco yang.. kacau.
"Sudah?" tanya Draco saat Vanesha menutup mata dan mengatur napasnya.
Gadis itu merasa pusing. Sudah lama dia tidak menembus pikiran seseorang dengan begitu dalam.
"Van, are you okay?" tanya Draco menghampiri Vanesha.
"Aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing," jawab Vanesha.
"Tidurlah, akan kuantar ke kamar," ujar Draco.
"Berjanjilah tidak keluar dari asrama malam ini," ujar Vanesha sambil menatap kedua mata Draco.
Draco menghela napasnya, "Aku janji."
Tapi mungkin lain kali.
Setelah Draco membawa Vanesha ke kamarnya, Draco langsung keluar asrama dan kembali ke ruang kebutuhan.
"I'm sorry, Van. I don't want to lose you and my family. I have to do this,"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
amortentia (ft. draco malfoy)
FanfictionThey love each other even amortentia isn't needed. strawberlin, 2021